Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Upaya Manusia dan Nilai di Mata Allah SWT

Upaya Manusia dan Nilai di Mata Allah SWT

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
ilustrasi
ilustrasi

dakwatuna.com – Malam itu, di tengah masa liburan semester, terdengar bunyi notifikasi pesan masuk dari sebuah grup chat di sosial media yang anggotanya mahasiswa satu departemen.

“Nilai mutu mata kuliah penkom udah ada di KRS.” Seseorang mengabari. Baik sekali.

Lalu berbagai respon dan tanggapan bermunculan dari anggota-anggota grup tersebut. Entah mereka sudah melihat nilainya atau belum. Saya sendiri agak ragu melihat nilai saya.

Esok paginya, kembali terdapat pesan masuk di grup itu.

“Metstat udah keluar nilainya. Monggo dicek.” Begitu isi pesannya.

Sudah bisa ditebak, grup kembali ramai. Ada juga info lain. Tapi tampaknya tak mendapat perhatian para penghuni grup. Saya belum juga mengecek KRS untuk melihat nilai.

Sore menjelang. Notifikasi tanda pesan masuk semakin banyak.

“Nilai matkul DTPSI udah ada di KRS.”

Sejurus kemudian, “Nilai udah keluar semua. IP udah bisa diliat.”

Tak pelak, beragam komentar terlontar. Sebagian bernada kesal dan kecewa. Beberapa berusaha menghibur sesama. Yang lain menanggapinya dengan canda. Sisanya hanya membaca tanpa membalas apa-apa. Termasuk saya.

Segera saya buka situs KRS online. Nilai-nilai mata kuliah yang saya ambil semester lalu terpampang di sana. Seperti teman-teman yang lain, saya agak sedikit kecewa dengan hasilnya.

Setelah itu di grup jurusan tak ada percakapan yang luar biasa. Hanya ada obrolan-obrolan yang mengakrabkan suasana

***

Kawan, mungkin selama ini kita merasa telah mengupayakan yang terbaik. Mencatat materi kuliah dari dosen dengan rapi, mengikuti praktikum dengan serius, mengumpulkan tugas tepat waktu, mengerjakan laporan hingga begadang atau mungkin bahkan sampai tidak tidur pun kita lakukan sebagai mahasiswa. Namun hasilnya ternyata tak sebaik yang kita inginkan.

Boleh jadi selama ini kita merasa sudah berusaha dan berdoa dengan maksimal untuk mendapatkan nilai agar sesuai ekspektasi. Tapi nyatanya jauh panggang dari api.

Kawan, kita menganggap telah berikhtiar dan berjuang semampu kita. Kewajiban terhadap Sang Pencipta juga telah kita penuhi. Tapi ternyata itu semua belum cukup. Kita berkata sudah, namun Allah berkata belum. Allah ingin kita melakukan lebih dari biasanya. Dia ingin hamba yang luar biasa.

Mari periksa diri kita masing-masing. Apakah niat kita lurus? Apakah senyum dan pertolongan kita kepada sesama sudah tulus? Masihkah ada riya dan dengki dalam hati yang membuat amalan-amalan kita menjadi hangus?

Penyesalan memang tiba di akhir. Namun kesempatan untuk memperbaiki belum berakhir. Selama masih ada Allah, tiada perlu kita khawatir.

***

Hari ini saya belajar untuk tidak hanya serius dalam meminta. Namun juga belajar untuk tulus dalam menerima dengan lapang dada. Apapun hasilnya. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa tingkat sarjana Teknologi Industri Pertanian IPB angkatan 51. Penerima manfaat Beastudi Etos wilayah Bogor dari Dompet Dhuafa. Kini aktif sebagai dewan perwakilan mahasiswa di Fakultas Teknologi Pertanian iPB.

Lihat Juga

Sebuah Nasihat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Figure
Organization