Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Bidan Desaku

Bidan Desaku

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Tenaga Bidan dan Perawat (inet)
Tenaga Bidan dan Perawat (inet)

dakwatuna.com – Dwi Asih Endah Melani, pengabdiannya pada masyarakat selama 15 Tahun terakhir sebagai seorang bidan desa. Di usianya yang cukup muda beliau melaksanakan tugas pertamanya selama 5 tahun di daerah perbatasan Sanggau Kalimantan Barat. Jauh dari keluarga dan sudah dipastikan juga jauh dari kota. Satu bulan sekali sudah sangat cukup melelahkan jika beliau harus pulang ke rumahnya. Setelah 5 tahun di Sanggau beliau mengajukan pindah ke Kabupaten Kubu Raya, daerah pengabdiannya memang tidak begitu jauh dari rumahnya. Tetapi jalan yang dilalui sangat hancur juga harus melalui kebun sawit dan karet. Adapun trasportasi air harus menggunakan perahu besar yang terbuat dari kayu yang biasa disebut “Motor Air”. Perjalanan melalui sungai ini jauh lebih lama sekitar 5-6 jam sedangkan menggunakan motor darat sekitar 3-4 jam saja. Kalau hujan perjalanan darat tidak bisa dilalui karena jalanan menjadi sangat licin.

Desa Kubu Padi Kecamatan Kuala Mandor B Kalimantan Barat. Merupakan desa tempat Bidan Elan mengabdi. “Bu Bidan” begitu warga memanggilnya. Di mata warga bu bidan terkenal sangat baik, ramah, senang bergurau juga hangat. Banyak orang yang mengaku bahwa mereka sering dibantu oleh bu bidan, terutama ketika sakit dan mendapat obat gratis dari beliau. Banyak warga yang berobat tanpa membayar atau hanya membayar seadanya. Padahal sering sekali obat yang diberikan harganya lumayan mahal. Rata-rata pasien membayar sebesar 15 sampai ribu saja.. Sosoknya yang peduli membuat warga begitu mencintai sosok bidan tersebut.

Jam istirahat bidan pun tidak menentu, karena beliau harus selalu siap siaga untuk melayani masyarakat. Dibangunkan tengah malam sudah biasa bagi bu bidan, membantu pasien yang melahirkan sampai dua malam pun bu bidan lakukan. Melewati arus sungai yang cukup deras menggunakan sampan bermesin atau harus berjalan kaki berkilo kilo meter menuju rumah warga yang mebutuhkan bantuan kesehatan pun beliau lakukan. Tidak mengenal siang atau malah, hujan atau panas beliau tetap melaksanakan tugasnya sebagai Bidan di Desa ini.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Guru Relawan Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa Angkatan 7.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization