Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / Mengapa Nepal Rentan Terhadap Gempa?

Mengapa Nepal Rentan Terhadap Gempa?

Menara Dharahara, ikon kota Kathmandu (bbc.co.uk)
Menara Dharahara, ikon kota Kathmandu (bbc.co.uk)

dakwatuna.com – Nepal. Gambar-gambar yang muncul dari ibukota Nepal, Kathmandu, setelah gempa menghentak negara itu sangat mengejutkan.

Durbar Square, yang merupakan situs warisan dunia UNESCO, kini sudah menjadi puing-puing. Menara Dharahara yang terkenal, juga roboh dan kini hampir rata dengan tanah. Gempa bumi umum terjadi di Nepal, salah satu daerah seismik paling aktif di dunia.

Sebagaimana dilansir BBC (27/4/2015), kita hanya perlu melihat Himalaya untuk memahami hal tersebut. Gunung-gunung yang ada merupakan konsekuensi dari lempeng tektonik India yang berada di Asia Tengah (lempeng tektonik Eurasia).

Kedua lempeng besar tersebut bergerak sekitar 4-5cm per tahun. Pendakian ke atas Everest dan gunung-gunung kembarnya umum disertai dengan berbagai tremor.

David Rothery, seorang profesor geosains planet di Universitas Terbuka Inggris berkomentar, “Pegunungan Himalaya sedang didorong ke atas lempeng India, dan ada dua atau tiga kesalahan dorongan, pada dasarnya.”

“Dan beberapa kesalahan yang sangat lembut inilah yang sebenarnya terjadi. Korban dilaporkan di Kathmandu, tapi kami sekarang menunggu untuk melihat seberapa luas kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa tesebut,” jelas Rothery.

Perkiraan awal jumlah korban, bahkan dalam gempa terbesar, biasanya dimulai dari angka yang relatif kecil, dan kemudian akan bertambah banyak. Dalam kasus gempa Nepal ini, dikhawatirkan angka akhir jumlah korban bisa sangat tinggi.

Hal ini bukan hanya karena besarnya gempa, 7,8 Skala Richter (jumlah korban akan terus diperbarui seiring dengan adanya informasi baru), tetapi juga karena gempa sangat dangkal, sekitar 10-15 km.

Akibatnya guncangan terasa sangat parah di permukaan. Dan dalam empat jam setelah kejadian, setidaknya tercatat ada 14 gempa susulan, sebagian besar berkisar sekitar empat, lima dan 6,6 Skala Richter.

Umumnya setelah gempa terjadi, terdapat sekitar 30 kali penurunan energi setelah gempa besar. Namun ketika bangunan sudah rusak, gempa susulan yang lebih kecil mungkin akan membuat bangunan yang sudah rusak menjadi roboh.

Rumah di Nepal umumnya dibangun tidak tahan gempa (bbc.co.uk)
Rumah di Nepal umumnya dibangun tidak tahan gempa (bbc.co.uk)

Dan di Nepal sebagian besar penduduknya tinggal di rumah yang sangat rentan terhadap goncangan gempa, terbuat dari batu bata yang dibangun oleh seorang tukang biasa dan bukan konstruksi bangunan profesional.

Salah satu kekhawatiran besar, berdasarkan pengalaman sebelumnya, adalah adanya kemungkinan tanah longsor. Di tempat-tempat di daerah pegunungan, terdapat kemungkinan ada jalan-jalan desa yang terputus, bahkan hancur oleh lumpur dan batu yang jatuh dari lereng curam.

Aspek ini akan menambah kebingungan pihak berwenang yang mencoba untuk menangani keadaan darurat, dan ini berarti akan ada informasi baru perlahan-lahan yang kadang-kadang bertentangan dengan laporan-laporan sebelumnya.

Melihat tepat ke wilayah Himalaya, gempa bumi penting lainnya yang pernah terjadi termasuk gempa bumi pada tahun 1934 yang berkekuatan 8,1 Skala Richter di Bihar, India, gempa bumi tahun 1905 berkekuatan 7,5 Skala Richter di Kangra, dan gempa tahun 2005 berkekuatan 7,6 Skala Richter di Kashmir.

Kedua gempa terakhir tersebut sangat besar dan mengakibatkan hilangnya sekitar 100.000 jiwa. Jutaan orang juga kehilangan tempat tinggal. (bbc/rem/dakwatuna)

Redaktur: Rio Erismen

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Alumnus Universitas Al-Azhar Cairo dan Institut Riset dan Studi Arab Cairo.

Lihat Juga

RZ Kembali Kirimkan 2 Relawan ke Nepal

Figure
Organization