Topic
Home / Berita / Opini / Menyambut Musim Semi Indonesia

Menyambut Musim Semi Indonesia

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: lensaindonesia.com)
Ilustrasi. (Foto: lensaindonesia.com)

dakwatuna.com – “Kalian boleh merusak taman dan kebun bunga kami, namun satu yang tak bisa kalian lakukan; kalian tak bisa halangi datangnya musim semi!”

Hari ini, jika orang menyebut Indonesia, maka yang terbayang sudah berbeda dengan yang tebayang beberapa dekade yang lalu. Kini, dunia mulai mengenal Indonesia sebagai sebuah entitas politik yang menentukan, bangsa besar yang siap menerima bonus demografi meledak di tahun 2025, justru ketika banyak negara maju mulai kehilangan kekuatannya.

Indonesia, seperti banyak kata pengamat, akan mengakhiri tahapannya dalam mencari identitas diri, dan siap untuk take-off, siap lepas landas “bagaikan pesawat yang sudah terbang dan tak bisa dipaksa mendarat kembali”, kata seorang Ilmuwan. Fenomena ini didukung dengan banyak hal. Ekonomi kreatif Indonesia melonjak, meningkatnya jumlah kelas menengah, menurunnya hutang negara ke IMF, dan lahirnya generasi Native Democracy, generasi emas Indonesia yang mengenal demokrasi tak sebatas kampanye dan memilih, tapi sudah mulai menguasai fitur-fiturnya yang rumit.

Bagaimana, Kawan? Kau telah siap menyambut musim semi? Aku heran, masih ada saja orang-orang yang sangsi tentang masa depan negeri raksasa ini. Apa jangan-jangan, termasuk Kau? Memang, realita hari ini memerlihatkan kekecewaan dan terpuruknya kondisi rakyat Indonesia dari berbagai sisi. Aset-aset nasional kita diborong perusahaan asing, sumber daya alam kita dicaplok negara lain, militer kita dipermainkan tetangga, bahkan situasi politik di negeri kita sudah ditunggangi kepentingan Cina dan Amerika.

Lalu? Dari mana harapan itu datang? Apakah musim semi Indonesia hanya utopia dan mimpi di malam buta? Tidak. Katakan pada mereka yang mencoba menghapus Indonesia di masa depannya, “Kalian boleh merusak taman dan kebun bunga kami, namun satu yang tak bisa kalian lakukan; kalian tak bisa halangi datangnya musim semi!”

Adnan Oktar, Ilmuwan Turki yang lebih kita kenal dengan nama Harun Yahya, telah mewanti-wanti Bangsa Asia bahwa era masa depan adalah era kebangkitan Asia. Ditambah lagi Samuel Huntington seorang peneliti masa depan dengan teorinya ‘Clash Of Civilization’ yang terkenal, di masa depan, tiga kekuatan besar akan bersinggungan. Kekuatan besar ini adalah hasil dari pencarian kembali identitas dan perkembangan zaman yang kompleks.

Eropa, Islam, dan Cina. Merekalah tiga kekuatan besar itu. Lalu di mana Indonesia? Kawan, Indonesia di musim seminya nanti, adalah keterpaduan kebangkitan Asia yang fenomenal dan kebangunan kekuatan Islam setelah tidurnya yang panjang. Indonesia adalah jembatan emas antara dua kebangkitan. Indonesia adalah negara yang akan mengecap manisnya dua gelombang besar yang sama-sama eksis di masa depan nanti. Walaupun, telah ketahuan siapa pemenang di akhirnya; Islam.

Apa tanda-tanda musim semi Indonesia?

Negeri ini besar, terbesar keempat di dunia, dan akan terus meningkat kualitasnya. Di hadapan dunia, kedigdayaan ekonomi Indonesia sangat diperhitungkan. Masuknya Indonesia ke OPEC, lalu G-20 adalah sebuah tanda konkret bahwa ekonomi negara ini adalah 20 terbaik dan terbesar di dunia.

Di tahun 2020, sebuah media merilis ramalan kedigdayaan ekonomi dunia. Di tahun itu ada kemungkinan besar Indonesia bisa berlari menyusul Italia, Turki dan Spanyol. Pernyataan ini tidak begitu janggal, karena saat tahun 2009 terjadi krisis ekonomi global, yang lain terombang-ambing tapi 3 negara ini malah meningkat tajam, yaitu Cina, India, dan Indonesia.

Di hadapan seluruh Gubernur seluruh provinsi di Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono telah menetapkan posisi Indonesia sebagai “Regional Power and Global Player”, Macan Asia yang siap bangun dari tidur panjangnya, lalu menggertak dunia dengan kebangkitannya. Dari segi sosial, kita menemukan Indonesia berada di peringkat 5 pengguna internet terbesar di dunia. Lalu apa hubungannya? Sebelum berjalan jauh, kita harus memahami bahwa ciri masyarakat intelek masa depan adalah mereka yang well-connected, masyarakat yang mempunya jaringan bagus dengan teknologi internet.

Teori ini bukan saya yang membuat. Tapi berbagai studi di universitas-universitas ternama dunia merilis satu list panjang ciri-ciri masyarakat masa depan, salah satunya adalah baiknya koneksi masyarakat dengan internet. Karena dengannya, kualitas intelektual masyarakat terus meningkat, relasi bisnis dan koneksi sosial masyarakat dunia bisa dijalankan, dan setiap pribadi bisa menjadi pembentuk opini, atau objek yang dibentuk opini.

Dan Indonesia mulai menjajaki babak baru ini.

Lalu, hari ini kita melihat masyarakat Indonesia tidak lagi menjadi masyarakat primitif yang memfokuskan hidupnya mencari uang saja dan memuaskan egoisme sendiri-sendiri. Kita memang masih banyak melihat fenomena individualisme yang menjadi-jadi di lingkungan kita, namun hal ini akan segera berakhir. Di masa depannya, Indonesia akan dihuni oleh masyarakat cerdas yang seimbang antara agama, modernism dan kesejahteraan. Tema-tema yang diusung masyarakat masa depan ini bukan lagi sekedar memerkaya diri. Tapi telah berubah menjadi bagaimana berkontribusi.

Sekali lagi, Indonesia masa depan akan dihuni oleh masyarakat yang merasa hidup tak bisa sendiri. Mereka merasa menjadi bagian dari dunia, tak sekedar bagian kecil dari negara bernama Indonesia. Maka, relasi kerja dan komunikasi yang terjadi pada masyarakat Indonesia di musim seminya adalah kepedulian berskala internasional, kepedulian pada isu-isu global. Contoh? Hari ini makin marak generasi muda Indonesia yang menjadikan isu global warming sebagai perhatiannya. Aktivis muda pun hari ini giat menggalang dana dan melakukan serangkaian kegiatan untuk mendukung Palestina, Rohingya, dan Suriah.

Indonesia di musim seminya bukan lagi sekadar negara, ia telah menjelma sebagai rumah nyaman dan tenteram bagi ketertiban dunia. Selain karena hal-hal diatas, sikap dan watak orang Indonesia memang yang paling baik dan selaras pada peradaban dan bangsa manapun. Halus, ramah, dan menghargai, itu nilai tambah mengapa Indonesia menjadi potensi besar pemersatu banyak kebudayaan dan bangsa di masa depan.

Bagaimana, Kawan? Sudah siap menjajaki musim semi Indonesia?

Referensi : Gelombang Ketiga Indoneisa (HM. Anis Matta)

Redaktur: Pirman

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir | Alumni SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Magelang | Alumni Ponpes Husnul Khotimah Kuningan

Lihat Juga

Seminar Nasional Kemasjidan, Masjid di Era Milenial

Figure
Organization