Topic
Home / Berita / Opini / Lupakan Sejarah: Ibarat Kacang Lupa Akan Kulitnya

Lupakan Sejarah: Ibarat Kacang Lupa Akan Kulitnya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Dari zaman saya masih SD sampai kuliah dulu, setiap kali mempelajari tentang sejarah kemerdekaan RI, tidak pernah sekalipun guru/dosen saya menyinggung atau menyebut negara Mesir dan Palestina sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Begitu pula dalam buku-buku sejarah (zaman dulu masih ada pelajaran PMP dan PSPB), tak ada satu kalimat/kata pun yang menyebut nama Mesir dan Palestina dalam kancah perjuangan kemerdekaan Republik ini. Pada masa itu, kami hanya dicekoki dengan berbagai cerita dan legenda tentang keheroikan para pahlawan di belahan Nusantara ini, yang itupun juga belakangan saya ketahui bahwa ternyata banyak fakta yang disembunyikan atau diputarbalikkan.

Seperti ada beberapa pahlawan Islam yang namanya diganti dengan nama-nama non muslim. Kapten Pattimura dan Tuanku Si Singamangaraja XII adalah salah satu contohnya. Juga beberapa nama pahlawan Islam lainnya, yang identitas aslinya sengaja disembunyikan oleh pihak-pihak tertentu. Dan ini sudah mendarah daging sampai ke anak cucu kita hingga saat ini. Bukan karena faktor lupa, tak sengaja ataupun tanpa alasan yang kuat semua ini dilakukan. Terlalu naif jika ada yang berpikir demikian. Karena dalam kenyataannya, unsur kesengajaan sangat terlihat jelas dalam skenario “pembodohan” masyarakat ini. Yang tujuannya tak lain dan tak bukan agar rakyat Indonesia tidak tahu, bahwa kemerdekaan RI ini adalah anugerah dari ALLAH SWT melalui jihad dan kucuran darah para pejuang Islam (syuhada) di Tanah Air. Namun syukur alhamdulillah, fakta sejarah ini lambat laun akhirnya terkuak juga. Kini kita dapat mengetahui apa dan bagaimana karakteristik sesungguhnya dari para pahlawan Islam tersebut, melalui berbagai literatur yang ada.

Gerakan distorsi atau pemutarbalikkan fakta sejarah bukanlah merupakan barang baru di negara ini. Sudah terlalu sering kita mendengar tentang banyaknya fakta sejarah yang disembunyikan, baik yang disengaja ataupun tidak disengaja. Termasuk salah satunya adalah tentang Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, yang bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1364 H.

Dalam sejarahnya, banyak bukti dan data valid yang menyebutkan tentang “keberanian” Mesir dan Palestina dalam memberikan pengakuannya terhadap kemerdekaan Indonesia sekitar hampir 67 tahun silam. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa Palestina merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan RI, yaitu pada tanggal 6 September 1944 bertepatan dengan “pengakuan” Jepang atas kemerdekaan Indonesia. Dan setahun setelahnya, pada tanggal 22 Maret 1946, negara Mesir menyusul Palestina mengakui kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara yang merdeka.

Pengakuan resmi kedua negara Islam itu lantas disusul oleh negara-negara Tim-Teng lainnya. Yang mana hal itu menjadi modal besar bagi RI untuk secara sah diakui sebagai sebuah negara. Karena salah satu syarat untuk disahkannya suatu wilayah menjadi sebuah negara, yaitu harus ada pengakuan dari negara lain baik secara de facto maupun secara de jure. Dan atas pengakuan Mesir dan Palestina tersebut, maka Indonesia telah memenuhi persyaratan untuk disebut sebagai sebuah negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Dan pengakuan ini pula yang kemudian membuat Indonesia berdiri sejajar dengan Belanda (juga dengan negara-negara merdeka lainnya) dalam segala macam perundingan & pembahasan tentang Indonesia di lembaga internasional seperti PBB, ASEAN, dan lain-lain.

Semua ini merupakan fakta sejarah yang tak bisa dipungkiri kebenaran dan keakuratannya. Kita harus “berani” mengakui bahwa tanpa dukungan (pengakuan) dari Mesir dan Palestina di awal kemerdekaan Indonesia dulu, mustahil kita akan bisa menjadi sebuah negara yang berdaulat seperti sekarang ini.

Dan sekarang, ketika Mesir dikudeta dan dibantai oleh rezim militer dalam negeri sendiri serta Palestina dijajah oleh Yahudi dalam kurun waktu yang lama. Ketika puluhan ribu nyawa meregang menjemput kesyahidan, ketika puluhan ribu wanita menjadi janda, ketika jutaan anak menjadi yatim piatu, ironisnya pemerintah Indonesia cuma membisu. Diam seribu bahasa, tanpa mampu berbuat apa-apa. Walaupun untuk sekadar menyampaikan kata prihatin dan belasungkawa. Alangkah sedih dan memalukannya! Bukankah dalam pernyataan sikapnya, Indonesia telah menyatakan dirinya akan selalu turut berperan aktif dalam menciptakan perdamaian dan keamanan dunia?

Ternyata Indonesia telah melupakan sejarah masa lalunya. Ibarat pepatah: “kacang lupa akan kulitnya”. Jika saja mau, inilah saatnya pemerintah kita membalas semua kebaikan (keberanian) Mesir dan Palestina dulu. Kinilah saatnya Indonesia berterima kasih kepada kedua negara Islam tersebut, meskipun mereka tak pernah mengharapkan balas budi dari negeri ini. Namun sebagai sebuah negara Islam yang terbesar di dunia, serta negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang luhur, sudah selayaknya Indonesia berbuat untuk Mesir dan Palestina. Menunjukkan rasa persaudaraannya karena telah diikat oleh “tali sejarah” yang begitu kuat, tak berat rasanya bagi Indonesia untuk menekan negara-negara lain agar mau mendukung kedaulatan Mesir dan Palestina.

Cuma persoalannya adalah, apakah pemerintah Indonesia mau melakukannya? Apakah pemerintah Indonesia mampu melakukannya? Apakah pemerintah Indonesia berani berhadapan dengan negara Amerika serta negara-negara lain, yang justru ikut berperan dalam kekacauan serta kehancuran di Mesir dan Palestina?

Jawabannya kita cuma bisa menunggu, berharap dan berdoa. Semoga pemerintah kita masih ada cahaya iman di dalam dirinya, sehingga tergerak hatinya untuk membantu saudaranya yang sedang dalam kesusahan. Semoga ALLAH senantiasa menjaga kita dari sikap ketidakpedulian terhadap sesama, tanpa memandang sekat dan perbedaan. Sebab urusan kezhaliman yang menimpa suatu kaum adalah urusan semua manusia, di manapun dia berada. Semoga pemerintah kita tak seperti: kacang yang lupa akan kulitnya..!!

Wallahu a’lam bishshawab…

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ibu rumah tangga dengan 5 orang anak.Terus berkarya, baik dalam diam maupun bergerak, tak ada kata berhenti sampai Allah yang menghentikannya, tetap tegar walau badai menghadang.

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization