Pertanyaan:
Assalamu โAlaikum, maaf Ustadz.
- Tangan Allah bersama jamaah.
- Keruhnya jamaah lebih baik daripada jernihnya sendirian.
- Ada juga ungkapan yang melarang keluar dari jamaah.
Apakah ungapan di atas hadits atau bukan? Apa maksud ungkapan di atas? Terima kasih. (Tyono)
Jawaban:
Wa โAlaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh. Bismillah wal hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ba’d;
Saya akan bahas masing-masing pertanyaan antum.
dakwatuna.com- 1. Ungkapan “Tangan Allah bersama jamaah.”
Ini adalah hadits Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam. Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ุฅูููู ุงูููููู ููุง ููุฌูู ูุนู ุฃูู ููุชูู – ุฃููู ููุงูู: ุฃูู ููุฉู ู ูุญูู ููุฏู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู – ุนูููู ุถูููุงููุฉูุ ููููุฏู ุงูููููู ู ูุนู ุงูุฌูู ูุงุนูุฉูุ ููู ููู ุดูุฐูู ุดูุฐูู ุฅูููู ุงููููุงุฑู
Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku -atau Beliau bersabda: umat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam– di atas kesesatan, dan tangan Allah bersama jamaah, dan barang siapa yang menyempal maka dia menyempal menuju neraka.
Hadits ini diriwayatkan oleh:
– Imam at-Tirmidzi, dalam Sunannya, Bab Maa Ja’a fi Luzumil Jamaah, No. 2167
– Imam al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, Bab Raddul Bida’ wal Ahwa’, 1/215
– Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak, Kitabul ‘Ilmi, No. 397
Hadits ini, menurut Syaikh al-Albani adalah SHAHIH, khususnya sampai kalimat: ….tangan Allah bersama Jamaah.” Sedangkan tambahan kalimat: barang siapa yang menyempal .. dst, adalah dhaif. (Jami’ush Shaghir wa Ziyadatuhu No. 1848)
Siapakah Jamaah yang dimaksud? Berikut penjelasan dalam Sunan at-Tirmidzi:
ูุชูุณูุฑ ุงูุฌู ุงุนุฉ ุนูุฏ ุฃูู ุงูุนูู ูู ุฃูู ุงูููู ูุงูุนูู ูุงูุญุฏูุซุ ูุณู ุนุช ุงูุฌุงุฑูุฏ ุจู ู ุนุงุฐ ูููู: ุณู ุนุช ุนูู ุจู ุงูุญุณูุ ูููู: ุณุฃูุช ุนุจุฏ ุงููู ุจู ุงูู ุจุงุฑู: ู ู ุงูุฌู ุงุนุฉุ ููุงู: ุฃุจู ุจูุฑ ูุนู ุฑุ ููู ูู: ูุฏ ู ุงุช ุฃุจู ุจูุฑ ูุนู ุฑุ ูุงู: ููุงู ูููุงูุ ููู ูู: ูุฏ ู ุงุช ููุงู ูููุงูุ ููุงู ุนุจุฏ ุงููู ุจู ุงูู ุจุงุฑู: ุฃุจู ุญู ุฒุฉ ุงูุณูุฑู ุฌู ุงุนุฉ: ูุฃุจู ุญู ุฒุฉ ูู ู ุญู ุฏ ุจู ู ูู ูู ููุงู ุดูุฎุง ุตุงูุญุงุ ูุฅูู ุง ูุงู ูุฐุง ูู ุญูุงุชู ุนูุฏูุง
Tafsir tentang makna al-Jamaah menurut para ulama adalah mereka para ahli fiqih, ahli ilmu, dan ahli hadits. Aku mendengar al-Jaruud bin Muโaadz berkata: Aku mendengar Ali bin al-Hasan berkata: aku bertanya kepada Abdullah bin al-Mubarak: Siapakah al-Jamaah?โ Beliau menjawab: โAbu Bakar dan Umar.โ Lalu dia katakan kepadanya: โAbu Bakar dan Umar telah wafat.โ Beliau menjawab: โFulan dan Fulan.โ Dikatakan kepadanya: โFulan dan Fulan juga telah wafat.โ Abdullah bin al-Mubarak menjawab: Abu Hamzah as-Sukkari adalah Jamaah. Abu Hamzah adalah Muhammad bin Maimun, dia seorang syeikh yang shalih, dan bagi kami konteks jawaban Beliau (Abdullah bin al-Mubarak) ini adalah pada zamannya. (Sunan at-Tirmidzi, 4/467. Cet. 2. 1395H-1975M. Tahqiq dan Taโliq: Syaikh Ahmad Syakir, Syaikh Fuad Abdul Baqi, Syaikh Ibrahim โAthwah. Penerbit: Mushthafa al-Babiy al-Halabiy, Mesir)
2. Ungkapan โKeruhnya jamaah adalah lebih baik dibanding jernih sendirian.โ
Ini bukanlah hadits, tetapi secara makna adalah bisa salah dan bisa benar, tergantung situasi dan kondisi jamaah yang ada bagaimana.
Jika seorang muslim berada di sebuah jamaah manusia yang kerusakan dan cacat yang ada tidaklah dominan, celah kebaikan masih banyak, dan potensi untuk lebih baik juga masih berpeluang, dan dia pun bisa bertahan atas fitnah mereka, maka tetap berada dalam komunitas manusia tersebut adalah lebih utama.
Imam an-Nawawi membuat Bab dalam Riyadhushshalihin-nya:
ุจุงุจ ูุถู ุงูุงุฎุชูุงุท ุจุงููุงุณ ูุญุถูุฑ ุฌู ุนูู ูุฌู ุงุนุงุชูู , ูู ุดุงูุฏ ุงูุฎูุฑ, ูู ุฌุงูุณ ุงูุฐูุฑ ู ุนูู ูุนูุงุฏุฉ ู ุฑูุถูู ูุญุถูุฑ ุฌูุงุฆุฒูู ูู ูุงุณุงุฉ ู ุญุชุงุฌูู , ูุฅุฑุดุงุฏ ุฌุงูููู ,ูุบูุฑ ุฐูู ู ู ู ุตุงูุญูู , ูู ู ูุฏุฑ ุนูู ุงูุฃู ุฑ ุจุงูู ุนุฑูู ูุงูููู ุนู ุงูู ููุฑ,ููู ุน ููุณู ุนู ุงูุฅูุฐุงุก ูุตุจุฑ ุนูู ุงูุฃุฐู.
Bab keutamaan berbaur dengan manusia dan menghadiri perkumpulan mereka, menyaksikan kebaikan, majelis dzikir bersama mereka, menjenguk yang sakit, membantu pengurusan jenazah mereka, membantu kebutuhan, membimbing ketidaktahuan mereka, dan berbagai maslahat lainnya, bagi yang mampu untuk amar maโruf dan nahi munkar, menahan diri dari menyakiti dan bersabar terhadap gangguan mereka. (Riyadhushshalihin, Hal. 210. Cet. 3. Muasasah Ar-Risalah, Beirut)
Apa yang dikatakan Imam an-Nawawi ini menunjukkan tetap utamanya berada di sebuah komunitas (jamaah) manusia, karena banyaknya manfaat yang dapat kita lakukan dan dapatkan dibanding seorang diri, namun kita mesti bersabar atas gangguan dari mereka.
Seorang shalih yang jernih, tetap dalam keadaan shalih walau kekurangan jamaahnya begitu nampak, namun dia tidak ikutan-ikutan keruh, maka ini lebih baik dibanding orang shalih yang sendirian. Sebab, yang satu mampu bertahan dalam keshalihan di tengah tantangan, sedangkan yang satunya shalih karena memang minim tantangan.
Lalu, Imam an-Nawawi melanjutkan:
ุงุนููู ุฃูู ุงูุงุฎูุชููุงุท ุจุงููููุงุณู ุนูู ุงูููุฌููู ุงูุฐู ุฐูููุฑูุชููู ูู ุงูู ุฎุชุงุฑ ุงูุฐู ูุงู ุนููู ุฑุณูู ุงููููู ุตูููู ุงูููู ุนููููููู ูุณููููู ูุณุงุฆูุฑู ุงูุฃููุจูุงุกู ุตููุงุชู ุงูููููู ูุณูุงู ูู ุนูููู ุ ููุฐูู ุงูุฎูููุงุกู ุงูุฑููุงุดุฏูููุ ููู ููู ุจุนุฏููู ู ู ุงูุตููุญูุงุจุฉู ูุงูุชููุงุจุนูููุ ูู ููู ุจูุนุฏูููู ู ู ุนูููู ูุงุกู ุงูู ุณูู ููู ูุฃูุฎููุงุฑููู ุ ููู ู ูุฐูููุจู ุฃูููุซูุฑู ุงูุชููุงุจุนููู ูู ููู ุจุนุฏูููู ุ ููุจููู ููุงูู ุงูุดููุงูุนููู ูุฃูุญูู ูุฏูุ ูุฃูููุซูุฑู ุงูููููููุงุกู ุฑุถู ุงููููู ุนููู ุฃูุฌู ุนูู. ูุงู ุชุนุงูู: {ูุชูุนุงููููุง ุนููู ุงูุจูุฑู ูุงูุชูููููููู} [ุงูู ุงุฆุฏุฉ: 2] ูุงูุขูุงุช ูู ู ุนูู ู ุง ุฐูุฑุชู ูุซูุฑุฉ ู ุนููู ุฉ.
Ketahuilah, bahwa bergaul dengan manusia dengan cara yang seperti saya sebutkan itu adalah cara pilihan yang ditempuh oleh Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam dan semua Nabi Shalawatullah wa Salamuhu โAlaihim, demikian juga para Khulafa ar-Rasyidin, dan generasi sesudah mereka dari kalangan sahabat dan tabiโin, dan yang setelah mereka dari ulama kaum muslimin dan orang-orang terbaik mereka. Inilah madzhab mayoritas tabiโin dan yang setelah mereka, inilah pendapat Asy Syafiโi, Ahmad, dan mayoritas ahli fiqih โsemoga Allah meridhai mereka semua. Allah Taโala berifrman: (Saling tolonglah kalian atas kebajikan dan taqwa. (Al Maidah: 2). Ayat yang semakna dengan ini begitu banyak dan telah diketahui. (Ibid)
Dalam hal ini, dari Umar bin al-Khathab Radhiallahu โAnhu bahwa Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam bersabda:
ุฃูููุง ู ููู ุณูุฑูููู ุฃููู ููุณููููู ุจูุญูุจููุญูุฉู ุงููุฌููููุฉู ููููููููุฒูู ู ุงููุฌูู ูุงุนูุฉู ููุฅูููู ุงูุดููููุทูุงูู ู ูุนู ุงููููุฐูู ูููููู ู ููู ุงููุงุซููููููู ุฃูุจูุนูุฏู
Ketahuilah, siapa yang suka dirinya tinggal ke dalam indahnya surga hendaknya tetap bersama jamaah, sesungguhnya syetan itu bersama orang yang sendiri, dan terhadap orang yang berdua dia menjauh. (HR. an-Nasaโi dalam as-Sunan al–Kubra No. 9180, Asy Syafiโi dalam Musnadnya No. 1788 yang disusun oleh Abu Saโid Alimuddin, al-Humaidi dalam Musnadnya No. 32, Ath Thahawi dalam Syarh Musykilul Aatsar No. 3718, Ibnu Baththah dalam al-Ibanah al–Kubra No. 115, Alauddin al-Muttaqi, Kanzul โUmmal No. 1033. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah Ash-Shahihah No. 430)
Ada pun jika seorang muslim berada di sebuah jamaah manusia yang keadaannya sudah sedemikian rusak, tak ada celah kebaikan sama sekali, dan dia pun tidak bisa melakukan perbaikan, maka dalam keadaan seperti itu โuzlah (memisahkan diri) dari komunitas manusia yang rusak tersebut adalah lebih utama.
Nah, oleh karenanya Imam an-Nawawi membuat Bab dalam kitab yang sama:
ุจุงุจ ุงุณุชุญุจุงุจ ุงูุนุฒูุฉ ุนูุฏ ูุณุงุฏ ุงููุงุณ ูุงูุฒู ุงู ุฃู ุงูุฎูู ู ู ูุชูุฉ ูู ุงูุฏูู ุฃู ูููุน ูู ุญุฑุงู ูุดุจูุงุช ููุญููุง
Bab tentang disukainya memisahkan diri dari masyarakat ketika manusia dan zaman telah rusak, atau takut fitnah yang akan menimpa agama, atau terjatuh dalam keharaman, syubhat, dan semisalnya. (Ibid, Hal. 209)
Dan, Imam an-Nawawi menyampaikan banyak dalil untuk itu. Silakan merujuk ke sana.
3. Ungkapan yang melarang keluar dari jamaah.
Jika yang dimaksud adalah larangan keluar dari jalannya jamaatul muslimin (komunitas umat Islam), larangan mengikuti jalan-jalan lain, maka hal ini tersebar dalam al-Quran dan as-Sunnah.
Di antaranya, Allah Taala berfirman:
ููู ููู ููุดูุงูููู ุงูุฑููุณูููู ู ููู ุจูุนูุฏู ู ูุง ุชูุจูููููู ูููู ุงููููุฏูู ููููุชููุจูุนู ุบูููุฑู ุณูุจูููู ุงููู ูุคูู ูููููู ููููููููู ู ูุง ุชููููููู ููููุตููููู ุฌููููููู ู ููุณูุงุกูุชู ู ูุตููุฑูุง
Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali. (An-Nisa: 115)
Ayat lainnya:
ููุฃูููู ููุฐูุง ุตูุฑูุงุทูู ู ูุณูุชููููู ูุง ููุงุชููุจูุนูููู ูููุง ุชูุชููุจูุนููุง ุงูุณููุจููู ููุชูููุฑูููู ุจูููู ู ุนููู ุณูุจูููููู ุฐูููููู ู ููุตููุงููู ู ุจููู ููุนููููููู ู ุชูุชููููููู
ย Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan–Nya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (Al-Anโam: 153)
Dalam hadits juga disebutkan:
ุนููู ุงุจููู ู ูุณูุนููุฏู ุฑุถู ุงููู ุนูู ููุงูู : ู ููุงูู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููุง ููุญูููู ุฏูู ู ุงู ูุฑูุฆู ู ูุณูููู ู ููุดูููุฏู ุฃููู ููุง ุฅููููู ุฅููููุง ุงูููููู ููุฃููููู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุฅููููุง ุจูุฅูุญูุฏูู ุซูููุงุซู: ) ุงูุซูููููุจู ุงูุฒููุงููููุ ููุงููููููุณู ุจูุงููููููุณูุ ููุงูุชููุงุฑูู ููุฏููููููู ุงูู ูููุงุฑููู ููุฌู ูุงุนูุฉู (ุฑูุงู ุงูุจุฎุงุฑู ูู ุณูู .
Dari Ibnu Masโud Radhiallahu โAnhu, dia berkata: bersabda Rasulullah Shallallahu โAlaihi wa Sallam: โTidak halal darah seseorang muslim yang telah bersaksi tidak ada Ilah kecuali Allah dan aku sebagai utusan Allah, kecuali disebabkan salah satu di antara tiga hal: ats-tsayyib az-zaaniy (orang yang sudah nikah/janda/duda yang berzina), jiwa dengan jiwa (membunuh), dan orang meninggalkan agamanya adalah orang yang memisahkan diri dari jamaah.โ (HR. Bukhari No. 6878 dan Muslim No. 1676)
Inilah nash-nash yang melarang kita untuk keluar dari jamaah yaitu komunitas umat Islam, baik dia murtad, atau membuat sekte-sekte bidโah dan sempalan.
Ada pun jika yang dimaksud โlarangan keluar dari jamaahโ adalah larangan keluar dari jamaah X, Y, Z dan seterusnya โฆ. , larangan keluar dari kelompok yang didirikan oleh si Fulan dan si Alan โฆ, maka ini semua tidak ada dasar bagi pihak yang melarangnya. Nash-nash di atas adalah larangan bagi yang keluar dari Islam, keluar dari komunitas besar kaum muslimin, bukan larangan keluar dari jamaah-jamaah spesifik itu. Justru jika jamaah tersebut termasuk jamaah yang menyimpang dari pokok-pokok agama maka wajib keluar dari jamaah-jamaah tersebut.
Demikian. Wallahu Aโlam
Was Shallallahu โAla Nabiyyina Muhamamdin wa โAla Aalihi wa Shahbihi ajmain
Redaktur: Samin Barkah
Beri Nilai: