Topic
Home / Pemuda / Mimbar Kampus / Mahasiswa dan Ideologinya

Mahasiswa dan Ideologinya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Sejarah selalu menceritakan tentang kegigihan tekad dan perjuangan tokoh-tokoh terdahulu terhadap bangsa dan agamanya. Kita tahu bagaimana para tokoh – tokoh pada zaman Rasulullah SAW berangkat berjihad dan menjadi mujahid-mujahid perang untuk kemenangan kaum muslimin.

Kita tahu bagaimana sejarah menceritakan tentang kegigihan dari seorang panglima perang, Khalid bin Walid yang hampir semasa keislamannya, sisa umurnya digunakannya untuk berperang memperluas wilayah Islam sampai dengan ke Wilayah Damaskus. Kita juga tahu bagaimana gigihnya Saad Bin Abi Waqash, seorang yang memimpin perang di tengah sakit yang menimpanya dan membawa kemenangan bagi Kaum Muslimin dalam mempertahankan wilayah Irak.

Di masa Abad Pertengahan, kita juga akan mendapati kegigihan seorang pemuda yang menaklukkan Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih. Meski demikian ia pernah mengalami masa-masa kegagalan dalam serangannya dan juga masa-masa gagal dalam memimpin negerinya sepeninggal ayahnya yang menyerahkan kekuasaan kepadanya di usia 16 tahun.          Di belahan Bumi Barat, kita juga akan menjumpai kegigihan seorang Abraham Lincoln untuk membawa Amerika Serikat keluar dari masa-masa perang saudara yang waktu itu menimpa negerinya. Meski ia beberapa kali mengalami kegagalan dalam hidupnya, seperti kegagalan dalam kebangkrutan usahanya pada Tahun 1831 dan 1833, pernah gagal dalam pemilihan tingkat lokal pada Tahun 1832, gagal dalam pemilihan anggota senat Amerika Serikat tahun 1842, 1855, dan pada Tahun 1858. Namun kemudian ia akhirnya dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat pada Tahun 1860 dan merupakan salah satu Presiden terbaik yang tersejarahkan dalam sejarah Amerika Serikat.

Dalam sejarah nasional Indonesia, kita pun memiliki beberapa tokoh yang kegigihannya dapat diacungi jempol. Bagaimana seorang Multatuli atau dikenal dengan Doewes Dekker, yang dengan tulisannya tidak hanya dapat merubah cara pandang bangsa Indonesia dan Belanda tapi juga membangkitkan semangat kebangsaan Indonesia untuk melawan sistem kolonialisme. Kita juga tidak lupa dengan sosok Ki Hadjar Dewantoro yang dikenal dengan Bapak Pendidikan. Dengan gerakan Budi Utomo nya yang dapat menginspirasi dunia pendidikan Indonesia sampai dengan saat ini.

Semua hasil karya dari sebuah kegigihan tokoh-tokoh di atas tidak lepas dari keyakinannya terhadap ideologi yang mereka miliki. Ideologi merupakan pemantik dalam perjuangan yang menumbuhkan sebuah tekad. Tekad merupakan nafas dari sebuah perjuangan. Perjuangan sendiri merupakan sarana untuk mencapai sebuah cita. Itulah yang membuat Muhammad Al-Fatih pantang pulang sebelum menaklukkan Konstantinopel. Bahkan, bukan tidak mungkin Ideologi itu pula yang menyebabkan seorang Abraham Lincoln dapat menyesuaikan diri dengan kegagalan-kegagalan yang diraihnya, hingga tiba saatnya ia mampu melampaui kegagalannya. Oleh karena itu, Ideologi merupakan sebuah syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemuda.

Ideologi sendiri adalah Idealisme yang berasal dari kata “Ideal” dan “Isme” yang bermakna aliran ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita yang diyakini sebagai hal yang dipahami. Patokan dari sebuah ideologi adalah ideologi mengandung nilai-nilai kehidupan di mana yang menjalankan sebuah ideologi memiliki pola kehidupan yang sistematis di masyarakat, dengan kata lain dapat mengetahui mana yang benar dan salah sesuai dengan ideologinya. Ideologi yang dalam hal ini adalah ideologi Islam harus dimiliki oleh seorang pemuda yang berjuang di jalan dakwah, khususnya dalam lingkaran dakwah kampus. Ideologi ini diperlukan sebagai sudut pandang kehidupan. Pemuda tanpa Ideologi adalah pemuda tanpa arah layaknya kapal tanpa nakhoda yang berlayar ke manapun sesuai arah angin meniupnya.

Begitu pun dengan pemuda Islam yang berjalan tanpa Ideologi Islam, maka ia sudah pasti akan tersesat dan jauh dari kehidupan yang Islami, karena bagi pemuda yang berjalan tanpa ideologi sudah dapat dipastikan ia akan berjalan tanpa arah dan tujuan. Begitu pun dengan urgensi Ideologi Islam yang harus dimiliki oleh setiap aktivis dakwah kampus. Aktivis dakwah kampus haruslah menjunjung tinggi nilai-nilai ideologi keislaman yang tentu bersumber dari Al-Quran dan Hadits. Mereka haruslah menjadi generasi-generasi yang mengumandangkan Al-Quran dan hadits dalam kehidupan kampus untuk mewujudkan tatanan kampus yang madani, tentunya dengan membahasakan sesuai dengan bahasa masyarakat kampus, sebagaimana perintah Rasulullah SAW. “Berbicaralah kepada orang lain sesuai dengan tingkat pemikiran mereka.”

Kebanyakan pemuda dan mahasiswa hari ini terlalu mengedepankan retorika dibanding dengan sebuah ideologi dan inilah yang mengakibatkan mereka juga lupa pada jati diri seorang pemuda. Bahkan aspek-aspek politis sudah terlalu dalam masuk dalam ruang-ruang dialektika mereka sehingga mengakibatkan mereka menjadi lupa pada identitasnya. Bahkan bukan tidak mungkin hal ini pula yang menjangkiti semangat-semangat para beberapa aktivis dakwah di kampus. Oleh karena itu, perlu kiranya para aktivis dakwah berhenti sejenak untuk kembali mengisi semangat-semangat ideologi keislaman, supaya perjuangan-perjuangan dakwah menjadikan manfaatnya lebih maslahat karena para aktivis dakwahnya bergerak karena semangat ideologi.

Semangat ideologi tersebut pula yang menjadikan seorang Imam Syafi’i mengkodifikasikan ushul fiqih dengan kitabnya sekelas ar-risalah yang dengan ideologi yang kuat mampu menjadikan tulisan-tulisan tersebut layaknya magnet bagi mereka yang mempelajarinya, dan bahkan masih bertahan untuk dibaca dan dikaji hingga saat ini. Atau bahkan bagi seorang tokoh kapitalis dunia, Karl Marx yang dengan karyanya yang berjudul Das Capital yang juga masih dibaca dan dikaji hingga saat ini. Mereka semua berkarya karena alasan idealisme yang kuat dan dengan semangat supaya apa yang mereka yakini dapat terus bertahan hingga bisa dirasakan oleh generasi-generasi setelahnya. Dan semangat inilah yang harus dimiliki oleh para aktivis dakwah kampus, dengan semangat ideologi Islam harus mampu menciptakan karya-karya yang madani untuk mewujudkan kampus madani sehingga dapat membentuk generasi-generasi yang madani pula.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 8.50 out of 5)
Loading...
Fakultas Hukum Unpad 2008.

Lihat Juga

Din Syamsuddin: Agama Harus di Praktekkan dalam Kehidupan Sehari-hari

Figure
Organization