dakwatuna.com – Kawan, mungkin saat ini banyak dari kita yang berada di posisi tidak menyenangkan. Ingin sekali rasanya berteriak, marah, mengeluarkan semua yang di rasakan. Ibarat gunung yang sedang aktif, ia akan mengeluarkan lava pijar, setelah dalam kurun waktu yang lama menahannya di dalam perut bumi. Duuaarr, Jika kita ibarat gunung, maka lava pijar itu akan menghantam orang-orang terdekat kita. Jika lava pijar bisa membunuh, maka “lava pijar” kita minimal bisa membuat sakit hati orang-orang yang terkena dampaknya.
Okelah bila kita hanya menimpakan lava pijar itu hanya kepada sesama manusia, tapi apa jadinya jika kita meluapkan lava pijar kita pada Sang Khaliq?
Allah Maha Pengampun itu pasti, namun alangkah kita tidak bersyukur jika harus mengadu kepada Allah dalam keadaan dan dengan bahasa yang tidak baik.
Mengurai makna ulat dalam kepompong yang sabar hingga menjadi kupu-kupu yang indah, bisa kita ikuti teladannya. Kesabaran yang tidak berbatas, doa yang terus mengalir, hati yang selalu tertaut pada Allah dan bibir yang kerap mengucap dzikir. Tidak mudah, sangat tidak mudah.
Kelemahan manusia adalah kesabaran yang kadang berbatas dan berakhir pada emosional tak terkendali. Kemarahan adalah ujung tombak dari kekesalan yang menumpuk di dalam hati. Ya, seperti lava pijar yang di bahas di atas.
Bismillah…
Kita tidak sendiri, masih banyak orang-orang yang di luar sana yang mengalami nasib tidak sebaik kita. Jika itu sulit menjadikan kita untuk bersyukur, minimal kita bisa berusaha untuk belajar bersyukur dan menahan segala macam efek negatif yang di timbulkan ketika kita memaksakan mengeluarkan lava pijar kita.
Insya Allah…
Ini hanya suatu masa yang terus berputar. Yakinlah, ini hanya sementara. Yakinlah, Allah akan memberi yang lebih baik sebagai pengganti. Allah hanya ingin melihat, sejauh mana kita mampu bersabar dan dapat menahan diri untuk tidak berlebihan dalam berperilaku yang menimbulkan efek negatif bagi orang lain. Di balik kesulitan ada kemudahan. Insya Allah…
Alhamdulillah…
Allah Maha Mengetahui. Bila kita sabar, maka cahaya kemenangan atas doa-doa kita akan terjadi. Allah sayang kita. Kita harus ingat itu. Meski kadangkala tanpa sadar kita telah beranjak yang sebelumnya berada dalam posisi sulit kemudian kini telah berada pada posisi yang sangat melegakan. Ya… itu berarti Allah telah mengabulkan doa kita. Allah memberikan kita kompensasi atas segala kesabaran kita selama ini. Tidak ada yang sia-sia jika kita berniat melakukan sesuatu karena Allah.
Kemudian, cobalah sejenak kita bersama-sama merenung tentang situasi sebelum kita ada pada posisi ini. Sesungguhnya banyak pembelajaran yang begitu indah yang bisa di ambil. Meskipun sesuatu yang indah itu berasal dari kejadian atau pengalaman pahit. Semoga semua yang kita alami bisa menambah kedewasaan kita akan hidup dan yang terpenting lebih mendekatkan kita kepada Allah. Karena kenikmatan terbesar adalah dekat dengan Allah bukan yang lain.
Allahua’lam.
Redaktur: Ardne
Beri Nilai: