dakwatuna.com
Pagi ini kembali ku sapa debu-debu itu
Debu-debu saksi bisu
Yang tiupannya berhembus meng-abu-kan langit
Menghambarkan kesunyian hati
Debu-debu itu seolah berceloteh
Dia yang kalah dalam hembusan keluhan
Dia yang bergulat dengan tiupan cacian
Dia yang rindu sebuah hati penuh kesyukuran
Di sini, di ibukota ini
Debu-debu yang menjadi musuh
Tameng-tameng menempel pada wajah kaku
Ya, dia hanya sebutir debu
Yang beranak pinak dalam pusaran waktu
Butiran debu di siang terik
Dia saksi, ketegaran manusia kota
Berjibaku dengan waktu
Atau yang terlena di hamparan mimpi
Entah karena apa dan untuk siapa
Butiran debu di malam dingin
Dia saksi, keletihan dalam keremangan
Porak poranda hati yang berdentum kencang
Sebutir iman tergadai di pinggir kota
Dialah debu, saksi terabaikan
Redaktur: Ardne
Beri Nilai: