Topic
Home / Berita / Nasional / Pemerintah Jual Obligasi Syariah, Yield 4,25%

Pemerintah Jual Obligasi Syariah, Yield 4,25%

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Jakarta. Indonesia berencana untuk menjual obligasi Syariah berjangka waktu 7 tahun hari ini, membantu menghidupkan kembali penjualan paling lambat dalam waktu tiga tahun.

Bloomberg melaporkan Pemerintah akan mencatatkan harga sore ini seperti disampaikan Dahlan Siamat, direktur Islamic finance di kantor manajemen utang dalam sebuah wawancara. “Yieldnya bisa sekitar 4,25 persen,” kata sumber yang akrab dengan transaksi.

Menurut sumber tersebut, HSBC Holdings Plc, Citigroup Inc dan Standard Chartered Plc ditunjuk sebagai pengelola penjualan besar, yang menjual sekitar US$500 juta.

Penjualan sukuk di Indonesia turun menjadi Rp2,3 triliun (US$257 juta) sejak 30 Juni, dari Rp14 triliun dalam enam bulan pertama tahun ini, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

Cadangan devisa negara valuta memiliki lebih dari dua kali lipat sejak pertama kali menawarkan obligasi syariah global pada tahun 2009, sementara pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menargetkan 6,5 persen pertumbuhan ekonomi tahun ini, yang akan menjadi yang tercepat sejak krisis keuangan Asia pada tahun 1998. “Ada banyak kepentingan dalam aset Indonesia,” ujar Mohd Noor Hj A Rahman, kepala eksekutif OSK-UOB Islam Fund Management Bhd di Kuala Lumpur. “Banyak orang percaya Indonesia akan menjadi investment grade suatu saat dalam waktu dekat ini dan akan meningkatkan likuiditas secara keseluruhan dan itu akan baik untuk pasar sukuk.”

Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan secara tak terduga sebesar 50 basis poin, atau 0,5 persen poin, menjadi 6 persen pada tanggal 10 November akibat krisis utang Eropa mengancam membatasi permintaan ekspor. Produk domestik bruto dalam perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini naik 6,1 persen tahun lalu, dibandingkan dengan 4,58 persen pada 2009.

Standard & Poor menaikkan peringkat utang mata uang asing Indonesia menjadi BB + pada bulan April, satu langkah di bawah investment grade. Pemerintah mengharapkan akan mencapai status tersebut tahun ini seperti disampaikan Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati pada 14 April lalu.

“Jika harga di 4,25 persen, maka obligasi tidak akan menarik bagi saya karena saya sedang mencari hasil minimal 5 persen,” ujar Zulkiflee Nidzam, kepala foreign exchange and bond trading Asian Finance Bank Bhd di Kuala Lumpur. (Charles MS/inilah)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (3 votes, average: 8.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Buah Impor

Cina Masih Jadi Sumber Impor Nonmigas Pemerintah

Figure
Organization