Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ya Rasulallah, Kami Rindu Padamu

Ya Rasulallah, Kami Rindu Padamu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Ilustrasi (kidsklik.com)

dakwatuna.com – Usai menyelesaikan ujian semester Awal, pada hari Rabu, 6 April 2011, bertepatan tanggal 2 Jumadil Ula 1432 H, saya berangkat ke Kota Nabi, Madinah Al-Munawwarah bersama teman kuliah di Rabithah yang berasal dari China, Abu Abdullah, Mir Ali.

“Ayo kita berangkat ke Madinah.” Ajak dia. Ragu-ragu untuk berangkat, karena kita belum punya iqamah –surat tanda domisili tetap- yang bisa bebas ke mana saja di wilayah Saudi. Dia memang sudah sering ke Madinah, tanpa iqamah, tapi cukup dengan tashrih –surat keterangan domisili-. Dia meyakinkan saya bahwa tanpa iqamah insya Allah tidak apa-apa.

Memang ada kekhawatiran dari mahasiswa untuk keluar dari wilayah Mekah, Sebab dari pihak Rabithah selalu mengatakan jika terjadi apa-apa di luar Mekah, itu bukan tanggung jawab kami. Banyak mahasiswa yang tidak mau ambil resiko, meski harus memendam rindu berkunjung ke Kota Nabi.

”Tidak dianjurkan melakukan ziarah, kecuali ke tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjidku (Masjid Nabawi) dan Masjid Al-Aqsha” (HR. Muslim).

Rupanya Allah mudahkan bagi saya untuk berangkat ke Madinah, sebab hari itu masa berlaku tashrih saya habis, harus perpanjang lagi kalau mau jalan keluar kota Mekah. Bismillah natawakkal ‘alallah, kita berangkat, ke Rabithah dulu untuk shalat Zhuhur dan tentu memperpanjang tashrih. Pengurusan tashrih tidak membutuhkan waktu lama, karena yang bertugas berada di tempat semua. Dalam pikiran saya berkata; jika saja salah satu pertugas tashrih tidak berada di tempat bisa dipastikan rencana berangkat ke Madinah hari itu batal. Walhamdulillah semua berjalan lancar.

Sekitar pukul 15.00 waktu Mekah, kami berangkat naik taksi atau mobil pribadi yang biasa dipake omprengan di dekat Haram Mekah. Naik kijang innova berpenumpang enam orang plus sopirnya. Perjalanan membutuhkan waktu lima sampai enam jam. Cukup lama, apalagi mobilnya berjalan cukup lambat, alias terus disalip mobil-mobil lain, padahal melaju seperti di jalan tol di Indonesia, meski di sini tidak berbayar.

Sepanjang perjalanan yang kita melewati lembah meluas, gunung menjulang, bukit nan gersang, dan bebatuan yang terjal. Sesekali ada onta-onta yang digembala, juga domba dan kambing. Dua kali kami rehat untuk shalat Ashar dan Maghrib. Di perjalanan juga ada pemandangan yang menarik. Di tengah bebatuan dan gunung yang gersang itu, ada sejumlah kawanan monyet-monyet dalam jumlah yang banyak. Para pengendara mobil yang lewat memperlambat laju kendaraan sehingga sedikit tersendat. Ada yang menyempatkan turun, ada yang mengambil gambar, berfoto ria, ada juga yang memberi makanan…

Perjalanan ini mengingatkan kita pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya ra. dari Mekah ke Madinah.

Subhanallah! 430 kilo meter jaraknya, ditempuh dengan berjalan kaki, tanpa ada bekalan memadai.

Bayangkan! Cuaca di Mekah, siang harinya sangat panas dan ketika malam hari tiba berubah menjadi sangat dingin. Nabi berjalan kaki di antara gunung-gunung yang panjang lagi menjulang, di antara lembah-lembah bebatuan, di antara pesisir pantai yang panas bukan kepalang. Betapa berat beban dakwahmu yaa Habibii. Betapa besar perjuangan-Mu yaa Rasulallah, shallallahu ‘alaih wasallam.

Saya bercanda dengan teman saya; “Meski tidak sepadan dengan jalan kakinya Nabi dan para sahabat, ayo kita jalan kaki dari Haram ke Kampus, di malam hari bakda Isya’ atau tengah malam sekalian.” Dia jawab; “Wah berat! Tapi perlu dicoba.”

Dalam perjalanan kami tasmi’ Al-Qur’an, Mir Ali baca juz dua puluh tujuh, mulai dari surat Adz-Dzariat dan seterusnya, saya menyimaknya.

Matahari semakin malu-malu beranjak ke peraduannya, di situlah terlihat pemandangan menakjubkan, kuasa Allah swt.; awan kemerahan, langit memutih. Apalagi ketika matahari bersembunyi di balik gunung-gunung… pancaran sinarnya melukiskan keindahan ciptaan Allah swt.

Waktu jelang malam, Alhamdulillah sebentar lagi kami akan tiba di Madinah. Dari kejahuan kelihatan lampu-lampu terlihat rapi berjajar. Ya, di Madinah pemandangan bisa seluas mata melihat, karena buminya cenderung datar. Berbeda dengan di Mekah, kiri-kanan, depan-belakang bisa dibilang semua pegunungan bebatuan. Di Madinah pemandangan tampak sangat rapi dan indah, bersih dan teratur.

Begitu dekat dengan Madinah saya melantunkan shalawat atas Nabi;

Yaa Nabii Salaam

Salaam ‘alaika

Yaa Rasuul salaam

Salaam ‘alaika

Shalawaatullah ‘alaika…

Berulang-ulang kuucapkan shalawat atas Nabi.

Memasuki kota Madinah ada taftisy –tempat pemeriksaan keamanan keluar-masuk-. Alhamdulillah lancar melewatinya, inilah tempat yang jadi momok bagi para pendatang yang belum punya ijin resmi.

Seratus meter kedepan ada whiteboard besar di perempatan jalan, bertuliskan; “Yaa Rasulallah, Nasytaqqu ilaik, Wahari Rasulullah, Kami rindu berjumpa dengan-Mu.” Walhamdulillah, sampai masuk kota Madinah, kota yang dirindu. Semakin sering saya melantunkan shalawat atas nabi.

Kami langsung menuju Masjid Nabawi. Kami sampai di Masjid Nabawi persis setelah jama’ah shalat Isya’ bubaran. Kami shalat berjam’ah Isya’ di sahah –pelataran- masjid Nabawi, qashran dua rekaat. Peraturan di Masjid Haramain –dua masjid suci- tidak diperkenankan membawa laptop ke dalam.

Kemudian secara bergantian kami masuk ke dalam Masjid Nabawi untuk melaksanakan Salam Ta’zhim kepada Nabi. Semua orang yang ingin mengucapkan Salam Ta’zhim masuk melewati Babus Salam -pintu perdamaian dan keselamatan-. Penuh jama’ah, namun tertib  berjalan rapi menuju Makam Nabi. Sambil berjalan, terus lisan ini berucap shalawat atas Nabi. Sesampai di depan Makam Nabi saya berucap sambil memberi isyarat dengan tangan kanan;

“As-Saalamu ‘alaika ayyuhan Nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh. Qad ballaghtar risaalah, wa addaital amaanah, wanashahta lil ummah, wa jaahadta lillaahi haqqa jihaadih, hatta taraktanaa ‘alaa mahajjatil baidhaa’ lailuhaa kanahaarihaa laa yaziighu ‘anhaa illaa haalik.”

“Salam sejahtera, kasih-sayang dan keberkahan terlimpah bagimu wahai Nabi. Sungguh, Engkau telah menyampaikan risalah Allah. Engkau telah menunaikan amanah dakwah. Engkau telah menasehati umat ini. Engkau telah berjihad dengan sebenarnya, sehingga Engkau mewariskan kepada kami zaman gemilang, seakan malam harinya adalah siangnya. Tidak benci hal itu kecuali orang yang pasti binasa.”

Tidak bisa berlama-lama di depan Makam Nabi karena sambil berjalan dan bergantian dengan para jama’ah yang lain. Di makan itu juga ada makam Abu Bakar As-Siddiq dan makam Umar bin Khattab Al-Faruq.

Tentu sebagai umat Nabi Muhammad saw. kita mengharapkan syafaatnya, kita merindukan bertemu dengannya di Surga kelak. Namun harapan itu tentu tidak gratis. Jalan satu-satu untuk itu adalah dengan ittiba’ terhadap beliau; mengikuti jejak langkahnya, menghidupkan sunnahnya, membelanya, memperjuangkan risalahnya. “Ya Rasulallah, kami rindu berjumpa dengan-Mu.”

***

Sebelum shalat Isya’ saya sudah beberapa kali kontak akhuna Hakim, salah satu mahasiswa Indonesia di Al-Jaami’ah Al-Islamiyah -Madinah Islamic University-, namun ponselnya tidak aktif.

Setelah selesai Salam Ta’zhim, saya coba telpon lagi. Kali ini telpon berdering tanda aktif, langsung diangkat, dia mengucap salam dan bertanya; “Kaifal haal ustadzunaa?” Sebelumnya memang kita sudah pernah ketemu dan kenal sewaktu di Riyadh dalam suatu acara bersama.

Kami janjian ketemu di Baabus Salam, selanjutnya menuju Jaami’ah Islamiyah Madinah. []

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (49 votes, average: 9.47 out of 5)
Loading...

Tentang

� Lahir di kota Kudus, Jawa Tengah, pada tanggal 05 April 1975. Menyelesaikan jenjang pendidikan Tsanawiyah dan Aliyah di Ma�ahid Krapyak Kudus. Tahun 1994 melanjutkan kuliah di LIPIA Jakarta. Program Persiapan Bahasa Arab dan Pra Universitas. Tahun 2002 menyelesaikan program Sarjana LIPIA di bidang Syari�ah. � � Semasa di bangku sekolah menengah, sudah aktif di organisasi IRM, ketika di kampus aktif di Lembaga Dakwah Kampus LIPIA, terakhir diamanahi sebagai Sekretaris Umum LDK LIPIA tahun 2002. � � Menjadi salah satu Pendiri Lembaga Kajian Dakwatuna, lembaga ini yang membidangi lahirnya situs www.dakwatuna.com , sampai sekarang aktif sebagai pengelola situs dakwah ini. � � Sebagai Dewan Syari�ah Unit Pengelola Zakat Yayasan Inti Sejahtera (YIS) Jakarta, dan Konsultan Program Beasiswa Terpadu YIS. � � Merintis dakwah perkantoran di Elnusa di bawah Yayasan Baitul Hikmah Elnusa semenjak tahun 2000, dan sekarang sebagai tenaga ahli, terutama di bidang Pendidikan dan Dakwah. � � Aktif sebagai pembicara dan nara sumber di kampus, masjid perkantoran, dan umum. � Berbagai pengalaman kegiatan internasional yang pernah diikuti: �� � Peserta Pelatihan Life Skill dan Pengembangan Diri se-Asia dengan Trainer Dr. Ali Al-Hammadi, Direktur Creative Centre di Kawasan Timur Tengah, pada bulan Maret 2008.� � Peserta dalam kegiatan Muktamar Internasional untuk Kemanusian di Jakarta, bulan Oktober 2008.� � Sebagai Interpreter dalam acara �The Meeting of Secretary General of International Humanitarian Conference on Assistanship for Victims of Occupation� bulan April 2009.� � Peserta �Training Asia Pasifik �Curriculum Development Training� di Bandung pada bulan Agustus 2009.� � Peserta TFT Nasional tentang Problematika Palestina di UI Depok, Juni 2010 dll.� �� Karya-karya ilmiyah yang pernah ditulis: �� � Fiqh Dakwah Aktifis Muslimah (terjemahan), Robbani Press� � Menjadi Alumni Universitas Ramadhan Yang Sukses (kumpulan artikel di situs www.dakwatuna.com), Maktaba Dakwatuna� � Buku Pintar Ramadhan (Kumpulan tulisan para asatidz), Maktaba Dakwatuna� � Artikel-artikel khusus yang siap diterbitkan, dll.� �� Sudah berkeluarga dengan satu istri dan empat anak; Aufa Taqi Abdillah, Kayla Qisthi Adila, Hayya Nahwa Falihah dan Muhammad Ghaza Bassama. �Bermanfaat bagi Sesama� adalah motto hidupnya. Contak person via e-mail: ulistofa-at-gmail.com� atau sms 021-92933141.

Lihat Juga

Seminar Nasional Kemasjidan, Masjid di Era Milenial

Figure
Organization