Topic
Home / Berita / Internasional / Islamfobia di AS Gerakan Industri Berbasis Uang

Islamfobia di AS Gerakan Industri Berbasis Uang

dakwatuna.com – Washington, Muslim Americans prihatin dengan retorika anti-Islam di Amerika Serikat dan menyebut situsi itu dihasilkan ‘rumah produksi industri kebencian’. Respon yang diungkapkan pada acara diskusi di Capitol Hill dikeluarkan berkaitan rencana anggota Kongres AS dari partai Republik atau Grand Old Party (GOP), Peter King, untuk menggelar dengar pendapat tentang radikalisasi komunitas Muslim di Amerika sepekan lagi.

“Mereka menjual kebencian dan ketakutan,” ujar mantan pejabat di era Bush, Suhail Khan. Sebutan itu ia tujukan kepada sekelompok pakar konservatif-berlebihan yang terus melontarkan potensi ancaman mengerikan dari Islam kepada Amerika. Diskusi tersebut digagas oleh Institut Arab Amerika (AAI) dan Dewan Muslim Urusan Publik (MPAC).

“Kita perlu memahami ini sebagai industri dengan agenda politik tertentu,” ujar sang moderator, Maya Bery yang juga direktur eksekutif AAI. Maya juga mengkritik pernyataan Islamofobia yang dibuat oleh beberapa anggota Kongres dari kubu GOP, termasuk King, dan dua anggota Kongres lain, Allen West (GOP perwakilan Florida) dan Renee Elmers (GOP perwakilan Carolina Utara)

Khan tak memungkiri memang ada ancaman teroris di luar sana yang harus dihadang dan dihentikan lewat kerjasama antara penegak hukum dan komunitas Muslim. Namun, ia menegaskan uang berperan besar memainkan gerakan anti-Islam. “Kabar baiknya, gerakan konservatif, mereka kian tersisih, terpinggir dan terpojok,” ujarnya.

Sementara Deepa Iyer, direktur eksekutif, South Asian Americans Leading Together, menyatakan Kongres seharusnya memainkan peran untuk memerangi xenofobia (kebencian terhadap orang asing) bukan sebaliknya. Namun ia menyadari, apa yang dilakukan King adalah tradisi lama Amerika, pola yang sudah pernah terjadi dan disaksikan dalam sejarah negara.

“Kita sudah melihat ‘film’ ini sebelumnya, apakah itu dulu berupa serangan terhadap Yahudi Amerika saat Red Scare, atau terhadap Katholik, terhadap keturungan Jepang-Amerika saat Perang Dunia II atau terhadap Afrika-Amerika. Begitu banyak komunitas lain yang telah melewati pengalaman sulit dan menghebohkan,” ujar Khan. Di akhir cerita masyarakat Amerika akan bangkit di atas semua itu, dan saya meyakini ini adalah periode serupa yang dialami Muslim, juga akan tersingkir,”

“Yang kita persoalkan adalah penghancuran dan kriminalisasi terhadap seluruh keyakinan komunitas Amerika di bangsa ini,” ujar jurubicara dari MPAC, Alejandro Beutel. Ia menggambarkan teori dasar penjual kebencian anti-Muslim dengan kalimat,”Jadi anda harus mewaspadai dan menentang semua Muslim karena anda tidak tahu kapan mereka semua melakukan Jihad kepada anda.”

Namun diskusi juga masih menyuarakan nada optimis. Khan berkata ia berharap dengar pendapat yang digelar King akan menghasilkan dialog imbang dan pembentukan hubungan lebih baik antara penegak hukum dan komunitas Muslim. Ia berharap, kelak klaim-klaim menggelikan yang kian berkembang atas nama gerakan anti-Islam bukan lagi menjadi pemikiran arus besar.

“Anda ingin tahu kisah saya–dulu saya seorang pengasuh di kampus dan menjaga empat anak,” ujar Khan seraya menyebut para blogger anti-Muslim layaknya anak nakal. “Satu hal yang saya tahu tentang anak-anak, mereka menjadi paling berisik, ribut dan menjengkelkan ketika waktu tidur tiba.” (RoL)

Redaktur: Ulis Tofa, Lc

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Muhammad Jadi Nama Paling Populer di Berlin dan Sejumlah Kota di Eropa

Figure
Organization