dakwatuna.com – Cairo, Demo Spektakuler. Itulah kira-kira ungkapan yang tepat untuk menggambarkan demo yang terjadi di Mesir. Karena merupakan demo terbesar yang pernah ada di seluruh dunia, berlangsung dalam waktu yang cukup lama, 18 hari berturut-turut, dan terjadi di seluruh penjuru Mesir.
Ada kekuatan besar yang mengorganisir dibalik gerakan rakyat tersebut. Puluhan juta rakyat mesir dari berbagai ragam agama, profesi, jenis kelamin mampu dimobilisasi dengan sangat rapi. Ada yang bertugas untuk suplai logistik, makanan, ada yang menyiapkan posko-posko kesehatan, ada yang mengadakan dan menjaga toilet darurat, ada yang menyiapkan informasi terbaru, ada yang bertugas sebagai keamanan, ada yang menjadi orator, ada yang mengirim berita ke berbagai media massa, ada juga kelompok yang membersihkan sampah-sampah di jalanan… dst.
Bahkan ada kelompok-kelompok yang menjaga tempat-temapt ibadah, khususnya gereja selama 24 jam, agar tidak dirusak oleh pemerintah, namun pelakunya dialamatkan kepada para pendemo.
Pada kesmepatan lain, pemerintah dengan sengaja membebaskan ratusan nara pidana kriminal, namun dengan syarat, mereka harus melakukan pengkrusakan di jalanan, fasilitas umum, juga bentrok dengan pendemo. Tapi usaha itu bisa diantisipasi oleh pendemo, ketika ada sedikit profokator, salah satu di antara mereka saling mengingatkan… “Tsaurah salimah atau intifadhah salimah, atau uangakapan singkat, salimah salimah salimah… silmiyah silmiyah silmiyah” yang maksudnya bahwa gerakan mereka damai, tidak boleh ditunggangi oleh anasir-anasir anarkis.
Bahkan militer pun tidak bisa menghalau dan membubarkan pendemo, padahal militer Mesir terkenal sangat tegas dan dipersenjatai dengan lengkap. Ribuan senjata berat, tank-tank dikerahkan di jalan-jalan, namun mereka juga tidak bisa berbuat banyak. Sebab, para pemuda, para pendemo berlaku simpatik kepada militer, para pemuda itu tidur di bawah, di depan, di samping dan di belakang tank-tank, bahkan di roda tank-tank tersebut. Militer tidak bisa berkutik, justeru mereka turut serta dalam barisan para demonstran.
Ini yang menyebakan AS dan Israel tidak bisa ikut campur, meski kapal perang dengan kekuatan 800 tentara sudah merapat di lautan Mesir.
Luapan kegembiraan sontak memenuhi seluruh penjuru Mesir, ketika mendengar pengunduran diri Hosni Mubarak. Di Medan Tahrir, di Istana Kepresidenan, di gedung MPR, di stasiun televisi pemerintah dan di jalan-jalan seluruh penjuru Mesir, para demonstran dan masyarakat menyambut turunnya pemimpin diktator itu dengan sujud syukur, saling berjabat tangan, saling mengucapkan selamat, derai air mata, dan rasa haru menyatu.
People power, reformasi damai, intifadhah ummah, tsaurah salimah wa silmiyah telah menuai hasil, berkat kekuatan besar di Mesir. Tanyakan kepada rakyat Mesir, siapa kekuatan besar itu? Dan tentu berkat campur tangan Allah swt. dari awal dan akhir. “Wallahu ghaalibun alaa amrihii walaakinna aktsarannaasi laa ya’lamuun” (ut)
http://gus-ulis.blogspot.com / http://www.facebook.com/?ref=home#!/gus.ulis
Redaktur: Ulis Tofa, Lc
Beri Nilai: