Topic
Home / Narasi Islam / Hidayah / Angkot Shalih

Angkot Shalih

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
(achmadruyat.multiply.com)
(achmadruyat.multiply.com)

dakwatuna.com – “Dalam sebuah kisah di masa tabi’it tabi’in. Ada seorang pemuda yang bernama Ubaidilah bin ‘Umar yang memiliki tekad untuk selalu shalat berjamaah di awal waktu sepanjang umurnya tanpa pernah meninggalkannya sekali pun. Selalu saja ia melakukan hal tersebut terus menerus. Namun suatu kali, pada waktu shalat Isya di masjid yang biasa dia shalat, dia tertinggal. Ketika dia datang ke masjid, shalat berjamaah sudah selesai. Maka langsung dia bergegas mencari masjid lain. Ternyata sudah selesai juga. Berlari ia mencari masjid lain, pun sudah selesai. Akhirnya ia memutuskan untuk shalat Isya sendiri di rumah sebanyak 27 kali berharap bisa menggantikan shalat berjamaah yang sudah ia tinggalkan. Malamnya ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia bersama sahabatnya berpacu dengan kudanya masing-masing. Namun ia selalu tertinggal. Meskipun dia selalu berusaha untuk mengejarnya tapi dia tak pernah bisa mengejar teman-temannya itu. Salah seorang temannya berkata dalam mimpinya itu, “engkau tidak akan pernah bisa menyusul kami, karena kami shalat berjamaah sementara engkau shalat sendirian.”

Pernahkah Anda naik angkot? Terutama ketika Anda sedang berada di Kota Bogor. Yah.. cukup banyak angkot di kota ini. Malah bisa dibilang terlalu banyak, sampai-sampai ada julukan baru buat kota Bogor yaitu kota sejuta angkot akibat terlalu banyaknya angkot yang berlalu-lalang sehingga seringkali menjadi kambing hitam sebagai penyebab utama kemacetan yang ada di kota Bogor. Ada juga yang bilang Bogor kota yang hijau, lagi-lagi karena angkotnya yang berwarna hijau.

Banyaknya pesaing, setoran yang tinggi, membuat para supir angkot berusaha keras mendapatkan setoran sebanyak mungkin. Salah satu cara mereka adalah dengan sabar mereka menunggu penumpang yang berakibat tidak sabarnya penumpang yang sudah naik karena terlalu lama ngetem. Dari segala macam pernak-pernik kehidupan para supir angkot yang bekerja sangat keras sampai mereka lupa akan mandi, makan(mungkin) terlebih soal ibadah. Sebenarnya, jika soal ibadah bukan hanya supir angkot saja yang lupa, pedagang, karyawan bahkan mahasiswa pun juga banyak yang meninggalkan ibadah mereka, dalam hal ini shalat 5 waktu. Kenapa shalat?. Ya, Nabi kita berkata, yang membedakan seorang muslim dengan yang orang kafir adalah shalat.

Namun di tengah persaingan yang tinggi tersebut, ada satu yang menurut saya adalah sebuah fenomena, yang biasa saya saksikan sendiri setiap harinya. Di masjid tempat  saya biasa memimpin shalat, ada sekumpulan supir angkot yang mereka tidak meninggalkan shalat di awal waktu. Memang tidak seberapa hanya sekitar delapan sampai sebelas supir. Dan tak setiap hari mereka melakukannya karena tidak setiap hari pula mereka “narik” karena sistem rotasi yang diterapkan pemerintah kota Bogor untuk mengurangi kemacetan. Tapi sungguh menakjubkan (buat saya) jika mereka melakukannya di tengah “kesibukan” mereka mencari nafkah yang tak ditentukan oleh jam kerja.

Jikalau ia seorang karyawan, maka ia dibatasi oleh jam kerja dan ada jam istirahatnya. Jika ia seorang guru atau dosen maka ia pun mendapat waktu yang sama. Tapi seorang supir, memang mereka bisa mengatur jam kerja semau mereka, tetapi logikanya adalah jika mereka tidak “narik”, maka mereka tidak akan mendapatkan penghasilan yang harus disetor.

Awalnya saya pikir hal ini adalah hal yang biasa. Karena saya hanya memperhatikan mereka ketika shalat Jum’at. Tapi ternyata banyak juga supir dengan nomor rute yang sama maupun beda tetap narik ketika shalat Jum’at berlangsung. Perhatian saya yang kedua adalah shalat Maghrib. Pun awalnya saya pikir ini adalah hal biasa juga karena waktu shalat Maghrib cukup pendek hanya sekitar kurang lebih satu jam. Tapi mereka melakukannya di awal waktu.

Baru saya terkagum-kagum ketika ada seorang supir yang shalat di masjid kami, karena masjid kami dilalui oleh rute angkot tersebut, selalu datang sebelum adzan berkumandang untuk menunggu shalat berjamaah. Dan yang ia lakukan bukan hanya shalat Maghrib, tapi juga Zhuhur, Ashar dan ‘Isya. Ya, setiap dia narik dia melakukan itu. Mang Yudi namanya. Namun bukan Yudi yang menulis surat ini, karena yang menulis bukan supir angkot melainkan hanya seorang marboth dari sebuah masjid di pinggir pintu keluar tol Baranang Siang. Kemudian ada juga kang Jamal. Dia pun melakukan hal yang sama tanpa mau kalah dari rekannya sesama supir. Dan bukan cuma mereka, ada belasan supir lagi yang terbiasa shalat di masjid kami. Meskipun kadang tidak di awal waktu.

Mereka bukanlah siapa-siapa. Tak banyak yang menganggap mereka sebagai bagian penting dalam hidupnya. Bahkan banyak yang melecehkan mereka hanya karena profesi mereka. Sungguh, buat saya ini merupakan sebuah fenomena tersendiri di tengah fenomena banyaknya orang yang meninggalkan shalat di awal waktu. Padahal sudah jelas nabi mengancam akan membakar rumah mereka yang meninggalkan shalat berjamaah. Para ulama fiqih pun mewajibkan shalat di awal waktu, kecuali Imam Syafi’i yang menetapkan sebagai sunnah muakadah yang artinya sangat dianjurkan meskipun ia tidak pernah meninggalkannya. Lalu Hasan al Banna dalam wasiatnya agar tidak meninggalkan shalat di awal waktu. Atau seorang mujahid Syeikh Abdul Aziz Rantisi yang pernah meninggalkan pengadilan Israel ketika sedang disidang hanya untuk melaksanakan shalat di awal waktu tanpa pernah takut bahwa hukumannya akan diperberat.

Tidak cukupkah pesan ini sampai kepada kita sehingga kita masih meninggalkan shalat berjamaah di masjid di awal waktu? Terlebih buat mereka yang mengaku sebagai aktivis Islam, para penggiat dakwah yang selalu berusaha menyampaikan dakwahnya. Akankah kita kalah oleh mereka para supir angkot yang shalih ini hanya gara-gara shalat yang mungkin kita anggap sepele? TIDAK!!…ini bukan hal SEPELE!! Ini masalah BESAR.

Tidak cukupkah kisah Ubaidilah bin Umar menjadi pelajaran bagi kita. Jangan-jangan ketertinggalan bangsa kita disebabkan karena seringnya kita meninggalkan shalat berjamaah di awal waktu.

Ya Allah.. ampuni segala dosa kami. Ya Allah..jangan Engkau jadikan kami bangsa yang tertinggal karena kelalaian kami. Ya Allah.. berikan kami kesempatan untuk mengejar ketertinggalan kami. Ya Allah.. hamba bersyukur telah Engkau tempatkan di tengah orang-orang shalih yang senantiasa mengingatMU siang dan malam.

Sungguh saya lebih senang bersama mereka para supir angkot yang shalih ini daripada mereka yang mengaku para ulama yang berkumpul dalam sebuah majelis. Mereka berkumpul di komplek masjid yang ternama di kota Bogor. Namun ketika adzan dengan keras berkumandang mereka tetap melanjutkan rapatnya tanpa sekalipun menghentikan aktivitasnya. Entah apakah mereka menganggap apa yang mereka bahas itu lebih penting dari shalat di awal waktu. Saudara-saudaraku… saya tidak ingin kalah dari para supir angkot ini. Bagaimana dengan Anda?

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (143 votes, average: 9.30 out of 5)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Kiat Menghafal Quran

Figure
Organization