Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Tanpa Diduga-duga

Tanpa Diduga-duga

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (endless-paradise.co.cc)
Ilustrasi (endless-paradise.co.cc)

dakwatuna.com – Pagi ini saya bangun tidur seperti biasa dan bersiap–siap untuk melakukan aktivitas seperti biasa, yakni pergi ke kampus. Sebelum berangkat ke kampus, saya sedikit chit chat di MJR 3 (ODOJ MITI), karena pagi ini MJR 3 sedikit berbeda, sedikit heboh di pagi ini, dikarenakan pengumuman evaluasi grup MJR 3 sudah di-release, berderetlah pengumuman–pengumuman itu, ada yang turun kelas, ada yang tetap atau stay di kelas dan ada juga yang naik kelas tapi lucunya yang naik kelas justru tidak mau naik kelas dan mau tetep di MJR 3, “saya tidak mau naik ke MJR 2, di sana pasti sepi sekali, aku ngga mau sepi banget dan rame banget, idealnya seperti MJR 3“ tulisnya.

Lalu aku pun berangkat ke kampus seperti biasa, dengan mengendarai sepeda motor milik kakakku, dengan jadwal hari ini adalah menghadiri dan mempresentasikan laporan pertanggung jawaban sebagai Ketua Departemen Media dan Informasi LDK Refah Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, ya hari ini adalah hari pertama musyawarah anggota, dalam rangka suksesi regenerasi kepemimpinan di LDK Refah, dengan Bismillah saya menyalakan motor dan berangkat.

Setelah berangkat sekitar 500 meter perjalanan dari rumah, tiba-tiba di tengah perjalanan, saya baru teringat, ternyata dompet saya tertinggal di rumah, tetapi karena sudah cukup jauh dari rumah dan saya takut terlambat menghadiri musyawarah anggota, terlebih saya sangat bersemangat karena sebentar lagi demisioner, saya pun memutuskan untuk tidak memutar balik motor saya untuk kembali ke rumah mengambil dompet yang tertinggal dan tetap melanjutkan perjalanan menuju kampus tercinta dan sampailah saya di kampus dan menghadiri sekaligus melaporkan laporan pertanggung jawaban selama satu tahun sebagai Ketua Departemen Media dan Informasi LDK Refah dan Alhamdulillah LPJ saya diterima dan saya dinyatakan demisioner, terbayangkan betapa senangnya saya.

Singkat cerita musyawarah hari pertama selesai cukup sore yaitu pukul 17.30 dan saya pun memutuskan untuk kembali ke rumah setelah sholat magrib, setelah sholat magrib saya pun kembali ke rumah, tetapi sebelum pulang saya sempatkan mampir untuk mengisi bahan bakar tubuh ini (makan), karena perut saya sudah mulai berbunyi, haha untung saja di tas saya terselip uang yang cukup untuk membeli makanan, setelah selesai barulah saya melanjutkan perjalanan kembali ke rumah. Setelah sampai di perempatan lampu merah jalan protokol (simpang charitas) dan ternyata macet parah sekali, langsunglah saya melakukan aksi jiwa pembalap saya, dengan meliuk-liuk di antara mobil-mobil dan saya pun semakin dekat dengan lampu merah dan eng ing eng banyak polisinya, berjejer-jejer seperti point bolling, saya sadar bahwa lampu depan motor saya mati dan saya kembali menyelinap di antara mobil untuk menghindari polisi tapi nasib berusaha menghindar dari satu polisi, justru kepergok banyak polisi yang berjejer bak pion catur, mau puter balik tidak bisa, takutnya malah dikejar, ditangkap, dan dituduh yang tidak–tidak.

Akhirnya saya berpura-pura tidak tau sambil menutup helm saya dan seperti yang saya duga, tidak perlu menunggu waktu yang lama, polisi langsung menghampiri saya dengan gaya khasnya, dia menegur saya, “selamat malam Pak”, lalu saya jawab “malam Pak”, kemudian polisi tersebut bertanya “Pak, ini kenapa lampu motornya ngga hidup?”, lantas saya jawab, “mati Pak.”

“Mana STNK?” lanjut Polisi, “tidak ada Pak” jawab saya dengan nada rendah, polisi bertanya kembali “SIM?”, “tidak ada juga Pak, saya tidak bawa dompet”, jawab saya. Polisi tersebut dengan nada tegas berkata “wah parah sini kunci motor kamu” sambil mengambil dengan paksa kunci motor saya dan menyuruh saya ke pos sembari ia berjalan terlebih dahulu. Ternyata di dalam pos polisi sudah banyak orang yang ditilang.

“Sini kamu masuk” perintah pak polisi sembari menanyakan “kalau tidak ada STNK dan SIM, KTP kamu aja, ada?” Kemudian saya jawab, “tidak ada juga Pak, dompet saya tertinggal di rumah”. “Sebenarnya kamu dari mana”, tanya polisi itu, lalu saya jawab “dari kampus Pak, sebentar Pak saya telepon kakak saya dulu”. Kemudian polisi itu sontak bertingkah sedikit aneh, seketika dia langsung bertanya, “kakak kamu kerja dimana?”. Saya sedikit bingung sambil berfikir dan saya jawab, “kerja di oli Pak”, namun karena pos itu terlalu ramai, banyak sekali orang yang ditilang keluar masuk, polisi itu memutuskan mengajak saya ke luar pos, sudah di luar saja kata polisi itu dan keluarlah saya dan saya bilang di sini saja pak, sambil menunjuk bangku kosong yang ada di depan pos polisi. Lalu polisi tersebut berkata kembali, “ya sudah sekarang segera hubungi kakak kamu”. “Iya Pak, segera saya hubungi”, jawab saya.

Dikarenakan tidak mempunyai pulsa, maka saya BBM saja kakak saya, tapi kondisi berkata lain, BBMnya pending, tapi saya tunggu saja, sambil berusaha menghubungi teman yang bisa membantu, tapi sama melalui BBM juga, setelah sejenak, pak polisi tadi mengahampiri saya kembali dan bertanya, “apakah sudah dihubungi kakak kamu”. “Sudah saya BBM Pak, karena saya sedang tidak mempunyai pulsa”, jawab saya.

Lalu pak polisi tersebut berkata, “bagaimana jaksa akan menuntut kamu jika seperti ini, tidak ada idenditas sama sekali (yang dimaksud adalah surat–surat berharga seperti sim, stnk, ktp dll)”. “Mau bagaimana lagi pak dompet saya tertinggal di rumah,” sahut saya. Lalu dia pergi lagi, saya pun masih menunggu BBM, beberapa saat, tiba-tiba keajaiban datang, pak polisi tadi menghampiri saya kembali dan tiba-tiba dia berkata, “ya sudah ini kunci motor kamu (dengan gaya memaksa), cepat ambil dan sana pergi.”

Saya pun bertambah bingung, ada apa dengan polisi ini dengan sangat tiba–tiba langsung memberikan kunci motor dan meminta saya pergi, tapi walaupun saya dalam keadaan bingung saya tetap senang saja, lalu saya ambil saja kunci motor saya dan polisi tadi langsung menaiki motor milikinya pergi meninggalkan saya dan temen-teman polisinya yg masih banyak bergerilnya mencari mangsa di lampu merah, dengan santai saya berjalan ke motor milik saya dan menaikinya, sebab dari pos polisi, siapa yang akan menilang saya kembali begitu pikir saya.

Setelah itu saya kembali melanjutkan perjalanan pulang, sambil berfikir wah jangan–jangan polisi tadi berniat menilang saya kembali di perempatan berikutnya, saya pun memperlambat laju motor saya, tetapi tiba-tiba saya berfikir dan teringat taujih seorang ustad, kata beliau bahwa pertolongan Allah bisa datang tiba- tiba dan dari mana saja dan saya pun mulai berhusnudzon.

Dan berfikir mungkin saja polisi tadi adalah jelmaan malaikat yang menjadi polisi, yang diperintahkan Allah untuk menyelamatkan saya dari penilangan oleh polisi yang sebenarnya atau polisi tadi tiba-tiba diberikan hidayah oleh Allah sehingga dia dengan sukarela memberikan kunci motor saya kembali dan mengurungkan niatnya menilang saya serta langsung pergi meninggalkan lokasi, hal ini sejalan dengan apa yang saya alami ketika masa SMA, Saya mendapatkan kesempatan mengikuti tour gratis dari sekolah tanpa biaya sedikitpun, padahal saya tidak ikut karena tidak punya uang sedikitpun walaupun sebenarnya saya sangat ingin ikut serta dalam tour itu.

Tiba–tiba saya mendapat tawaran ikut serta dalam tour yang diselenggarakan sekolah saya saat itu secara gratis, tawaran itu disampaikan langsung oleh guru bahasa saya, yang memang cukup dekat dengan saya. Guru bahasa saya bilang, kamu ikut saja ya Li, tour sekolah nanti.” Saya jawab, “tidak bisa ikut Bu karena saya tidak mempunyai uang.” “Ya sudah kamu ikut saja seluruh biaya untuk kamu akan ditanggung sekolah alias gratis, tapi kamu Ibu beri tugas untuk membantu para guru mengawasi teman–temanmu yang lain.” Saya pun segera mengiyakan permintaan guru saya, terbayang betapa senangnya saya dapat mengikuti tour sekolah kala itu.

Setelah beberapa tahun saya baru sadar, sembari merenung siapa tau tour saat itu adalah hadiah yang diberikan oleh Allah kepada saya melalui guru bahasa saya. Saya semakin sadar bahwa pertolongan Allah dapat datang dari manapun dan kapanpun, tanpa kita sadari, bisa jadi sesuatu yang kita nilai sebagai hasil kerja keras kita ternyata adalah hadiah dari Allah SWT, pertolongan dari sahabat bisa jadi adalah pertolongan dari Allah yang diberikan Allah melalui sahabat kita, maka sudah selayaknya kita senantiasa berhusnudzon kepada Allah SWT dan bermuhasabah dari setiap kejadian agar kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari hal–hal yang kita alami setiap saat.

Maka tidaklah salah jika ada yang mengatakan mari belajar dari setiap kejadian dan semoga kisah saya dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua, Insya Allah, Allah akan senantiasa memberikan pertolongan–pertolongannya kepada kita semua. Wallahua’lam. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa

Lihat Juga

Ketika Dugaan Berfungsi Sebagai (Satu-Satunya) Pembenaran

Figure
Organization