dakwatuna.com – Baghdad. Asosiasi Ulama Irak (AMSI) menekankan tetap memegang sikap politik lamanya terhadap penjajahan. Sikap politik tidak akan berubah dengan adanya perubahan bentuk pemerintahan dan siapa yang berkuasa. Sikap politik hanya akan berubah jika ada perubahan langkah, kejadian, dan usaha yang serius mewujudkan perdamaian, bukan dengan retorika dan janji-janji.
Hal itulah yang disampaikan para ulama kepada seluruh rakyat Irak dalam sebuah surat terbuka yang dipublikasikan Senin (18/8/2014) kemarin. Asosiasi juga mengingatkan para pejuang revolusi agar tidak terpengaruh dengan janji-janji manis yang disampaikan para pendatang baru.
Menurut para ulama, langkah yang benar untuk menyelesaikan krisis di Irak adalah dengan menyelamatkan seluruh rakyat Irak, bukan memenangkan satu kelompok atas kelompok yang lain. Caranya dengan melibatkan seluruh komponen rakyat Irak dalam mengelola negara.
Para ulama meminta pihak-pihak yang ingin menutup sejarah hitamnya di Irak agar melakukannya dengan menghentikan kejahatan-kejahatan yang selama ini dilakukan pemerintah Al-Maliki di provinsi-provinsi revolusi Sunni, membebaskan ratusan ribu tahanan politik, membubarkan milisi-milisi Syiah bersenjata yang selalu melakukan pembantaian Sunni, menghentikan marjinalisasi kelompok atau tokoh politik tertentu, mengadili semua yang terlibat dalam kejahatan dan pembantaian, dan mengembalikan orang dan kelompok yang saat ini dipaksa meninggalkan kampung halaman mereka.
Jika pemerintahan yang baru tidak bisa melakukan agenda-agenda di atas, maka menurut para ulama, bisa dikatakan bahwa yang terjadi saat ini hanyalah perubahan wajah saja. Rakyat Irak tidak akan hidup merdeka dan menikmati kekayaan negerinya jika yang berkuasa adalah politik penjajahan Amerika. (msa/dakwatuna/Iraq-amsi)
Redaktur: M Sofwan
Beri Nilai: