Topic
Home / Berita / Opini / Menghidupkan Kembali Keberanian Kita

Menghidupkan Kembali Keberanian Kita

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (typepad.com/tripcart)

dakwatuna.com – Beberapa hari yang lalu, saya menyaksikan sebuah film yang luar biasa. Bukan karena adegan laganya atau serunya saling tembak menembak, tapi film ini cukup banyak menghentakkan pemikiran saya bahkan mungkin kebanyakan orang yang menyaksikannya. Film ini berkisah tentang 3 mahasiswa di India yang di sebut ‘idiot’. Dari judulnya yaitu 3 Idiots, kita sudah terkecoh. Mungkin gambaran kita film ini menampilkan 3 orang yang kocak dengan tingkah laku yang konyol. Namun itu sebuah kesalahan yang fatal karena yang ditampilkan adalah 3 sosok mahasiswa dengan seorang pemimpinnya yang berpengaruh, berpikir dan bertingkah laku berbeda dengan budaya kampus yang kaku dan statis. Idiots digelarkan pada 3 mahasiswa ini karena pihak kampus kewalahan untuk menghentikan tingkah laku 3 mahasiswa ini yang selalu menentang kebijakan kampus yang kaku dan mengekang mahasiswa.

Namun hanya seorang saja sebetulnya yang paling berpengaruh baik bagi 2 orang lainnya, maupun bagi keseluruhan mahasiswa. Sebut saja Chan namanya. Dia adalah orang yang paling penentang namun tetap cerdas penentangannya itu. Dia lah satu-satunya yang berani menasihati sang Rektor yang sangat keras dan selalu menyulitkan tugas akhir mahasiswanya. Dialah yang membantu salah seorang mahasiswa yang mengajukan tugas akhirnya dengan membuat helikopter yang bagi sang rektor itu tugas yang tidak mungkin di buat. Bahkan dengan entengnya sang Rektor meminta mahasiswa itu untuk mengganti tugas akhirnya tersebut. Sang mahasiswa putus asa namun ada Chan yang membantunya hingga akhirnya helikopter itu berfungsi namun sayang sang mahasiswa keburu mati gantung diri di asramanya. Chan lah yang banyak menentang budaya kampus yang kaku hingga suatu hari seorang dosen bertanya kepada para mahasiswa tentang definisi mesin. Maka Chan menjawab dengan definisi yang sederhana dan mudah dipahami. Sang dosen tidak puas karena penjelasannya yang terlalu sederhana. Chan protes karena menurut dia ilmu harus menyederhanakan sesuatu dan tidak selamanya harus dibuat rumit. Sang dosen marah dan menyuruhnya keluar kelas. Chan keluar kelas namun balik kembali masuk dan membuat dosen keheranan. Ketika ditanya mengapa masuk kembali ke kelas maka Chan menjawab dengan kata-kata yang panjang dan istilah-istilah yang rumit. Sang dosen protes dan meminta Chan untuk lebih sederhana dalam menjawab. Dengan entengnya Chan balik bertanya, bukankah bapak ingin sesuatu dengan definisi yang rumit?

Sungguh jawaban yang cerdas. Inilah beberapa gambaran yang membuat saya cukup takjub dan yang paling menghentakkan pikiran saya adalah betapa berani nya Chan mendobrak budaya yang kuat dan telah lama lahir di tengah kampus itu yang kaku dan mengekang. Jadi teringat pula kisah nabi mulia teladan kita semua, Muhammad SAW. Beliau bahkan lebih berani dan lebih sabar dalam menentang dan merubah budaya jahiliyah yang telah berabad lamanya lahir di tengah kehidupan bangsa Quraisy. Kita teringat kisah beliau yang tetap menjunjung tinggi kejujuran walaupun banyak masyarakat sekeliling beliau, di awal kenabian mendustakan bahkan menghina beliau. Bahkan di beberapa tahun setelah kenabian, Rasulullah mampu menumbangkan berhala-berhala yang telah menjadi sembahan bangsa Quraisy serta menjadi darah daging mereka.

Rasulullah SAW adalah teladan kita, maka kita harus mencontoh kegigihan dan keberanian beliau dalam mendobrak budaya-budaya yang jahiliyah atau budaya-budaya yang kaku dan menyesatkan hidup kita. Ada seorang teman yang menelepon atau meng sms hanya untuk mengkonsultasikan keinginan beliau mengikuti tes pegawai negeri. Berturut-turut sms beliau meminta masukan tes mana yang harus di ambil, apakah di kota A atau B. Besoknya sms tetap berlanjut meminta pertimbangan dari sisi biaya perjalanan ke kota A atau B. Akhirnya saya jawab, bahwa Anda harus memilih yang paling meyakinkan ! dengan berbagai pertimbangan masing-masing. Kalau Anda terus bimbang dan tidak punya fokus, maka Anda akan gagal ! Akhirnya saya hanya berfikir, apakah semua orang Indonesia ini harus menjadi pegawai negeri? Yang luar biasa, salah seorang pakar perbankan Islam, pernah menasihati anak asuh nya agar tidak menjadi pegawai negeri. Terkadang kita takut tidak dapat rezeki kalau tidak menjadi pegawai negeri. Sangat jarang sekali orang yang berani mendobrak budaya harus menjadi pegawai negeri. Padahal, mengapa harus takut tidak menjadi pegawai negeri? Memang menjadi pegawai negeri bukan sesuatu yang buruk, bahkan merupakan amal mulia. Kalau perlu orang Indonesia yang jujur dan giat bekerja harus jadi pegawai negeri agar bangsa ini menjadi maju dan berkembang. Yang tidak boleh adalah berputus asa dari rezki Allah seandainya tidak menjadi pegawai negeri. Allah SWT. berfirman, “Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda”. (QS Al-Lail 92 : 4).

Sebagian kita juga terkadang terkungkung dengan budaya menunggu dana untuk mulai bergerak. Contohnya menunggu dana bantuan pemerintah untuk menggerakkan sebuah yayasan atau ormas. Menunggu modal banyak untuk memulai bisnis. Menunggu pekerjaan tetap untuk menikah, dan lainnya. Kalau kita tafakuri, bahwa air yang bergerak dan mengalir akan membawa keberkahan. Sungai yang mengalir akan membawa banyak manfaat dibandingkan dengan air yang tergenang. Air tergenang hanya akan menimbulkan banyak penyakit. Begitu pun dengan yayasan sosial atau ormas yang terus bergerak dan membuat banyak kegiatan akan lebih membawa berkah dibandingkan dengan yayasan atau ormas yang diam dan hanya menunggu bantuan dana pemerintah. Memang tidak buruk mengajukan proposal dan berharap bantuan dana dari pemerintah. Yang tidak boleh adalah tidak bergerak hanya karena tidak ada dana bantuan pemerintah. Begitu pun dengan modal usaha, tentu merupakan unsur yang wajib ada untuk memulai berbisnis. Namun, apakah harus menunggu berkumpulnya modal baru bergerak, atau mulai bergerak walaupun hanya dengan usaha sederhana? Yang luar biasa, banyak pengusaha-pengusaha sukses yang mengawali bisnis nya dengan modal pas-pasan. Tapi mengapa mereka bisa sukses? karena mereka berani memulai dan tidak hanya menunggu dan menunggu.

Kehidupan ini memang ibarat sebuah peperangan. Manusia yang ada di dalamnya harus berani dan tegar menghadapi peperangan ini. Kita seharusnya bangga sebagai muslim, karena hanya Islam lah yang memiliki konsep At-Taghyiir (Perubahan). Bukankah Allah telah menetapkan bahwasanya suatu kaum tidak akan berubah ke arah yang lebih baik sampai kaum tersebut yang merubahnya sendiri? di antara musuh perubahan adalah budaya yang kaku dan menyesatkan. Semua orang memang ingin berubah ke arah yang lebih baik. Namun sedikit di antara mereka yang berani melawan budaya kaku lagi menyesatkan itu. Ini adalah tantangan bagi saya, Anda, dan kita semua untuk menghidupkan sikap berani melawan budaya yang kaku dan menyesatkan dengan tetap berpegang teguh pada ketentuan Allah dan Rasul Nya karena dengan berbekal al-Quran dan as Sunnah lah kita bisa menjadi pemenang di peperangan kehidupan ini.

(hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (40 votes, average: 8.85 out of 5)
Loading...

Tentang

Ketua IKADI Kota Dumai - Riau

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization