Topic
Home / Narasi Islam / Dakwah / Memanggil Peran Para Perantau Dakwah

Memanggil Peran Para Perantau Dakwah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (donialsiraj.wordpress.com)
Ilustrasi (donialsiraj.wordpress.com)

dakwatuna.com – Dakwah ini seperti perputaran roda, berjalan menyusuri rentang masa dan jarak. Karakter suatu tempat atau masa berbeda antara yang satu dengan yang lain. Tentunya ada latar belakang pemikiran, suasana, sumber daya dan sebagainya yang memengaruhi berbeda-bedanya perkembangan dakwah, kemudahan dan kesulitannya.

Di antara rentang-rentang masanya, ada masa-masa semangat dan ada saat-saat futurnya. Di antara keduanya, ada mereka yang bertahan sebagai penyambung estafet kesinambungan dakwah ini, di antara kejayaan dan kemundurannya.

Dakwah ini, di antara rentang-rentang jaraknya, ada ruang-ruang yang menggeliat, ada pula ruang-ruang yang redup, di antara keduanya ada para perantau dakwah yang menjadi penghubung bagi kesinambungan nya. Adakalanya pada suatu tempat atau komunitas, dakwah berkembang dengan baik, namun pada tempat atau komunitas lain, ia berjalan tertatih-tatih.

***

Daerah ini, di antara kesuburan alamnya, tetapi bagi dakwah ini ia bisa digambarkan seperti tempat yang kering-kerontang dan teramat tandus. Atau bisa pula ia digambarkan seperti belantara dan belukar yang terlalu lebat, hingga benih-benih dakwah itu layu tak berdaya menghadapi keganasannya. Bisa jadi ini adalah tempat yang terlalu nyaman hingga benih-benih itu enggan untuk menggeliat, atau tempat yang terlalu cadas yang membuat benih-benih itu pupus menghadapinya. Rata-rata perkembangan berbagai harakah di daerah ini memang tertinggal jauh dibanding daerah lain. Kebanyakan mereka yang tersentuh oleh dakwah ini, interaksi itu mereka dapatkan di perantauan, seperti bekerja atau kuliah, di sana mereka mendapatkan suasana yang memudahkan mereka terpanggil dalam dakwah ini. Sangat jarang mereka mendapatkan interaksi itu di kampung halamannya ini.

Ketika benih-benih dakwah sulit untuk tumbuh di belantara ini, mungkin ia perlu disemai pada tempat dimana suasana dan kondisinya kondusif bagi tumbuhnya benih-benih dakwah itu. Persemaian itu bisa berupa tempat yang telah kondusif atau suasana yang relatif mendukung bagi tumbuhnya benih-benih itu, seperti kampus atau lingkungan perantauan. Setelah cukup memadai, barulah bibit-bibit itu ditanam sebagai pohon dakwah di belantara ini. Tapi begitulah, begitu banyak mereka yang telah berinteraksi dengan dakwah ini di perantauan, ketika kembali ke kampung halamannya ini, futur itu akhirnya melanda mereka dengan berbagai sebab.

Ketika benih-benih dakwah sulit bersemai di tempat ini. Mereka yang telah menjadi bibit-bibit dakwah pun masih tetap sulit untuk hidup ketika kembali di daerah ini. Yang lebih banyak eksis justru mereka yang tetap menetap di perantauannya. Maka biarlah mereka menjadi pohon-pohon dakwah di tempat lain dan menghasilkan buah-buah dakwah dari sana. Tetapi kami yang di sini berharap agar para perantau dakwah itu tak melupakan sama sekali kampung halamannya. Ada kontribusi dari buah-buah dakwah yang mereka hasilkan itu bagi kampung halaman ini. Sehingga, meski pohon-pohon dakwah itu tak tumbuh di sini, namun kami yang berada di sini pun juga bisa ikut menikmati buah-buah itu. Atau setidaknya suatu hari nanti. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Seorang petani di kaki Gunung Ungaran. Mengikuti kegiatan di Muhammadiyah dan halaqah. Meski minim mendapatkan pendidikan formal, pelajaran hidup banyak didapat dari lorong-lorong rumah sakit.

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization