Topic
Home / Berita / Nasional / May Day, Kemana Nasib Buruh Kita

May Day, Kemana Nasib Buruh Kita

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Buruh Indonesia (inet)
Buruh Indonesia (inet)

dakwatuna.com – Jakarta. Peringatan Hari Buruh Sedunia atau yang lebih dkenal dengan nama May Day telah selesai. Tuntutan agar pemerintah lebih berpihak kepada buruh demi kesejahteraan bangsa menjadi sentral isu yang diangkat dalam peringatan ini. Namun di tengah-tengah tuntutan para buruh masih tersisa satu persoalan baru yaitu kesiapan pemerintah dalam menyambut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terutama  akan masuknya tenaga kerja asing yang akan ikut bersaing dengan buruh dalam negeri. Kesiapan ini patut dipertanyakan mengingat peristiwa penangkapan buruh kasar asal China yang tidak memiliki dokumen izin bekerja maupun izin tinggal padahal mereka sedang mengerjakan proyek pemerintah.

Upaya pemerintah untuk menghadirkan investor asing bagi pembangunan dalam negeri haruslah juga menjadi solusi bagi persoalan pengagguran di Indonesia. Pekerja dalam negeri menjadi prioritas utama kecuali jika ketrampilan tertentu tidak bisa dilakukan oleh pekerja sendiri barulah menggunakan tenaga asing. “Masuknya banyak warga asing yang bekerja di Indonesia sebagai buruh kasar, itu ancaman langsung bagi buruh di Indonesia. Salah satu tujuan utama dari investasi asing adalah menciptakan lapangan kerja bagi warga negara Indonesia,” Ujar Wakil Ketua DPR Fadli Zon (2/5/2016) seperti dimuat viva.co.id

baca juga Ada Apa Banyak Buruh China Di Indonesia?

Jika investasi dari luar memiliki persyaratan harus memperkerjakan buruh asing haruslah ditolak pemerintah karena ini sama saja dengan upaya penjajahan. Tapi bagi mereka yang punya keahlian khusus yang di Indonesia belum ada yang menguasainya, itu tidak jadi masalah. “Tapi jangan sampai pekerjaan domestik yang masih dapat dikerjakan oleh tenaga kerja Indonesia, diberikan juga kepada warga asing. Jangan sampai buruh domestik tertindas lantaran pemerintah tidak tegas,” tegas Fadli dalam berita jpnn.com

Fadli juga mengingatkan pemerintah terhadap ancaman luar yang dapat mengganggu stabilitas  dalam negeri melalui masuknya tenaga asing. “Di tengah interaksi ekonomi yang semakin terbuka, negara harus semakin hati-hati terhadap berbagai ancaman. Salah satunya ancaman buruh asing yang akan mengancam pula kesejahteraan buruh Indonesia,” tambahnya.

Secara terpisah aktivis Konfederasi Serikat Nusantara (KSN), Mukhtar Guntur K, mengatakan bahwa penjajahan  dimulai ketika sebuah negeri menjadi pelayan utama bagi kepentingan modal asing dan menghamba kepada sistem kapitalisme global dengan menjalankan agenda neoliberalisme di dalam negeri. “Imperialisme adalah tahapan tertinggi dari kapitalisme dimana penjajahan tidak lagi ditunjukan dengan dominasi ekonomi namun sudah mencapai pada pendudukan dan penaklukan kawasan dan harus setia pada negara adidaya Amerika Serikat sebagai pimpinan utama dari negara imperialis,” terang Muhtar yang dimuat oleh rmol.com (hs/dakwatuna)

Redaktur: Hendro Sulistiyo

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Lihat Juga

Rumah Singgah Pasien Keenam Diluncurkan di Kota Bandung  

Figure
Organization