Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Mengkhayal di Dalam Khayalan

Mengkhayal di Dalam Khayalan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: kanald.ro)
Ilustrasi. (Foto: kanald.ro)

dakwatuna.com – Hari ini hari minggu, tidak seperti minggu-minggu biasanya, di mana waktu libur kuhabiskan di luar kampus, entah itu hanya istirahat di kost, mengerjakan tugas, refreshing dengan jalan-jalan ataupun melaksanakan tugas-tugas organisasi. Minggu ini aku memutuskan tidak menjadikannya sebagai hari libur, karena aku harus kembali ke kampus untuk suatu keperluan. Tidak seperti biasanya, kampus di hari minggu terlihat sepi, hanya satu tempat parkiran yang dipakai, itupun tidak penuh. Padahal di kampusu ini masih ada 3 tempat parkiran yang hari itu terlihat kosong.

Motorku kuparkirkan, dan aku berjalan memasuki kampus. Ditengah jalan aku melewati satu gedung yang biasa dipakai untuk acara-acara yang dilaksanakan mahasiswa. Terlihat hari itu, di tempat itu, sepertinya akan ada acara. Terlihat ada orang-orang yang sepertinya penyelenggara yang menyiapkan acara. Akupun tau kalau di tempat itu akan diselenggarakan acara keislaman untuk masyarakat umum kampus oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kerohanian di kampusku. Aku tau, karena sebelumnya aku mendapat info SMS dan Media Sosial dari temanku yang kebetulan juga merupakan anggota dari organisasi tersebut. Masih jam 7 pagi, acara belum dimulai, karena di info yang kudapat Pembukaan dimulai pukul 8 pagi. Aku belum memutuskan untuk hadir di acara tersebut, karena tujuan utamaku hari itu adalah ke Gedung perkuliahanku, terkait urusan akademiku.

Jam 9.30 pagi, urusan utamaku selesai. Untuk hari ini sepertinya tidak ada pekerjaan mendesak lagi yang harus segera aku kerjakan. Aku berjalan kembali menuju parkiran. Terlihat dari kejauhan, tempat-tempat parkiran lain masih kosong, kecuali parkiran utama, tempat aku memarkir motorku. Terlihat walaupun motor yang parkir lebih banyak, namun tetap tidak penuh.

Aku terus berjalan, memutuskan untuk pulang ke kost, beristirahat, menikmati hari minggu yang hanya kuperoleh sekali dalam seminggu. Namun semua berubah, ketika ditengah jalan, tepat di depan gedung penyelenggaraan acara Keislaman tadi, temanku yang juga penyelenggara acara tersebut memanggilku, mengajak aku mengikuti acaranya. Sempat terjadi negosiasi, tawar menawar antara dia sebagai penjual yang menjual acaranya dengan aku sebagai calon pembeli mungkin dianggapnya bagian dari pangsa pasarnya.

Setelah terjadi transaksi yang cukup alot, kuputuskan untuk membeli jualanya. Aku bersedia masuk ke dalam gedung itu, menjadi peserta dari acara yang diselenggarakan. Berubahnya keputusanku terjadi selain karena memang hari ini aku tidak ada pekerjaan yang mendesak, juga karena dia berhasil mempengaruhi alasanku di awal yang tidak ingin datang. Awalnya aku berpikir sekarang sudah jam 9.30 pagi, acara pembukaan dimulai jam 8 pagi, seharusnya acara pokok akan dimulai sekitar jam 8.30 pagi. Tentunya bila aku datang, aku kehilangan 1 jam materi. Maka yang kudapatkan dari acara tersebut hanya setengahnya. Tapi aku menjadi yakin untuk ikut, karena dia menyampaikan bahwa acara pembukaanya baru saja dimulai, didalam masih samputan terakhir dari Pembina organisasi mereka. Katanya juga pembukaan baru dimulai sekitar jam 9 pagi tadi, acaranya molor sekitar 1 jam.

Aku masuk ruangan dengan membayar registrasi sebesar 10 ribu rupiah. Kupikir sesuai, bahkan cukup murah, karena selain aku dapat snack dan air minum, pemateri yang dihadirkan juga cukup terkenal, karena sering kuliat tampil di Televisi dan dari buku-bukunya yang terkenal Best Seller. Aku maju mencari tempat duduk kosong terdepan. Kutemukan, di baris ke 12 dari 20 baris kursi dan kuisi. Terlihat kursi-kursi tidak sepenuhnya terisi. Sepertinya peserta yang datang kurang sesuai dengan estimasi dari penyelenggara.

Sambil mengkonsumsi snack yang diberikan, kuperhatikan acara tersebut dengan baik. Kurasa acara tersebut cukup menarik dan bermanfaat bagi siapapun yang hadir. Namun, kulihat penyelenggara acara tersebut terlihat aga sedikit gelabakan. Sepertinya karena di awal acara sudah molor cukup lama, sehingga penyelenggara harus mengeluarkan strategi-strategi lain, yang sepertinya kurang tersiapkan. Selain itu, dari pengamatanku sepertinya mereka kekurangan SDM penyelenggara. Tampak jelas satu orang harus mengerjakan beberapa tugas. Atau mungkin bisa jadi karena memang mereka masih kurang professional dalam menyelenggarakan agenda seperti ini.

Di tengah-tengah acara, aku sempat berkhayal. Aku seperti sedang menggunakan alat Doraemon. Alat kembali ke masa lalu. Masa saat aku masih berada di semester 1, saat baru beberapa minggu aku menjalani perkuliahan aktif. Sama seperti hari ini, hari itu adalah hari minggu, hari minggu di tanggal, bulan dan tahun yang berbeda. Pun dengan tempatnya, tempat itu adalah juga tempat ini, di kampus di dalam gedung yang sama, dengan acara yang sangat berbeda.

Saat itu, ditempat itu, aku menghadiri konser musik yang diselenggarakan UKM Band di kampusku. Aku masih ingat kemeriahan, keramaian dan keasyikan itu. Saat penonton yang hadir, (termasuk aku) mengikuti nyanyian dan gerakan dari Band-band yang di atas panggung. Yang kurasakan acara itu cukup menarik, sepertinya sama halnya yang dirasakan penonton lain. Selain itu, penonton yang hadir memang cukup banyak, bahkan sepertinya melebihi estimasi dari penyelenggara. Terlihat gedung konser yang diberikan batas-batas disekelilingnya dipenuhu bahkan disesaki penonton.

Tidak terlalu larut dalam nyanyian, mata dan pikirankupun juga tetap memperhatikan bagaimana penyelenggaraan dari pihak penyelenggara konser tersebut. Bagiku, yang notabene seorang Mahasiswa Baru, belum berpengalaman dalam penyelenggaraan sebuah acara, pihak penyelenggara melaksanakan dengan sangat baik. Terlihat jelas profesionalitas mereka. Yang membuat aku kagum adalah mereka semua masih mahasiswa, sama seperti aku, hanya lebih tua sebagai mahasiswa 1-3 tahun. Saat itu aku menarik kesimpulan, bahwa bagi Mahasiswa yang mengikuti organisasi akan terbiasa dengan hal-hal seperti ini, sehingga sebenarnya yang mereka lakukan adalah hal biasa. “Sedikit keterangan”, inilah salah satu alasanku ingin belajar berorganisasi ketika di kampus.

Sejenak aku kembali terlarut dalam dalam keasyikan nyanyian, sebelum pikiranku kembali terbang melayang, mempertanyakan bagaimana cara penyelenggara dalam menarik banyak penonton? Padahal Band-band yang tampil hanya dari anggota-anggota UKM Band sendiri, kalaupun ada yang bukan, itupun hanya Band-band local Malang, yang aku yakin kebanyakan penonton belum kenal. apalagi setauku di Jawa, termasuk Malang, kota tempat perkuliahanku, sangatlah sering dihadiri Band-band terkenal, yang sering tampil di layar kaca. Kalau dari segi penampil, tentu saja sepertinya jawaban itu kurang tepat.

Sempat berpikir sejenak, meraba-raba, menerka-nerka, akhirnya aku menemukan jawaban. Aku teringat selama seminggu lebih sebelum konser ini berlangsung, pihak penyelenggara tiap hari dengan mudah ditemui di stand pejualan tiket konser. Stand tersebut berdiri di tempat strategis kampus yang sering dilalui Mahasiswa. Tiap hari dan hampir tiap waktu mereka menyelenggarakan “konser kecil-kecilan” di stand tersebut. Menghibur dan menarik Mahasiswa yang notabene pangsa pasar utama mereka.

Dari pengamatanku beberapa kali melewati jalan itu, kulihat apa yang mereka lakukan telah berhasil mempengaruhi target. Pengunjung, kenalan mereka yang lewat atau bahkan Mahasiswa umum yang hanya lewat, yang sebelumya seperti tidak berniat untuk hadir di acara mereka, berubah seketika, mereka menjadi yakin memutuskan membeli tiket dan akan datang di konser mereka. Dan aku, adalah salah satu korbanya, tidak tau kenapa, aku yang sebelumnya tidak terlalu tertarik datang ke acara konser, menjadi membeli tiket mereka dan datang di konser mereka.

Memang, sebelumnya aku sudah tau tentang akan diadakannya konser mereka. Spanduk, baliho besar dan poster-poster yang tergantung dan tertempel di tempat-tempat strategis kampus pastinya akan membuat seluruh Mahasiswa, bahkan yang benci music, tentu setidaknya akan tahu akan berlangsungnya konser tersebut. SMS, BBM, WA, FB dan Twiter yang kupunyaipun tak luput dari serangan-serangan info ini. Serangan-serangan ini kudapat dari kakak-kakak kenalanku yang juga anggota UKM Band, teman-temanku calon penonton yang sepertinya telah membeli tiket, bahkan banyak pula yang tidak tahu menahu, sepertinya hanya sekedar melanjutkan info yang mereka terima. Sepertinya inilah penyebabnya.

Musik sejenak berhenti. Semakin malam, tampak penonton semakin larut, seolah tidak ingin berhenti. MC muncul menggantikan sejenak. Terlihat tampak sang MC seperti sudah sangat berpengalaman menjalankan tugasnya. Dia membacakan beberapa pengumuman, termasuk pihak-pihak yang mendukung konser tersebut. Cukup banyak dan terdengar beberapa merek yang tidak asing. Sepertinya penyelenggara juga sukses meyakinkan pihak-pihak eksternal dan sepertinya pula kerjasama mereka akan bersimbiosis mutualisme, atau saling menguntungkan melihat antusiasme penonton.

Khayalanku kembali liar. Seolah lari dari diriku yang sedang berada di tempat konser. Aku kembali mengingat tentang sponsor-sponsor atau merek-merek ternama yang terpampang di sepanjang jalan-jalan kota Malang yang pernah kulalui dan kulihat. Tentang sebuah diskotik yang akan menghadirkan yang katanya DJ ternama, yang sebenarnya aku sama sekali tak kenal. Tentang iklan-iklan rokok yang terpampang kokoh di banyak lampu merah. Juga tentang konser-konser lain yang menghadirkan artis-artis, penyanyi-penyanyi ataupun band-band ternama, yang beberapa kukenali. Tentang begitu massivnya mereka memasarkan produknya. Dan akhir yang selalu mendapat keberhasilan.

Sekejap, ketika salam penutup diucapkan MC, lamunanku buyar. Buyar dua kali. Aku sadar tubuh dan pikiranku sekarang menyatu, berada di gedung tempat biasanya berlangsung acara Mahasiswa di hari minggu. Para peserta yang lain pergi meninggalkan lokasi. Agak terlambat, akupun ikut keluar meninggalkan ruangan. Menuju parkiran, pulang ke kostku, sambal menantikan datangnya khayalan-khayalan lain.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang, sekarang aktif di UKM-Kerohanian Jama'ah AR. Fachruddin UMM. Putra asli pojok selatan Pulau Kalimantan, tepatnya Kab. Tanah Bumbu, Pagatan ini lahir pada bulan April 1994.

Lihat Juga

Tempe di Tangan, Sate Dalam Khayalan

Figure
Organization