Topic
Home / Berita / Perjalanan / My Journey to “Tidung Island”

My Journey to “Tidung Island”

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
(Aneysha Nizwa)
(Aneysha Nizwa)

dakwatuna.com – This is my journey, 27 until 29 january 2015. Sebuah perjalanan yang belum pernah saya tempuh sebelumnya, menjelajahi lautan hingga menepi di sebuah pulau, belum semua orang menapaki kakinya di pulau itu, pulau yang katanya memiliki sejarah tentang awal masuknya penduduk pulau hingga kini penduduknya semakin berkembang.

Tidung Island adalah satu dari ratusan pulau yang ada di kepulauan seribu, profinsi DKI Jakarta, dari ratusan pulau itu hanya beberapa saja yang berpenghuni, lainnya tidak berpenghuni dikarenakan pulaunya kecil atau dijadikan sebagai simpanan lindung satwa pemerintah. Pulau Tidung memiliki pantai indah tak berombak besar, ombaknya halus, anginnya berhembus lembut dan warna lautnya beraneka warna. Ada warna biru tua di batas ujung kita memandang lautan, ada warna pelangi jika pagi mulai terang, ada biru muda, hijau toska di lautan sedikit dangkal dan biru kehijauan di tepi pantai.

Pulau Tidung memiliki alam laut yang indah, bisa menikmati sunrise dan sunset di tengah hamparan pasir dan buih-buih putih. Uniknya lautan tidung itu adanya pembatas alami yang berupa pohon yang semisal pohon bonsai yang tumbuh di tengah laut tidung yang mengelilingi pulau itu sebagai pembatas lautan dalam dan lautan dangkal, dan pohon itu tumbuh rapi mengelilingi pulau walau jaraknya agak berjauhan, juga adanya karang yang memanjang melingkar mengelilingi pulau itu, keunikan yang tidak di temui di pulau-pulau lainnya. Kami menapakinya melewati muara hingga lepas kelautan.

(Aneysha Nizwa)
(Aneysha Nizwa)

Muara angke mengawali perjalanan saya dan teman-teman saya ke pulau itu, muara yang airnya menghijau kehitam-hitaman bercampur lumut dan solar-solar bekas dengan di hiasi sampah yang bertebaran di mana-mana membuat kami merasa tak nyaman, akan tetapi kami tak begitu mempersoalkan, karena tujuan kami adalah pulau yang katanya indah menawan. Perahu kayu besar bertingkat itu membawa kami ke lautan luas, air yang semakin biru tua dengan ombak yang menggoyangkan perahu besar kami membuat perjalanan kami semakin seru, ombaknya berdebur santai menghempaskan perahu kami hingga ke lautan luas. Saat semakin jauh perahu kami berlayar dari tepi, angin dan deburan ombak di tengah lautan semakin keras, karena hari itu suasana anginnya tengah berhembus kencang, sehingga perahu kami terombang ambing di permukaan laut mengikuti ombak, tergoyang, terlempar dan terhempas di gulungan ombak, suasana yang belum pernah kami temui sebelumnya, mengerikan dan menakutkan, terbayang jika perahu itu tiba-tiba terhenti kehabisan bahan bakar, di tengah lautan luas sebatas mata memandang semuanya air, gelombang dan angin, berkali-kali saya bertasbih.

Maha suci Allah yang telah menciptakan alam, ada daratan dan lautan, dan hewan-hewan laut yang banyak belum kita ketahui, tumbuh dan berkembang di sana. Suasana yang begitu menegangkan membuat saya pusing dan mual. Setelah menempuh dua jam setengah perjalanan kami pun tiba di dermaga. Perjalanan menyesakan itu telah usai, kami merebah istirahat di home stay yang sudah disediakan, lelahnya sudah terobati dengan pemandangan indah di depan rumah, rumah yang kami diami menghadap ke laut, di depan rumahnya ada kolam buatan yang terbuat dari tumpukan karang-karang, di dalam kolam itu bisa kita lihat hewan-hewan laut yang hidup, ada ikan hias, kerang, kepiting, bintang laut dan penyu. Indah sekali, keindahan yang belum bisa saya ekspresikan lewat kata-kata indah sekalipun.

(Aneysha Nizwa)
(Aneysha Nizwa)

Tidung pulau damai, di sana saya dan teman-teman kampus STAIQ Sekolah Tinggi Agama Islam AL-Qudwah Depok mengadakan KKN singkat berbentuk BAKSOS untuk penduduk Tidung, di hari ke dua saya dan teman-teman kampus melakukan kunjungan di sekolah MTsN 26 pulau Tidung, saat berbincang dengan bidang kesiswaan kami mendapat penjelasan bahwa anak-anak pulau Tidung adalah anak-anak yang memiliki otak kuat, otak mereka tidak mudah lelah saat belajar atau menghafal dibanding anak-anak kota Jakarta, karena di kesehariannya mereka mengkonsumsi ikan laut segar.

Setelah melakukan kunjungan di MTsN 26 pulau Tidung, kami melepas lelah di antara pasir-pasir lembut dan bentangan laut luas. Pantai saung cemara kasih tak jauh letaknya dari MTsN 26, indahnya masya Allah, laut yang tenang dengan angin sepoi-sepoi membuat saya tak ingin berhenti menulis perjalanan singkat ini, tak ingin beranjak dari tempat duduk yang terbuat dari belahan-belahan bambu dengan diteduhi dengan pohon yang amat sangat rindang. Dari situlah harapan saya hadir, jika saja bisa mendirikan sebuah markaz Alquran di sebuah pulau kepulauan seribu dan tak ada penghuni di pulau itu kecuali para penghafal Alquran, tetapi seketika saya tersadar dari lamunan, suara teman-teman memanggil saya membuat saya cepat beranjak dan meninggalkan pantai.

Kami melanjutkan perjalanan ke saung sunset bahari, senja mulai terlihat, rona warna pantaipun mulai berubah, warnanya seperti keemasan, efek biasan dari langit senja yang mulai memekat. Kami mencari sunset di sana, laut yang indah itu memiliki pasir pantai lembut dan putih, di sana kami temukan tripang dan kerang-kerang pantai. Oh ya, ada yang belum saya ceritakan di sini, Tidung memiliki jembatan penghubung antara pulau tidung besar dengan pulau tidung kecil, orang menyebutnya dengan sebutan jembatan cinta, padahal penamaan jembatan cinta bukan berasal dari penduduk tidung itu sendiri akan tetapi dari wisatawan yang mendatangi pulau itu. Saat senja semakin terlihat, kami dan sebagian dosen STAIQ Depok meninggalkan pantai yang terletak di ujung barat pulau dengan mengayuh sepeda, suasana yang sangat indah ini mungkin akan begitu membekas di memori kami, langit mulai memekat dan angin malampun semakin terasa menyusup ke sela-sela baju kami, kami terus mengayuh sepeda dengan di iringi suara jangkrik yang semakin ramai.

(Aneysha Nizwa)
(Aneysha Nizwa)

Tidung.. Memori indah di awal tahun, KKN Sekolah Tinggi Agama Islam AL-Qudwah Depok.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi aktif di sekolah tinggi agama islam Al-Qudwah Depok, anggota FLP Jakarta angkatan 16 dan anggota PPMU WAMY Indonesia angkatan pertama, sehari-hari penulis menjadi pengajar di TKIT Baitul Hikmah Elnusa Cilandak. Aktif di yayasan KAHATAIN dan pernah aktif di KAMMI komisariat LIPIA, LDK Al-fatih LIPIA dan komunitas MAPI (majlis pecinta ilmu) untuk para pemulung.

Lihat Juga

Hasil Polling: 78,4% Rakyat Menolak Mesir Serahkan 2 Pulaunya ke Arab Saudi

Figure
Organization