Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Menakar Makna Teologi Pendidikan: Kajian Reflektif-Paradigmatik

Menakar Makna Teologi Pendidikan: Kajian Reflektif-Paradigmatik

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (itoday.co.id)
Ilustrasi. (itoday.co.id)

dakwatuna.com – Kegelisahan umat manusia sekarang ini salah satunya disebabkan oleh paradigma pendidikan yang salah. Umat manusia seolah merasa resah dalam menghadapi kenyataan hidup yang kian berubah secara cepat. Apalagi dalam lingkungan buana yang tanpa batas (the borderless world).

Para pakar pendidikan merasa ikut andil dalam memikirkan hal ini karena akan mengancam keberlangsungan manusia dan kemanusiaannya. Kemegahan akal, kognisi, dan rasionalismenya mempersempit manusia dan menempatkan manusia dalam “ruang sempit “ akal. Segalanya dipandang dalam kacamata akal. Akal yang menjadi pusat. Karena memperkuat posisi akal seperti ini akhirnya manusia dengan dalih akalnya ingin hidup bebas; bahkan bebas tak terbatas. Akhirnya, kebebasannya itu menjadi tujuan utamanya. Segala macam hal ia lakukan untuk mengejar apa yang dicita-citakan. Kebebasannya ini yang akan mengakibatkan manusia terjerumus pada jurang kehancuran. Dalam paradigma pendidikan semacam ini manusia “dikotak-kotakan”, terparsialkan, dan cenderung mengalienasikan manusia pada kesadarannya. Manusia dalam pandangan seperti ini hanya dihargai lewat akalnya, tanpa melihat aspek-aspek berharga yang lain yang berada dalam diri manusia. Padahal bukankah aspek lain pun turut mempengaruhi keberhasilan manusia dalam mengarungi kehidupannya melainkan belum bisa menciptakan manusia yang berakhlak mulia. Menurutnya, bangsa-bangsa yang dimusnahkan oleh Tuhan bukan karena tidak menguasai iptek atau kurang pandai, tetapi karena akhlaknya buruk. Wacana di atas memberikan image pada kita akan kesalahan pendidikan yang terjadi sekarang ini. Kesalahan tersebut diakibatkan paradigma dalam memahami dan yang menjadi landasan pendidikan. Paradigma tersebut adalah paradigma manusiaan; paradigma yang dibuat ukurannya oleh akal manusia yang relatif. Di sela-sela itu, pendidikan Islam menjadi paradigma alternatif. Paradigma pendidikan dalam Islam tidak hanya dilandaskan pada pandangan homosentris manusia yang rasionalis, melainkan ditopang pula oleh paradigma ilahiyah; paradigma yang didasari oleh agama dan penafsiran terhadap sumber-sumbernya. Perbedaan paradigma tersebut akan mempengaruhi pada pandangan tentang prinsip-prinsipnya. Kalau pendidikan Barat mengacu pada paradigma dan prinsip-prinsip yang ditopang oleh akal, sehingga relatif kebenarannya. Sedangkan pendidikan Islam ditopang oleh sumber-sumber wahyu dari Tuhan (Alquran) dan turunannya yaitu Sunnah. Alquran itu absolute kebenarannya karena ia berasal dari Tuhan dan bukankah Tuhan akan tetap menjaga kebenarannya. Sebagaimana dijelaskan di muka, permasalahan pendidikan yang tak kunjung usia, carut marutnya pendidikan, dipengaruhi oleh paradigma yang tidak  jelas. Jika dikaitkan dengan pendidikan Islam, tak dipungkiri pada awalnya ada sebagian orang yang menyusun teori pendidikan Islam itu menggunakan teori-teori pendidikan Barat lalu menyelipkan dasar-dasar ajaran (Alquran dan Sunnah) pada teori-teori tersebut kemudian membuat untuk merelevankannya. Penyatuan teori semacam ini mengakibatkan adanya kesimpangsiuran konsepsi pendidikan. Namun setelah itu, upaya penggalian konsepsi-konsepsi pendidikan yang bersumber pada ajarannya dilakukan. Selain itu, yang menjadi penyebab carut marut dan kelemahan pendidikan Islam, Syed Naquib al-Attas mengemukakan: ”Yang menjadi penyebab mundurnya muslimin dan degenerasi adalah kelalaian dalam merumuskan dan mengembangkan rencana pendidikan yang sistemtis berdasarkan prinsip-prinsip Islam, dan melalaikan pelaksanaan suatu sistem pendidikan yang terpadu”.

Derivasi Paradigma Teologis pada Konstruksi Konsepsi Pendidikan Islam Tulisan ini sebenarnya ingin menegaskan bahwa kajian teologi pendidikan secara hipotetik menjadi fondasi bagi pengembangan konsepsi pendidikan. Tegasnya, konsepsi pendidikan yang didasarkan pada pemikiran kritis mengenai Tuhan dengan segala atributnya, juga hubungannya dengan manusia dan alam, yang tidak dapat dilepaskan dari pesan-pesan yang disenyalir oleh Tuhan dalam ayat-ayat-Nya. Konsepsi-konsepsi kajian teologi pendidikan pendidikan tidak terlepas dari konstelasi pernyataan ketuhanan dalam paparan Alquran, Sunnah, dan pemikiran filosofis-dialektis mengenai interpretasi wahyu dan pemahaman tentang Tuhan. Wilayah kajian teologi pendidikan ini sejatinya ”lebih atas” posisinya daripada filsafat pendidikan dan ilmu pendidikan. Filsafat pendidikan lebih mengandalkan pada premis dan analisis yang apriori logis. Ilmu pendidikan berlandaskan pada konsep empiris mengenai pendidikan yang ditopang oleh kelogisan. Derivasi konsepsi ini step by step mengarah pada proses pendidikan dan komponen kompone pendidikan Teologi pendidikan dianggap penting bagi pengembangan konsepsi dan pengembangan teori pendidikan Islam. Teologi pendidikan ini memberikan landasan kokoh bagi konstruksi teoritik pendidikan Islam. Pemahaman mengenai teologi ini bukan didasarkan pada asosiasi teologi yang berhubungan dengan permasalahan ilmu kalam. Teologi pendidikan ini secara hipotetik berhubungan dengan penalaran kritis mengenai konsepsi Tuhan dengan segala ”atribut”-nya yang tidak terlepas dari bingkai wahyu dan pesan Tuhan. Sebagai sesuatu yang membumi, konsepsi teologi pendidikan tidak tercerabut dari dimensi insaniah manusia dan kosmologi, sebab pendidikan sebagai sebuah proses koheren dengan perjalanan sejarah manusia menuju dan kembali pada-Nya. Konsepsi paradigmatik ini penting untuk dikembangkan untuk menguatkan dan mengajegkan bangunan teori pendidikan Islam yang sudah ada.

 

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ketua Yayasan Pendididkan Latifah Ciwaringin, Cirebon.

Lihat Juga

Tradisi Ilmu dan Pendidikan antara Islam dan Barat

Figure
Organization