dakwatuna.com – Dalam satu acara beberapa bulan lalu, petinggi dua partai ngobrol bersama beberapa Pati (Perwira Tinggi, red) TNI.
Ujar politisi: “sudah mantap isu tentang PKS tuh..” (cont, red)
“.. tapi kok cepat tertutup dengan isu partai bapak?” Lanjutnya. “Ya kami juga gak bisa kontrol masalah kami yang ruwet”, jawab politisi satunya.
“Ya harus dijaga agar isu negatif PKS on terus. Kalau enggak kita yang repot!” Sergah politisi pertama. Mereka ngobrol spontan.
Beberapa Pati TNI terhenyak kaget dengar obrolan dua politisi tersebut. Beberapa hari lalu saya jumpa dengan salah satu Pati dan cerita hal ini.
Pati TNI itu terheran-heran begitu kejam & kotornya politik dan politisasi hukum di negeri ini. Beliau sebut dua nama politisi itu ke saya.
Saya tersenyum dengar cerita itu. Gak kaget. Saya bilang: “Kasus ini akan digoreng sampai dengan pemilu 2014. Pengadilannya jadi gak penting.”
Saya berteman baik dan dekat dengan dua politisi itu. “Saya akan tetap bersikap baik kepada kedua teman itu, Pak.” Cetus saya kepada Pati itu.
“Gak sakit hati, Pak?” Tanya pati itu. “Energi kami terlalu berharga dihabiskan untuk itu. Kami fokus bekerja, Pak!” Jawab saya.
Alhasil kader kami makin semangat, dua pilgub besar kami menang. Dan dengan keyakinan penuh songsong pemilu 2014.
Di ujung obrolan saya berpesan: “Dinamika politik jika tidak dikelola baik akan bahayakan NKRI. Pada sikon ini TNI jadi benteng terakhir!”
“Saat ini negara butuh TNI yang kuat, profesional dan berintegritas. TNI tidak boleh dirusak siapapun apalagi untuk kepentingan politik!”
Pati itu mengangguk setuju. “Saya pribadi simpati dengan PKS dan berharap besar dengan peran kebangsaan PKS ke depannya..” Tutup Pati itu. (pip)
Redaktur: Saiful Bahri
Beri Nilai: