Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Pragmatisme Dakwah Melemahkan Ikhwah

Pragmatisme Dakwah Melemahkan Ikhwah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

“Hidup adalah pilihan, dan setiap pilihan ada tujuan dan resikonya. Maka jalanilah”

Sukses (safruddin.wordpress.com)dakwatuna.com – Setiap orang dapat memilih dan dipilih. Namun tidak semua orang menjadi terpilih. Terlebih oleh dakwah. Meskipun dakwah salah satu pilihan hidup, Allah tidak memaksakan manusia untuk bersusah payah dalam dakwah kepada Allah.

Dakwah tidaklah semudah tatkala memandang makanan yang lezat, yang terhidang di meja makan, langsung santap? Tidak. Dakwah pragmatis, dapat menghasilkan orang-orang yang apatis dan egois. Dakwah dianggap seperti burdah yang menutupi wajah dan sekadar jubah yang mewah bagi kaum muslimin dan muslimah. Begitu wah..!

Pragmatisme dakwah dapat melemahkan ikhwah. Kenapa? Karena di dalamnya (orang-orang yang menjalani dakwah) hanya sebatas al-fahm (kepahaman). Inilah tingkatan paling rendah dalam dakwah. Al-Quran mengabarkan kepada manusia khususnya muslim apalagi aktivis dakwah, “Apakah kamu termasuk orang-orang yang berpikir?” berpikir di sini tidak hanya dalam konteks belajar, namun berpikir luas tentang dakwah dan kehidupan. Berpikir untuk mengambil hikmah dari setiap musibah. Berpikir untuk memunculkan solusi terbaik, Berpikir dalam setiap tindakan dan perkataan, dan berpikir untuk menyelami ayat-ayat Allah.

“Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia…” (Tafsir QS. Ali Imran: 110)

Untaian indah ayat tersebut entah harus direspon dengan senyuman atau tangisan, karena fakta masih menorehkan kualitas pendidikan masih rendah, korupsi di mana-mana, penyiksaan dan berbagai peristiwa ironi lainnya masih terjadi. Sungguh ironis sekali ketika Allah menyanjung dengan kalimat tersebut, “umat terbaik”. Ternyata sedikit yang memperhatikan bahwa sanjungan ini ada syaratnya. Pahamilah kelanjutan ayatnya…

“.. Menyeru pada kema’rufan dan mencegah dari kemunkaran dan beriman kepada Allah.” (QS. 3:110).

Kita tidak akan mungkin jadi umat terbaik jika melupakan syarat yang harus kita penuhi. Marilah kita ingat kembali sahabat seperti Abu dzar al ghifary, setelah memeluk Islam ia gerah dan tidak kuasa menyembunyikan kebenaran tentang Islam.

Dan kekuatan yang dahsyat dari bilal yang sekokoh besi dan karang, memegang teguh Islam, yaitu Dakwah kepada Allah. Ahad..! Ahad..!

Dalam hal apa diri ini berani mengatakan kebenaran? Masya Allah.

Sungguh berhati-hatilah, salah satu sikap pragmatisme dakwah bisa jadi tidak kita sadari, bisa dengan menyempitkan penggarapan kerja dakwah dan berbangga pada posisi amanah dakwah yang diembannya saja. Seolah dakwah yang diembannyalah yang wah… (na’udzubillah).

Pragmatisme kadang terselimuti oleh isu-isu yang sering berkaitan dengan lini dakwah tertentu, misalkan saja isu menulis bagi mahasiswa yang begitu melekat dengan dakwah akademik.hal ini tentunya akan menjadi perhatian. Namun seyogianya berpikir luas akan lini dakwah lainnya akan semakin menguatkan dakwah. Ketika kualitas akademik diraungkan maka apakah kualitas ruhiyah dikesampingkan? Ilmu sangat dekat dengan kesombongan jika tidak dibarengi dengan Al-Quran sebagai Ruhnya. (baca QS. Fathir: 28).

Pun ketika fikriyah dan ruhiyah sudah mapan apakah jasadiyah menjadi atap dari dua kemapanan itu. Allah pun lebih menyukai muslim yang kuat.

Maka pragmatisme dakwah ini bisa jadi adalah virus AIDS haraki. (baca Fathi Yakan: AIDS haraki). Harus ditangani dan diobati dengan mendukung dakwah secara kaafah. Yaitu dengan jiwa yang hakiki dengan nurani (hati), pikiran dan perbuatan (realisasi/amal). Fikriyah, ruhiyah serta jasadiyah. Subhanallah. Akan sesuailah ‘umat terbaik’ yang dikatakan Allah swt itu.

Jika hanya dengan nurani maka dukungan terhadap dakwah akan mendung

Jika hanya dengan pikiran maka dakwah akan murung

Dan jika hanya dengan perbuatan maka akan tersandung. Wallahu’alam.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (6 votes, average: 8.67 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswi dan Pengajar.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization