Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Belajar dari Dora the Explorer

Belajar dari Dora the Explorer

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – “Berhasil, Berhasil, Hore..!!” :D

Tentu telinga kita semua tidak asing dengan nada khas dari film anak-anak asal Spanyol, Dora the Explorer. Sebuah siaran yang menyajikan hiburan untuk anak-anak dengan konsep perjalanan menuju suatu tempat, di temani seekor monyet bernama boots dan di ikuti oleh musuh yang bernama Sweeper. Memang siaran ini di tujukan untuk anak-anak, bukan untuk remaja atau orang-orang tua. Namun, tidak ada salahnya kita mengambil hikmah dari film, sekalipun itu film Dora the Explorer.

Dalam setiap serialnya, Dora selalu memiliki kegiatan di tempat yang jauh. Setiap serial selalu menceritakan tentang perjalanan si Dora. Dora selalu melewati beberapa rintangan, seperti : hutan, jembatan rusak dan lain-lain. Dan menariknya, persiapan Dora selalu pas dengan segala apa yang akan di hadapinya ! Saat medan jalan membutuhkan tali, si ransel tersenyum lalu mengeluarkan tali. Saat medan jalan membutuhkan senter, ransel lagi-lagi tersenyum dan mengeluarkan senter. Selanjutnya, di tengah perjalanan Sweeper selalu akan menggoda Dora mengancam akan mengambil barang berharga yang di bawa Dora. Yah, walaupun usaha si Sweeper hampir selalu gagal di tiap episode, dia tetap selalu muncul di episode berikutnya.

Dari situ kita dapat mengambil satu hal menarik, bahwa Dora selalu mengetahui ke mana arah perjalanannya berakhir. Rumah temannya kah, lokasi menarik kah, atau tempat-tempat yang lainnya. Dora juga mampu mengetahui medan-medan apa yang akan di hadapinya, dengan bantuan Peta. Dari situ pula, Dora mampu merumuskan apa-apa saja yang harus di bawanya agar perjalanannya lancar, dan isi ranselnya efisien sesuai dengan kebutuhan. Ini menjadi hal yang menarik.

Mengapa menarik? Karena sejatinya seperti itulah semestinya seseorang dalam menjalani hidup. Ia mesti tahu ke mana arah tujuan hidupnya. Coba bayangkan, seandainya Dora tak tahu akan pergi ke mana dia di satu episode, adakah episode Dora seperti itu? Tidak. Secara tidak langsung, Dora mengajarkan betapa pentingnya tujuan dalam sebuah perjalanan, dalam hal ini, izinkan saya menyebutkan, Dora mengajarkan kita betapa pentingnya seseorang memiliki tujuan dalam perjalanan hidupnya. Seandainya seseorang kehilangan tujuan, maka ranculah perjalanan..! Bergerak tanpa arah. Sembarang belok sembarang putar setir, hingga akhirnya menemukan kejenuhan atau sekedar kehabisan bahan bakar.

Begitu pula sebuah organisasi atau jamaah. Tujuan, menjadi hal yang sangat penting bagi sebuah organisasi. Tanpa tujuan yang jelas, organisasi tentunya tidak akan menemukan jati diri. Bergerak sembarang lalu akan mati, mengapa? Karena ia takkan merasa berarti atas apa yang telah mereka hasilkan. Kenapa bisa begitu? Tujuan mereka rancu..! Setiap orang bergerak semaunya, hingga akhirnya melemahkan tubuh organisasi itu sendiri. Izinkan saya katakan, sebuah organisasi tanpa tujuan, hanyalah bualan tanpa mampu menjadi kenyataan. Baiknya, bubarkan saja organisasi seperti itu.

Dengan tujuan yang mungkin sepele bagi kita, Dora lalu mampu merumuskan akan seperti apa medan yang ia lewati. Rintangan apa yang mungkin ia hadapi. Cobaan apa yang mungkin merintangi perjalanan panjang menuju keberhasilan tujuannya. Dari sini, Dora mengajarkan kepada kita bahwa memahami medan perjalanan (ma’rifatul maidan) sangatlah penting dalam hidup ini. Bagaimana mungkin seorang anak yang ingin menjadi pilot, tidak memahami bahwa ia tak baik jika memiliki penyakit takut ketinggian? Bagaimana mungkin seorang dokter bedah di izinkan untuk takut melihat darah? Itulah mengapa kita harus memahami bagaimana rintangan atau cobaan yang akan menuntut kita selama perjalanan hidup ini. Kita ingin menjadi insinyur? Kita mesti menyadari apa yang akan di bicarakan ketika kita menjadi insinyur nanti. Bagaimana kalau tidak siap menghadapi ujian atau medan yang berat? Tentu akan berguguran. Setidaknya ada beberapa hal yang perlu di siapkan menghadapi medan berat, yaitu : Mental, Fisik, Bekal.

Jika kita tarik menjadi sebuah perjalanan jamaah atau organisasi, kita yang tergabung di dalamnya mestilah paham apa yang sangat mungkin menghadang kita di tengah jalan nanti. Memahami untuk menghadapi, bukan melarikan diri..! Dari situ kita belajar menjadi seorang yang mau menghadapi resiko, bukan malah lari tunggang langgang ketika cobaan datang. Bukan malah mengeluh yang memuakkan ketika rintangan baru say hello sebentar. Di sinilah pembuktian bahwa kita ini bukan pengecut.

Selanjutnya, Dora bahkan bisa merumuskan bekal apa yang harus dia bawa untuk menghadapi rintangan yang akan dia hadapi. Senterkah, talikah, selendangkah, dan lain-lain sesuai apa yang akan Dora hadapi. Untuk apa? Tentu untuk kelancaran perjalanannya. Bayangkan ketika medan menuntut Dora untuk menyalakan senter karena cahaya mentari tak mampu menembus hutan, dan Dora tidak membawa senter, akankah episode Dora gagal itu tampil..? Saya rasa, saya belum pernah melihat episode Dora mengalami kegagalan (kecuali akan bersambung). Menarik bukan? Secara tersirat, Dora mengajarkan kita untuk selalu menyiapkan bekal dalam perjalanan hidup!

Begitu pula perjalanan sebuah jamaah. Pejuangnya mesti menyiapkan bekal sebaik mungkin dan serelevan mungkin dengan apa yang akan jamaah itu hadapi. Kita mesti menyiapkan bekal sebaik mungkin untuk menghadapi rintangan yang akan menantang kita. Demi kelancaran perjalanan hidup kita, demi kelancaran perjalanan jamaah. Ini penting, karena seorang musafir yang kehabisan bekal akan sangat merasa tersiksa. Nggak percaya? Silakan coba bepergian dengan bekal seadanya, lalu keliling dunia. Saat mencapai titik kehabisan bekal, di situlah timbul kemungkinan muncul rasa ‘menyesal’ telah melakukan perjalanan. Dan itu berbahaya. Terlebih ketika kita merasa menyesal telah di lahirkan ke dunia. Naudzubillah min dzalik.

Selanjutnya, Dora akan melakukan perjalanan. Dan di temani oleh temannya yang seekor monyet, Boots. Teman setia yang selalu membantu Dora. Kalau kita perhatikan, kita tidak pernah melihat Dora dan Boots kehilangan senyum sepanjang perjalanan. Kita tidak pernah melihat Boots menyalahkan Dora, begitu pula sebaliknya. Saling percaya, itu juga menjadi hal penting dalam persahabatan dalam sebuah perjalanan panjang. Kebahagiaan, menjadi syarat sesulit apapun perjalanan akan terasa mudah, terlebih bersama sahabat perjuangan.

Selain rintangan dari medan, rupanya Dora juga memiliki musuh yang selalu berusaha mencuri dan mengganggu perjalanan, Sweeper. Selalu ada masa di mana Sweeper muncul lalu mengganggu. Menarik. Ini persis dengan perjalanan hidup. Setan juga seperti itu bukan. Selalu mengintai, menanti waktu yang tepat untuk muncul. Maka, kesiapan pribadi kita mestilah mampu menghadapi godaan setan yang terkutuk. Sehalus apapun tipu daya setan, kita di tuntut untuk mampu membedakannya. Ini penting. Karena begitu banyak pejuang kebaikan akhirnya tergelincir jatuh ke kubangan dosa karena bisikan halus setan, terlebih di saat tujuan hampir tercapai. Bukankah Sweeper muncul di saat Dora tinggal beberapa langkah lagi mencapai tempat tujuan?

Maka bagi kehidupan kita, bagi sebuah jamaah, Tujuan adalah kebutuhan penting yang utama. Kemudian, merumuskan medan, mempersiapkan mental, fisik dan bekal. Lalu berbahagia sepanjang jalan, dan mencari teman agar tak sendiri berjuang. Setidaknya, itu yang Dora ajarkan kepada penikmatnya, anak-anak. Setidaknya, itu yang dapat kita ambil dari Dora the Explorer.

Wallahu ‘alam….

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (16 votes, average: 8.69 out of 5)
Loading...
Mahasiswa program studi Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Saat ini sedang menjabat sebagai ketua BEM Fakultas Teknik UGM.

Lihat Juga

Bentuk-Bentuk Penyimpangan di Jalan Dakwah (Bagian ke-1: Penyimpangan Tujuan)

Figure
Organization