Topic
Home / Berita / Kenangan Dari Ustadzah Yoyoh Yusroh

Kenangan Dari Ustadzah Yoyoh Yusroh

SMS Ustadzah Yoyoh kepada seorang akhwat beberapa hari sebelum wafat:

Kesederhanaan Ustadzah Yoyoh Yusroh

“Ya Rabb, aku sedang memikirkan posisiku kelak di akhirat, mungkinkah aku berdampingan dengan penghulu para wanita Khadijah Al-Kubra yang berjuang dengan harta dan jiwanya?
Ataukah dengan Hafshah binti Abu Bakar yang dibela oleh Allah saat akan dicerai karena shawwamah dan qawwamahnya?
Atau dengan Aisyah yang telah hafal 3500-an hadits, sedangkan aku, ehm 500 juga belum.
Atau dengan Ummu Sulaim yang shabirah
Atau dengan Asma yang mengurus kendaraan suaminya dan mencela putranya saat istirahat dari jihad…
Atau dengan siapa ya Allah, tolong beri kekuatan untuk mengejar amaliah mereka… sehingga aku layak bertemu mereka bahkan bisa berbincang dengan mereka di taman Firdaus-Mu.”

Ya Rabb, raga ini terasa lemah, airmata terus menggenang di pelupuk mata, mengenang sosoknya, meskipun hanya beberapa kali bertemu dengan beliau, namun pertemuan-pertemuan itu amat membekas di hati ini. Terutama saat saya sempat mewawancarai beliau, dulu sekitar 5-6 tahun yang lalu, ketika saya meminta waktu beliau setelah wawancara, ketika saya mulai mengeluh dengan kondisi keluarga, kondisi waktu saya dan suami yang tidak bisa match, beliau menjelaskan panjang lebar tentang pentingnya kaum muslimah memiliki spesialisasi ilmu, profesional dalam bekerja, bahwa waktu yang terbatas jangan menjadi penghalang untuk terus belajar dan mengejar kafaah, pentingnya bersyukur di saat susah maupun senang, suka dan duka dan banyak yang kami diskusikan waktu itu. Ahh, sayang sekali, kaset dan hasil transliterasi ada di memory komputer kantor yang dulu, kalau ada, mungkin saya sudah sharing di sini.

Sepulangnya dari wawancara yang waktu itu ditemani suami tercinta, saya dihadiahi 3 buah buku yang sampai sekarang masih tersimpan di lemari perpustakaan rumah, judulnya “Pergerakan Muslimah Menyongsong Era Baru”, “Seorang Ibu, Sebuah Dunia, Berjuta Cinta” dan “Tragedi Kartini”. Kedua buku pertama ditulis dengan nama pena: Amatullah Shafiyyah dan buku terakhir tertulis nama penulisnya: Asma Karimah.

Dalam Sekapur Sirih, beliau menulis untaian kalimat indah:

Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Perkasa, Pemilik alam raya beserta seluruh isinya.
Segala kesyukuran pada-Nya Yang Esa
Atas bulir-bulir kasih sayang yang senantiasa bersemi,
menautkan keping demi keping serpihan yang terserak
dalam untaian
pengabdian………..
Ketika kata mendaki, meniti pelangi
ufuk pun tersenyum
menanti…………………
Buku ini–pembaca yang bijaksana–hanyalah sebuah kumpulan gagasan sederhana
Tak ada yang dapat ditawarkan olehnya, kecuali kata.
Namun kata-kata itu lahir dari cinta,
ya, dari cinta,
yang mengalun di relung-relung kalbu,
menyusuri hari demi hari.
Cinta yang menumbuhkan warna-warni,
yang menghilangkan segala sepah,
yang mengurai kemasygulan dan menumbuhkan keyakinan:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiyaa:35)

(dikutip dari buku Pergerakan Muslimah Menyongsong Era Baru)

Ya Allah, susah sungguh mengejar amaliyah yang telah beliau capai, namun doa dan ikhtiar pastinya harus terus dilakukan semaksimal mungkin. Ya Allah, ya Rabb, masukkan beliau ke dalam Jannah-Mu sebagaimana yang telah Engkau janjikan untuk orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Amin ya Rabbal ‘alamiin (or/smn)

Sumber: http://www.facebook.com/notes/nurmah-komarudin/kenangan-dari-ustadzah-yoyoh-yusroh/10150623271530414

Redaktur: Samin Barkah, Lc. M.E

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (26 votes, average: 9.96 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Shalat Sunnah Dua Rakaat Ba’diyah Ashar: Antara Ada dan Tiada

Figure
Organization