dakwatuna.com – New York. Umat Muslim di New York tak gentar menghadapi tentangan dan ancaman dari kalangan yang menolak pembangunan masjid di dekat lokasi runtuhnya menara kembar WTC atau kerap disebut ground zero. Ratusan umat Muslim menyatakan dukungannya terhadap pembanguan masjid itu dengan berdemontrasi di dekat lokasi.
Meskipun mendapatkan intimidasi dari lusinan orang dari kelompok penentang yang juga menggelar demonstrasi di lokasi yang sama, Umat Islam tetap merasa berhak membangun masjid itu sebagaimana telah diatur dalam konstitusi Amerika Serikat. Sambil berorasi menyatakan dukungannya, umat Islam yang berdemo membawa spanduk yang sebagian besar bertuliskan, ”Katakan tidak untuk rasisme”.
Dua kelompok pendemo itu menggelar aksinya Ahad (22/8) waktu setempat. Mereka hanya dipisahkan oleh pagar pembatas yang digelar polisi setempat. Meskipun mereka saling berhadap-hadapan dan berteriak, tapi tak terjadi keributan apapun. Sambil membawa poster, Muslim di New York juga mengibar-ngibarkan bendera Amerika. Umat Muslim juga didukung kalangan non-Muslim dalam demonstrasi tersebut.
Dr Ali Akram (39 tahun), seorang dokter dari Brooklyn, datang dengan tiga anaknya dan seorang keponakan berusia 11 tahun ikut berdemonstrasi mendukung pembangunan masjid yang letaknya dua blok dari ground zero. Dia mengatakan, umat Islam berhak mendirikan masjid di sana karena banyak Muslim yang ikut menjadi korban runtuhnya menara kembar WTC.
Akram mengritik kelompok yang menentang pembangunan masjid yang terletak dalam sebuah Islamic Center itu. Menurutnya, para penentang itu selalu mengajarkan kebebasan beragama di Amerika, tapi tidak bisa menerapkannya dengan baik. ”Mereka mengajarkan anak-anak mereka tentang kebebasan beragama di Amerika, tetapi mereka tidak mempraktekkan apa yang mereka ajarkan,” kecamnya.
Imam Masjid New York, Feisal Abdul Rauf, mengatakan penolakan terhadap pembangunan masjid ini bukan lagi sekadar Islamfobia. Tindakan kelompok penentang itu dikatakannya sudah diluar itu. ”Itu membenci Muslim,” kata pemimpin proyek Islamic Center tersebut. Dia bersama istrinya Daisy Khan berencana mengembangkan Islamic Center bernilai 100 juta dolar AS itu dengan dilengkapi berbagai sarana penunjang. Selain masjid, dia akan membangun pula kantor-kantor untuk kegiatan bisnis, restoran, dan bahkan kolam renang.
Sementara, Kobi Mor, yang menentang pembangunan masjid itu bersikeras menolaknya. Bahkan, pria asal San Fransisco ini mengancam akan menghancurkan masjid itu seandainya proyek tersebut tetap dilanjutkan. ”Kami akan membombardir masjid itu,” ancamnya. (Budi Raharjo/AP/RoL)
Redaktur: Ardne
Beri Nilai: