Topic
Home / Berita / Analisa / Kemenangan Melalui Konflik Panjang

Kemenangan Melalui Konflik Panjang

dakwatuna.com – “Israel tidak boleh dibiarkan istirahat dan santi. Ia harus terus dihadang dan dilawan dengan sarana yang ada; batu dan pelor, dengan kata-kata dan aksi turun ke jalan”. Kalimat ini sering penulis dengar dari pejuang besar Bahjat abu Gharibah. Jika diamati perjuangan bangsa Palestina, kata-kata itu benar adanya. Sejak Janji Balfour tahun 1917 hingga sekarang, pejuang Palestina tidak pernah berhenti berjuang. Ya tentu dengan ketegangan yang berbeda-beda, naik turun, namun nafas jihad dan perlawanan terus berdenyut.

Sejak mata ini terbuka melihat kehidupan, ketika masih muda, penulis menyaksikan para mujahidin di Al-Quds Abdul Qadir Al-Husaini, Bahjat Abu Gharibah, Syekh Yasin Al-Bakri, Syekh Mustafa As-Sibai dan lain-lain berjihad dengan benar dan dengan senjata apa saja yang mereka miliki. Saya saksikan mujahid Abdullah Tall dan pasukan Jordania berperang melawan yahudi di pagar-pagar Kota Lama Al-Quds.

Terjadi “prahara Palestina tahun 1948” ketika negara Israel diumumkan. Namun konflik terus berlanjut yang dipimpin oleh kaum fedaiyin (mereka yang setia berjuang menjadi tebusan Palestina yang dijajah) di tahun 1950-an dan awal 1960-an. Kemudian gerakan Fatah pertama kali melepaskan pelurunya kepada Israel dan diikuti oleh faksi-faksi Palestina lainnya sebelum dan sesudah “kekalahan tahun 1967”, kemudian pertempuran “al-karamah” tahun 1968, kemudian perang “Ramadhan” tahun 1973. Meski akhirnya Mesir keluar dari peperangan Arab – Israel ini tahun 1979 ditandai dengan kesepakatan Cam David, namun perjuangan melawan penjajah Israel berlanjut hingga terjadi blokade Beirut tahun 1982. Kemudian disusul meletusnya Intifadhah Mubarakah I tahun 1987 yang kemudian diaborsi oleh kesepakatan Oslo tahun 1993. Tapi perlawanan Palestina terus berlanjut. Munculnya Yahya Ayyash yang mengembalikan harga diri umat setelah pembantaian di masjid Ibrahimi tahun 1994. Jihad terus berkobar setelah masa beliau di tahan Muhyiddin Asy-Syarif, Emad Adil Iwadlullah, Mahmud Abu Hanud, kemudian sel-sel militer Shawarifah dan lain-lain.

Setelah meletus Intifadhah Al-Aqsha tahun 2000, dimana Israel tergoyah karena lebih dari 1000 pasukan dan warga Israel tewas. Namun operasi Defensive Shield (Pagar Penjaga) yang dilakukan Sharon tahun 2002 sangat brutal. Muncullah rencana Peta Jalan Damai. Kemudian muncul bersamanya Abbas dan gengnya yang berjiwa menyerah yang siang malam memadamkan dan berusaha mengubur konflik dengan Israel meski hanya perlawanan dengan batu.

Di tengah agresi Israel yang brutal dan kejam setahun lalu ke Jalur Gaza dan penyerangan dan upaya pencaplokan masjid Al-Aqsha secara berkesinambungan beberapa bulan lalu, Otoritas Palestina di Ramallah secara paksa tidak mengizinkan kepada rakyat Palestina untuk melawan, bahkan meski hanya sekedar melakukan aksi turun ke jalan di Tepi Barat. Namun kami yakin dan percaya bahwa percaya bahwa perjalanan perlawanan dan konflik Israel akan berlangsung dengan izin Allah, meski koalisi raksasa dari Amerika dan Eropa mendorong Palestina untuk menyerah.

Bahkan kebanyakan dunia Arab dan Islam secara resmi berpaling dari Palestina, termasuk dalam masalah Al-Quds, Al-Aqsha, dan hak kembalinya pengungsi Palestina dan pembebasan Palestina, bahkan normalisasi politik, diplomasi, ekonomi terjadi pelan-pelan namun pasti di negara-negara Afrika Utara dan teluk.

Bahkan normalisasi media sudah masuk ke rumah-rumah kita melalui chanel-chanel.

Semua itu tidak akan memadamkan obor perang dan perlawanan dengan Israel. Massa di Al-Quds, Jalur Gaza dan Palestina ’48 dan belahan bumi lain masih memberikan harapan untuk kemerdekaan dan kemenangan. “Dan sudah pasti bagi Kami kemenangan bagi orang-orang mukmin” (Al-Anfal: 17) (bn-bsyr/ip)

Redaktur: Ulis Tofa, Lc

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (11 votes, average: 9.91 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization