Topic
Home / Berita / Analisa / Palestina Lebih Indah dari Citra di Media

Palestina Lebih Indah dari Citra di Media

dakwatuna.com – Citra Palestina di media regional dan internasional tidak seutuhnya terhormat. Terkadang citranya buruk bahkan dihindari orang. Misalnya, gambaran konflik internal Palestina dan pertarungan berdarah atau yang menebarkan kekacauan, sejumlah skandal moral dan korupsi selama bertahun. Namun terhadap muncul citra terhormat karena kesabaran dan keteguhan tekad mereka. Namun citra terakhir ini tidak mendominasi. Yang mendominasi adalah perpecahan, saling tuding, kerusakan moral dan meremehkan hak dan prinsip nasional bangsa Palestina.

Benar, Palestina kini sedang dirundung krisis moral, sosial dan nasional. Benar, orang Palestinalah yang membukakan jalan bagi bangsa Arab dan Umat Islam untuk menjalin hubungan dengan Israel bahkan menyeret banyak negara dunia untuk membiarkan bangsa Palestina dan berpihak kepada Israel. Namun bukan berarti bangsa Palestina ikut dalam kejahatan. Bangsa Palestina lebih besar dari citra hina ini.

Media dan Peristiwa

Media biasanya tidak mengangkat perilaku dan sikap yang tidak bukan merupakan peristiwa. Media terkadang tidak mengangkat seseorang membantu tetangganya. Namun segera memberitakan ketika seseorang melakukan kekerasan terhadap tetangganya. Media tidak memberitakan bagaimana seorang pemuda membela seorang pemudi dari tindak kekerasan. Namun media memberitakan ketika seorang pemuda melakukan kejahatan terhadap seorang pemudi. Mayoritas orang-orang Palestina menentang perundingan dan normaliassi dengan Israel. Namun yang muncul di media adalah aktifitas perundingan Palestina dan normalisasi dengan Israel, pada saat PM Otoritas Palestina ikut dalam konferensi Hertezelia, dan…dan…

Orang-orang Palestina membenci peperang saudara, tapi media fokus memberitakan Fatah dan Hamas saling tembak atau saling perang statemen. Ini memang tidak disengaja oleh media sebab cara kerja media seperti itu. Media tidak fokus terhadap kehidupan yang normal tapi fokus terhadap yang mengganggu kehidupan normal itu atau sesuatu yang menarik perhatian. Bagi pengamat media, mereka lebih fokus kepada apinya bukan asapnya yang diangkat media.

Palestina Burukkan Citra Diri Sendiri

Orang-orang Palestina sendiri sebenarnya yang memburukkan citra bangsa Palestina. Misalnya (ini juga berlaku bagi yang lain);

Pertama, meski pengorbanan Palestina begitu besar namun penyusupan keamanan Israel ke Palestina sangat luas sehingga mereka harus membayar mahal. Badan-badan di bawah PLO tidak bisa menormalkan kondisi keamanan.

Kedua, elit Palestina menandatangani kesepakatan Oslo yang bertentangan secara jelas terhadap piagam-piagam Palestina. Ini membuka negara-negara Arab, Islam dan dunia mengakui Israel dan membuka hubungan dengannya. Tanpa memenuhi prinsip dasar bangsa Palestina dan hanya memenuhi tuntutan Israel dengan mendirikan pemerintahan otoritas bonke.

Ketiga, elit otoritas Palestina mulai melakukan koordinasi keamanan dengan Israel untuk menghalangi kerja militer melawan Israel.

Keempat, Tepi Barat dan Jalur Gaza (Gaza hingga 2006) menjadi panggung sandiwara Amerika dan Eropa. Konsul Amerika dan koordinator keamanan Amerika mengendalikan segala masalah dengan mengorbankan aspirasi rakyat Palestina.

Kelima, tanah jajahan Palestina dipenuhi dengan kisah kerusakan birokrasi dan korupsi.

Keenam, antara faksi-faksi Palestina saling berperang.

Palestina Berbuat Pada Diri Sendiri

Tapi ada kerja terhormat dari Palestina yang patut dipuji sehingga mereka memiliki citra indah.

Pertama, bangsa Palestina berperang selama setahun dan mereka masih terus berkeras untuk berjuang mengembalikan tanah air mereka. Meski sebagian warga Palestina menyalami Israel, namun kebanyakan mereka – di dalam dan luar negeri – ingin tetap di sana dan memerdekakan negeri mereka. Bangsa yang tahan di kamp pengungsi dan dari pengejaran Israel. Mereka bertahan di tengah pembunuhan, penghancuran, pelaparan, pesakitan, kesedihan, pengusiran dan kejahatan lainnya. Inilah bangsa agung dan terhormat.

Kedua, bangsa Palestina tidak patuh kepada elit, tapi lebih setia kepada darah syuhada dan siap memberikan pengorbanan.

Ketiga, bangsa Palestina masuk dalam Intifadhah (perlawanan) rakyat secara luas dalam waktu yang sangat panjang dan mengalami berbagai tekanan.

Keempat, antara bangsa Palestina mereka saling simpati dan saling empati meski semua politik dari berbagai penjuru ingin menghancurkan rajutan sosial dan moral mereka.

Kelima, ada sebagian rakyat sedang dengan jaminan sepotong roti dari Eropa dan Israel atau Amerika, namun kebanyakan bangsa Palestina menyadari bahwa harta negara-negara donor digunakan untuk membeli sikap politik agar mereka melepaskan hak-hak prinsip nasional Palestina.

Keenam, Kebanyakan rakyat Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza menolak normalisasi dengan Israel dan koordinasi keamanan, menolak mengakui Israel dan kesepakatan yang pernah ada.

Ketujuh, bangsa Arab berharap kepada saudara mereka dari bangsa Arab dan kaum muslimin, mereka menolak pemetakan dan perpecahan. (Dr. Abdus Sattar Qasim/bn-bsyr/ip)

Redaktur: Ulis Tofa, Lc

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (16 votes, average: 6.75 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Opick: Jangan Berhenti Bantu Rakyat Palestina!

Figure
Organization