Topic
Home / Narasi Islam / Sejarah / Sejarah Bangsa Palestina (Bag ke-2): Apakah Orang Palestina Meninggalkan Tanah Mereka Atas Kemauan Mereka Sendiri?

Sejarah Bangsa Palestina (Bag ke-2): Apakah Orang Palestina Meninggalkan Tanah Mereka Atas Kemauan Mereka Sendiri?

dakwatuna.com – Para propagandis Zionis Israel dan pendukungnya mengklaim bahwa orang-orang Palestina pergi meninggalkan Palestina saat perang tahun 1948 berdasarkan atas kemauan dan keinginan mereka sendiri, juga karena dorongan dari para pemimpin-pemimpin Arab kepada mereka lewat program siaran radio, sementara orang-orang Zionis Israel meminta mereka tetap tinggal di Palestina!! Namun mereka tetap memilih pergi meninggalkan Palestina. oleh karena itulah mereka kehilangan hak di tanah mereka sendiri. Mereka harus bertanggung jawab atas apa yang mereka perbuat oleh tangan-tangan mereka sendiri!

Ironisnya adalah bahwa mendialogkan persoalan aksiomatik dan pertengkaran hakikat kadang lebih berat dari sekadar mendialogkan persoalan kecil dan bermacam-macam mengenai sudut pandang seputarnya. Seandainya Anda dicoba untuk berdialog dengan seseorang (musuh) yang meminta Anda membuktikan bahwa matahari lah yang terbit setiap pagi menyinari bola bumi, sungguh Anda pasti tahu betapa sulitnya Anda menghadapi masalah seperti ini. Dan yang menyakitkan pula, bahwa Anda mendapati saudara-saudara Anda Arab Muslim yang terbuai oleh masalah seperti ini, maka terpengaruh oleh kaum propagandis dan datang sebagai pendebat atau paling tidak bertanya-tanya mencari tahu mengenai hakikat yang sebenarnya.

Pertama: Sebelum membahas segala sesuatunya, siapakah yang mengingkari perilaku alami warga sipil di saat terjadi perang, khususnya saat mereka menyaksikan terjadinya pembantaian dan pembersihan etnis, adalah pergi eksodus menuju wilayah-wilayah yang lebih aman daripada menunggu berakhirnya perang untuk kemudian kembali ke rumah-rumah mereka setelah itu? Bukankah itu juga dilakukan oleh orang-orang Yahudi sendiri? Bukanlah hal semacam ini juga baru saja terjadi di Timor Timur dan juga di berbagai negara lain?

Kedua: Apabila terjadi dan warga pergi meninggalkan daerah mereka saat terjadi perang demi kemaslahatan yang mereka pandang lebih baik, terlepas adanya orang yang mendorong mereka untuk itu, apakah mereka dilarang atau haram bagi mereka untuk kembali ke tanah mereka ketika telah usai. Kenapa orang-orang Bosnia, Afghanistan, Chechnya, Timor Timur dan yang lainnya boleh kembali ke kampung halaman mereka? sementara orang-orang Palestina tidak diperkenankan untuk itu?

Kenapa masyarakat internasional memaksa rezim penguasa di negara-negara tersebut untuk mengembalikan para pengungsi ke tanah mereka dan tidak memaksa entitas Zionis Yahudi untuk hal yang sama?

Ketiga: Jika Zionis Israel benar-benar telah menyerukan kepada orang-orang Palestina untuk tinggal di tanah mereka, tapi mengapa melarang mereka kembali ke tempat asalnya ketika perang telah usai? Setelah di sana tidak ada lagi bahaya apapun yang dapat mengancam keselamatan orang-orang sipil tersebut? Mengapa Zionis Israel justru menggusur tanah orang-orang Palestina dan menggantikan tempat mereka dengan para pemukim imigran Yahudi dari sedikitnya 70 negara di dunia?

Singkat kata, mengapa mereka tidak membuktikan niat baiknya jika mereka memiliki etika yang baik?

Keempat: Orang-orang Zionis Yahudi mengklaim bahwa orang-orang Palestina meninggalkan Palestina atas dasar kemauan mereka sendiri!! Apakah dengan suka rela mereka benar-benar telah bertanya kepada orang-orang Palestina tentang hakikat kemauan mereka? Mengapa mereka orang Yahudi berbicara atas nama orang Palestina dan marah kepada mereka? Adakah mereka memiliki kesiapan membuka pintu untuk kembalinya orang-orang Palestina ke tanah mereka? Jika kemudian terbukti mereka meninggalkan karena dipaksa dan siap kembali ke sana dengan kemauan sendiri? Tidakkah cukup bagi mereka (orang-orang Zionis Israel) puluhan penjelasan, penyataan dan referendum? Lebih dari 50 tahun orang-orang Palestina di kamp-kamp pengungsi menolak ditempatkan tinggal di negara manapun selain Palestina? Juga berbagai aksi revolusi dan intifadhah, bahkan puluhan resolusi PBB yang telah diterbitkan untuk itu, tidakkah cukup bagi mereka semua itu?

Kelima: Jika orang Yahudi mengklaim diri mereka memiliki hak kembali ke Palestina setelah berlalu 2000 tahun mereka meninggalkannya! Kenapa orang-orang asli Palestina dilarang kembali ke tanah kelahiran mereka setelah beberapa bulan atau tahun saja mereka ditinggalkan?

Jika orang Yahudi sendiri tidak menampakkan itikad baiknya secara sungguh-sungguh, juga tidak melakukan program apapun untuk kembali ke Palestina selama 1800 tahun lamanya setelah lewat puluhan generasi, maka ini berdasarkan logika yang sama bahwa orang Yahudi telah kehilangan hak mereka untuk kembali sejak dulu-dulu.

Ala kulli hal, hakikat realita dan bukti-bukti historis juga pengakuan Yahudi sendiri telah mementahkan klaim-klaim dan pemalsuan sejarah mereka. Orang-orang Palestina tidaklah keluar dari tanah air mereka berdasarkan keinginan mereka sendiri, juga bukan karena para pemimpin Arab memerintahkan mereka untuk pergi ke luar Palestina, juga bukan karena para pemimpin Zionis Yahudi berupaya agar orang-orang Palestina tetap tinggal di Palestina dan berintegrasi dengan mereka.

Pada tahun 1961 seorang wartawan Irlandia (Eirsekin Tshailaderz) tinggal beberapa bulan melakukan investigasi sebab-sebab keluarnya orang-orang Palestina dan meminta satu bukti saja kepada para pemimpin Zionis Yahudi yang membuktikan kebenaran klaim-klaim mereka, namun mereka tak mampu melakukan itu. Tidak ada satu dalil pun yang membuktikan bahwa radio-radio Arab mendorong orang-orang Arab Palestina keluar dari tanah air mereka. Kemudian EirSekin merujuk kepada stasiun-stasiun radio Inggris dan Amerika untuk meneliti daftar siaran berita yang tercatat selama tahun 1948, akhirnya dia mengatakan, “Tak ada satu perintah, seruan atau himbauan apapun yang mungkin disiarkan stasiun radio Arab baik di dalam maupun di luar Palestina selama tahun 1948 yang mendorong orang-orang Palestina pergi (dari Palestina). Namun sebaliknya, ditemukan siaran berkali-kali baik seruan, perintah ataupun himbauan yang disiarkan radio-radio Arap ditujukan kepada orang-orang Palestina agar tetap tinggal di Palestina.” Bahkan Eirsekin menemukan bukti jelas yang menunjukkan bahwa radio Israel menyiarkan siaran berbahasa Arab untuk mendorong orang-orang Palestina pergi (dari Palestina).(94)

Komisi tinggi Arab belum mengeluarkan instruksinya kepada orang-orang Palestina untuk pergi (guna memberi kesempatan kepada pasukan Arab), sebagaimana dipromosikan propaganda-propaganda Zionis, bahkan sebaliknya di sana ada lebih dari satu surat resmi yang dikeluarkan komisi, salah satunya adalah surat yang bertanggal 8 Maret 1948 yang meminta pemerintah negara-negara Arab bekerja sama untuk mencegah perginya orang-orang Palestina.(95)

Adapun hakikat yang harus dikukuhkan adalah bahwa niat Zionis Israel sejak awal telah fokus kepada ide negara Yahudi dan membersihkan kebangsaan lain dari wilayahnya. Sejak awal Theodore Hertzel – pendiri organisasi Zionis internasional dan pemimpin pertamanya – dalam memorialnya menulis, “Harus dilaksanakan dua pekerjaan, pengusiran orang-orang Palestina dan terbebas bersih dari mereka dengan sangat hari-hati dan rahasia.” Pemimpin gerakan Zionis di Palestina David Ben Gurion (tahun 1937) pernah mengutip perkataannya bahwa Yahudi harus mengusir orang Arab dan menggantikan tempat mereka.(96)

Penanggung jawab administratif koloni permukiman Yahudi tahun 1940 Yosef Weitz menulis, “Harus menjadi jelas dalam benak kita, bahwasanya di sana tidak ada kesempatan untuk hidup dua bangsa bersama-sama di negeri ini. Untuk itu maka solusi satu-satunya yang mungkin adalah Palestina menjadi wilayah yang bersih dari orang Arab. Tidak ada jalan lain untuk melaksanakan rencana ini kecuali mengusir mereka semua ke negara-negara tetangga.”(97)

Kelak di kemudian hari Zionis Israel mengakui mereka telah melaksanakan rencana besar yang mereka beri nama “Rencana Dalit” untuk menghijrahkan orang-orang Palestina dari tanah mereka. Berdasarkan sejarah Zionis Israel yang resmi, desa-desa Palestina yang melawan rencana ini harus dihancurkan dan diusir warganya ke luar perbatasan negara Zionis Israel.

Salah seorang pemimpin militer Yahudi dalam perang tahun 1948 Ishak Rabin (selanjutnya menjadi Perdana Menteri Israel setelah itu) menulis ungkapan-ungkapan yang berhasil disebarkan oleh harian New York Times pada 23 Oktober 1979, “Kami berjalan keluar di sertai Ben Gurion, dan Elon mengulangi pertanyaannya, apa yang akan kita lakukan terhadap warga Palestina? Ben Gurion menjawabnya dengan gerakan tangan, usir mereka.” Seorang peneliti Yahudi bernama Beny Moris pernah mengungkap dokumen bertanggal 30 Juni 1948 yang dibuat langsung oleh bidang intelijen Yahudi di pasukan Israel. Dokumen ini menjelaskan eksodus massal orang-orang Palestina kala itu disebabkan oleh aksi serangan permusuhan Yahudi langsung ke komunitas-komunitas Arab Palestina dan pengaruh aksi-aksi ini terhadap komunitas-komunitas Arab lainnya, juga disebabkan oleh aksi yang dilakukan kelompok-kelompok teroris Zionis lainnya seperti kelompok geng Argon milik Menachem Begin. Dokumen ini menyebutkan, “Tidak diragukan lagi bahwa aksi-aksi serangan permusuhan yang dilakukan geng Haganah adalah sebab utama dalam eksodus orang-orang Palestina.” Dokumen ini mengakui bahwa lembaga-lembaga dan radio-radio Arab berupaya melawan eksodus (pengusiran) orang-orang Palestina dan menunjukkan kemarahan atas kejadian itu.(98)

David Ben Gurion, yang juga Perdana Menteri Pertama entitas Zionis Israel di Palestina, menulis dalam buku hariannya tertanggal 18 Juli 1948, “Kita harus melakukan apa saja demi menjamin bahwa mereka (para pengungsi Palestina) tidak akan kembali sekali lagi.”(99)

Di pihak lain, pasukan Zionis Israel menggunakan cara-cara pembantaian biadab untuk mengobarkan ketakutan, kecemasan dan pengusiran warga. Selama perang tahun 1948, mereka melancarkan 24 pembantaian terhadap warga sipil Palestina saat melakukan pengusiran warga. Di antaranya yang paling terkenal adalah pembantaian Deir Yasin, dimana dalam pembantaian tersebut pihak pasukan Zionis Israel mengakui telah membunuh 254 orang sipil Palestina laki-laki, wanita dan anak-anak.(100)

Selanjutnya, tidak diragukan lagi bahwa keluarnya orang-orang Palestina dari tanah mereka adalah kerja yang dipolakan dan direncanakan, berhasil dilaksanakan atas persetujuan dan pengarahan pemimpin tingkat tinggi Zionis Israel.

Bersambung…

___

Referensi: Dr. Muhsin Muhammad Shaleh, Warsito, Lc (pent), Ardhu Filistin wa Sya’buha (Tanah Palestina dan Rakyatnya), Seri Kajian Sistematis tentang Issu Palestina (1).

___

Catatan kaki:

94 Cliford Rait, ibid. hlm. 23 – 24.

95 Ibid. hlm. 25.

96 Ibid. hlm. 24 dan 31.

97 Ibid. hlm. 26, lihat teks yang sama dan teks-teks lainnya oleh Waitez di: Nur Masalha, The Expulsion of the Palestinians (U.S.A.: Institute for Palestine Studies, 1993) hlm131 – 132.

98 Cliford Rait. Ibid. hlm. 26 – 29, lihat juga al mausu’ah al filistiniyah 1/585.

99 Ibid. hlm. 32.

100 Abu Sita, of.cit. hlm. 27

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 8.60 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Dubes AS: Terkait Permukiman Yahudi, Trump Berbeda dengan Pendahulunya

Figure
Organization