Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sepuluh Panggilan dari Surga

Sepuluh Panggilan dari Surga

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (hudzaifah.org)
Ilustrasi. (hudzaifah.org)

dakwatuna.com – Aku punya sepuluh adik. Sepuluh orang dengan beragam karakter. Sepuluh hati yang harus dijaga perasaannya. Sepuluh kepala yang harus dicerdaskan terus menerus pemahaman Islamnya. Sepuluh adik, sepuluh nama yang Insya Allah akan memudahkan jalanku menuju Jannah yang seluas langit dan bumi.

Mulanya, membersamai mereka bersepuluh adalah perkara yang sangat berat bagiku. Apalagi saat aku mengetahui bahwa kesukaanku berbeda 180 derajat dengan kesukaan mereka. Juga saat aku sadar bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat kritis dan tidak bisa menerima materi tanpa dikritisi, rasanya menambah berat pundakku. Membuatku ingin lari, membuatku ingin cepat-cepat mengakhiri lingkaran itu.

Tapi aku tak boleh menyerah! Aku tak boleh mundur begitu saja. Meratapi segala ketidakmampuanku terhadap tanya mereka. Karena tak ada masalah yang tak ada jalan keluarnya. Karena Allah tidak membebani di luar batas kemampuan kita1. Allah menempatkanku bersama mereka, pasti ada banyak hikmah yang Allah ingin ajarkan. Yang ku perlukan adalah, selalu berprasangka baik pada Allah. Selalu berhusnudzon pada mereka bersepuluh.

Allah Yang Maha Penyayang menjawab prasangka baik itu satu persatu. Saat aku sedang sangat sibuk dan nyaris melupakan lingkaran AAI, adik yang sangat gaul menyapaku dan bertanya : mbak kapan kita AAI?. Saat aku butuh untuk dinasehati, seorang adik AAI memberikan tausiyah pada teman-temannya satu lingkaran AAI yang sangat menyentuh. Atau bahkan saat salah seorang dari mereka pamer karena berhasil menonton beberapa video tausiyah di youtube. Atau saat ada yang tiba-tiba bersemangat belajar hadits setelah mendapatkan materi atau jawaban yang ku sampaikan. Sesungguhnya saat paling mengharukan adalah ketika kita bisa jadi perantara mereka dalam menuntut ilmu. Masya Allah.. Segala puji hanya milik Allah..

Maka, menjadi asisten AAI adalah tentang kesabaran. Sabar, saat kita belum menemukan metode yang pas untuk menghadapi adik-adik. Sabar mendengar setiap keluh kesah adik-adik. Sabar menghadapi pertanyaan mereka yang tak ada habisnya. Sabar bila saat ini mungkin adik-adik belum bisa menjadi seperti yang diinginkan. Sabar dalam setiap ketidaksabaran adik-adik sebagaimana yang Allah pinta : Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu2.

Menjadi asisten AAI adalah tentang cinta. Cinta pada pemilik alam semesta ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberi hidayah pada kita. Hidayah yang tentunya tidak boleh disimpan sendiri. Cinta pada Allah, dan berharap dengan membina, Allah semakin cinta pada kita. Cinta pada Nabi Muhammad Sholallahu ‘alaihi Wassalam yang tak lelah menyuruh pada yang makruf dan mencegah yang munkar.

Menjadi asisten AAI adalah tentang keikhlasan. Walau hanya satu orang yang datang. Bahkan ketika tak ada yang datang dan AAI harus diundur, sebisa mungkin kita harus introspeksi diri, dan menghadirkan prasangka baik (husnudzon) pada adik-adik. Lelah pasti. Lelah terus memaksa diri untuk berhusnudzon. Tapi tak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula3. Yakinlah, tak ada gelap yang abadi. Tak ada gerimis yang tak henti. Suatu hari nanti, pasti akan hadir pelangi itu. Kelak, pasti Allah akan hadirkan kebaikan itu. Bila tak kita dapatkan di dunia, insya Allah akan kita jumpai di akhirat kelak..

Menjadi asisten AAI adalah tentang mengamalkan firman Allah : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi..4. Berapapun jumlah adik-adik, sedikit atau banyak, yakinlah bahwa mereka semua akan jadi salah satu penyebab kita dimasukkan pada SurgaNya Allah.

Bila lelah itu menyapamu, bayangkan saja, bayangkan bahwa kelak di akhirat kita akan bertetangga dengan Rasulullah dan para sahabat. Bayangkan kita akan minum dari Telaga Kautsar. Bayangkan bahwa di akhir nanti, ada kehidupan yang tak berakhir. Ada kenikmatan yang menunggu. Sebagai buah dari keimanan, keikhlasan, dan kesabaran. Atau bila tak bisa membayangkannya, maka ingatlah bahwa mungkin saja di akhir nanti, adik-adik AAI-lah yang akan memohon pada Allah agar kita bisa ikut ditempatkan di SurgaNya.  Sebagaimana Ibnul Jauzi pernah berpesan kepada sahabat-sahabatnya sambil menangis: “Jika kalian tidak menemukan aku di Surga, maka tanyakanlah tentang aku kepada Allah : Wahai Rabb kami, hambaMu fulan, sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami untuk mengingat Engkau, maka masukkanlah dia bersama kami di Surga..”

Sepuluh adik-adik, untuk sepuluh panggilan dari Surga.. insyaa Allah :’’)

Catatan kaki:

1 Qur’an Surah Al-Baqoroh ayat 286 : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa) : “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.

2 Qur’an Surah Ali-Imran ayat 200 : “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”.

3 Qur’an Surah Ar-Rahman ayat 60 : “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”.

4 Qur’an Surah Ali-Imran ayat 133 : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”.

(dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Penghafal Qur’an yang sedang dididik menjadi dokter di FK UNS, Solo. Aktif dalam UKM Ilmu Qur’an UNS.

Lihat Juga

Empat Ciri Wanita Penghuni Surga

Figure
Organization