Topic
Home / Berita / Opini / Erdogan Nan Membahayakan

Erdogan Nan Membahayakan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (aljazeera.net)
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (aljazeera.net)

dakwatuna.com –  Koran-koranEropa tak kenal lelah menjuluki Tuan Erdogan sebagai fasis, diktator, dan penyumbat kebebasan berpendapat. Plus julukan sebagai Islamis.

Sesekali mereka menampilkan penangkapan wartawan, yang telah mencaci maki Tuan Erdogan siang malam 24 jam. Caci maki yang lebih pantas disebut fitnah.

D i kesempatan lain. Hizbut Tahrir melalui laman resminya, memuat tulisan Amal Erdogan dalam Sorotan. Ayat-ayat dan hadis dihadirkan. Erdogan sesat dan menyesatkan.

Dua julukan yang paradoks. Tapi menuju satu target: MENYINGKIRKAN ERDOGAN dari kancah perpolitikan internasional. Erdogan menjadi the common enemy. Musuh bersama.

Usut punya usut. Kebencian yang nampak di permukaan, mirip bola salju. Apa yang disembunyikan, jauh lebih besar. Mereka sepakat membenci Erdogan, sebab fakta:

Erdogan adalah Bapak Pembangunan Turki di bidang ekonomi dan strategi politik. 13 tahun lalu. Turki adalah pengemis hutang. Kini pemberi bantuan.

Erdogan adalah Bapak Turki Baru dengan visi 2023. Mengembalikan kejayaan Ottoman Empire, persis di hari 1 abad ulang tahun kehancurannya.

Erdogan adalah Bapak Mercusuar Turki. Proyek-proyek besarnya dibangun tanpa hutang. Kini memiliki 57 bandara (4 terbesar di dunia), jembatan, jalan, infrastruktur, pertanian, wisata.

Erdogan adalah Engeneer bagi peningkatan alat utama sistem persenjataan Turki. Kapal selam, kapal laut, kapal induk, pesawat tempur, helikopter, tank baja, senjata laras panjang, hingga satelit militer.

Erdogan adalah Bapak Sumber Daya Insani Turki. 2007, proyek 300.000 researcher dan tim inti alih teknologi dibentuk. 9 tahun kemudian, Turki menuai hasil gemilang di bidang sains teknologi.

Maka siapapun tak bisa meremehkan Turki kembali. Eropa takut. Kebangkitan ekonomi Turki, berdampak pada pemiskinan Eropa. Trauma kebijakan para sultan semisal Sulaiman Qanuni, Murad II, hingga AbdulHamid II masih menyeramkan.

Kepahlawanan Muhammad Al-Fatih dan sultan-sultan Utsmani di bidang militer, masih menyimpan trauma hingga saat ini. Mereka membayangkan, Turki menjadi superpower didukung spirit jihad militernya yang tak takut mati.

AS saja yang jaraknya jauh dari Turki, kini berharap cemas dan was-was. Turki yang sekuler, kini telah taubat nasuha. Turki yang sakit, kini telah bangkit. Turki yang tidur, kini telah bangun dengan gagah.

Wajar. Semua menanti kehancuran Erdogan. Minimal, tersingkir di gelanggang politik seperti Mursi terhempas di penjara. Namun sayang. ERdogan adalah pemain, yang paham logika musuh.

Lihat tatapannya. Perhatikan gestur tubuhnya. Simak kharisma bicaranya. Catat sepak terjangnya. Hanya kalangan dungu yang keras kepala saja, yang masih miring menilai Tuan Erdogan.

Saya pastikan. Akan ada komen gambar berupa foto Erdogan bersama Assad. Foto jadul, tahun 2010-2011, sebelum perang di Syiria. Atau rekaman Erdogan soal LGBT, yang juga jadul dengan terjemahan yang sudah mengalami penyimpangan.

Saya tidak akan terpengaruh. Teringat di masa Mursi berkuasa. Pidato beliau dipelintir terjemahannya. Lantas jadi amunisi pembenci dakwah politik. Dishare, tanpa pernah malu.

Tuan Erdogan. Doa kaum lemah, kaum yang dizhalimi bersama anda. Kami yakin, anda telah siap dengan strategi canggih. Strategi yang bukan teriakan takbir atau sebaran spanduk. Tapi strategi futuhat, dengan cinta dan senjata. (nandang/dakwatuna.com)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Alumni Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir.

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization