Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Kini, Pelangi Tak Seindah Dahulu…

Kini, Pelangi Tak Seindah Dahulu…

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Ilustrasi penyimpangan seksual, gayPelangi.. Pelangi..
Alangkah indahmu..
Merah Kuning Hijau..
Di langit yang biru..
Pelukismu agung..
Siapa gerangan..
Pelangi.. Pelangi..
Ciptaan Tuhan..

 

dakwatuna.com – Kita semua pasti ingat sebuah lagu di atas, pelangi. Namun, tampaknya kini pelangi tak lagi seindah yang digambarkan oleh lagu tersebut. Meskipun sudah lahir dari era 70-an oleh Gilbert Baker, kini pelangi sudah umum menjadi simbol dari kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Lalu, sebenarnya sejak kapan LGBT lahir? Pun sebenarnya hal ini masih belum bisa diverifikasi keabsahannya. Melalui sebuah website komunitas gay, gayclopedia.wikia.com, tidak terdapat informasi mengenai kapan tepatnya LGBT ini mulai ditemukan. Namun, situs tersebut menyebutkan bahwa LGBT sebenarnya sudah ada sejak zaman manusia purba, bahkan LGBT merupakan unsur dari agama tertentu. Dari sebuah situs lain, psychologymania.com, diketahui bahwa homoseksual telah ditendang dari kategori gangguan mental oleh Asosiasi Psikiatri Amerika mulai tahun 1973 karena sudah dianggap menjadi gaya hidup alternatif. Penelitian yang dilakukan oleh Alfred Kinsey pada 1948 menyimpulkan bahwa 10% laki-laki adalah homoseksual, sedangkan pada wanita hanya terdapat 5%. Mari kita mulai merujuk pada konteks kekinian, homoseksual sudah menunjukkan tanda-tanda perkembangan, misalnya, di Peru persentase homoseksual berada pada kisaran 10% – 60%, Brazil dengan 5% – 13%, dan Amerika dengan 10% – 14%.

Sebagai seorang muslim, sangatlah wajar apabila kita tercengang dengan statistik tersebut. Namun, selayaknya hal ini tidak membuat keimanan kita goyah atau bahkan roboh. Perlu kita ingat bahwa Allah SWT telah berfirman dalam Surat Yaa Siin ayat ke-36 yang artinya, “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh Bumi dan diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui” (Q.S. Yaa Siin, 36:36)

Secara sederhana, Allah SWT telah menciptakan semesta secara berpasang-pasangan, misalnya siang-malam, panas-dingin, kaya-miskin, termasuk laki-laki dan perempuan. Secara logis, Allah SWT juga telah mengajak manusia untuk berpikir melalui kisah Nabi Nuh As. yang diperintahkan-Nya untuk memasukkan binatang-binatang ke dalam kapal secara berpasang-pasangan. Hal ini jelas tertera dalam surat ke-23, Surat Al-Mu’minun, ayat ke-27 yang berbunyi, “Lalu Kami wahyukan kepadanya: “Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (Q.S. Al-Mu’minun, 23:27)

Bahkan dari kisah nabi Nuh As. atau dalam bahasa Inggris biasa disebut Noah kita tahu bahwa nabi Nuh As. menyelamatkan hewan tersebut berpasang-pasanganan atau jantan-betina seperti dalam tafsir di atas. Kalaulah homoseksual atau lesbian adalah sesuatu yang baik bahkan untuk hewan sekalipun maka tentunya Nabi Nuh As. tidak akan menyelamatkan secara berpasang-pasangan namun seharusnya secara acak. Namun yang terjadi adalah Nabi Nuh As. menyelamatkan hewan tersebut berpasang-pasanganan atau jantan-betina seperti di atas. Artinya, homoseksual jelas bermasalah.

Di negara yang menghalalkan homoseksual, angka HIV/AIDS cenderung tinggi. Pada September 2010, 1 dari 5 gay dan lelaki biseksual di Amerika Serikat terjangkit HIV/AIDS dan tidak mengetahuinya. Sebelumnya, pada 2006, 53% dari total penderita HIV adalah gay. Dari statistik tersebut kita mendapatkan bahwa pelaku homoseks sangat rentan terhadap serangan HIV/AIDS. Maka, sangatlah beralasan jika Allah SWT melarang keras hubungan sesama jenis. Selain itu, kita dari sejak SMP telah diajarkan bahwa tujuan makhluk hidup melakukan hubungan seks salah satunya adalah untuk bereproduksi, bukan untuk kesenangan semata. Maka, bukankah sangat egois jika kita menghalalkan homoseksual hanya atas dasar suka sama suka atau HAM? Adopsi? Sampai kapan? Jika demikian, hanyalah hitungan hari untuk menunggu kepunahan manusia.

Sebagai penutup, kita, sebagai seorang yang masih mempercayai Allah SWT sebagai satu-satunya penolong, sudah seharusnya menolak homoseksual dengan keras. Karena, homoseksual jelas keluar dari fitrah manusia dan berpotensi menimbulkan kerusakan di atas bumi, seperti kerusakan sistem sosial dan wabah penyakit. Saat ini di Prancis sedang digodok suatu aturan untuk menghapuskan istilah ‘ibu’ dan ‘ayah’ untuk digantikan dengan hanya istilah ‘orang tua’ karena telah menghalalkan homoseksual, apakah hal demikian yang kita inginkan? Semoga hati nurani kita mampu menjawabnya. Wallahu’alam.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa Aktif Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Saat ini penulis juga aktif sebagai penerima Beasiswa Kepemimpinan PPSDMS Nurul Fikri dan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal sebuah lembaga pengembangan karakter kepemimpinan di FIB UI, Pandu Budaya FIB UI.

Lihat Juga

Sejak Awal, PKS Konsisten Usulkan Pemidanaan LGBT

Figure
Organization