Topic
Home / Narasi Islam / Ekonomi / Menjadi PENGUSAHA atau PENYUSAH-a?

Menjadi PENGUSAHA atau PENYUSAH-a?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Paradigma Entrepreneur

Perdagangan kerudung dan busana muslim (ANTARA/Irsan Mulyadi)
Ilustrasi – Perdagangan kerudung dan busana muslim (ANTARA/Irsan Mulyadi)

dakwatuna.com – Pengusaha atau sering disebut entrepreneur merupakan suatu tugas mulia seorang manusia untuk menjadi ujung tombak dari suatu perekonomian daerah, kota, provinsi, negara, bahkan dunia. Istilah pengusaha sering disanding-sandingkan dengan seorang pemimpin, penolong, panutan, orang yang berjasa, bahkan presiden. Kenapa bisa seperti itu? Karena hakikatnya seorang pengusaha ialah seorang yang membukakan jalan keluar dari krisis ekonomi saat ini. Alih-alih bersaing satu sama lain untuk mendapatkan jalan (baca: pekerjaan), seorang pengusaha malah memberikan suatu jalan (baca: pekerjaan). Inilah hak mutlak yang membedakan pengusaha dengan profesi manapun. Memang tidak dapat dipungkiri, tidak semua pengusaha itu adalah orang yang mempunyai niat baik untuk membukakan jalan orang lain atau memberikan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Namun tidak dapat di pungkiri juga, bahwa pengusahalah salah satu ujung tombak penggerak roda perekonomian suatu negara.

Di zaman sekarang, kebutuhan orang akan minat untuk menjadi pengusaha masih sangat sedikit. Kenapa saya mengatakan sedikit? Karena faktanya paradigma seseorang untuk menjadi pengusaha masih sedikit. Mereka lebih memilih untuk menjadi pekerja atau pegawai negeri yang “katanya” santai kerjanya dan dapat uangnya lumayan banyak. Dan pasti ada jaminannya, yaitu setiap bulan pasti dapat gaji. Kenyamanan, itulah suatu kata yang pantas kita bahas dan kita telaah. Pada hakikatnya setiap manusia pasti mencari yang namanya rasa aman. Oleh karena itu mereka mulai memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan. Aman dari rasa lapar dan haus, aman dari kebutuhan akan pakaian, dan aman dari gangguan luar. Salah satunya mereka mencoba membangun rumah, yang mana rumah tersebut sebagai tempat tinggal mereka, tempat mereka berlindung dari hujan, binatang buas, dan lain-lain. Tidak perlu membahas panjang lebar mengenai kenyamanan, karena sesungguhnya setiap manusia pasti ingin mencari aman. Iya tho?

Kenyamanan memang dibutuhkan seorang manusia. Tetapi yang saya garis bawahi di sini adalah kebutuhan akan rasa nyaman mereka yang berlebihan. Jikalau kebutuhan akan rasa nyaman yang berlebihan, itu bisa dikatakan bukan rasa nyaman lagi, melainkan takut. Takut akan bahaya yang menimpanya jika-maka-kalau mereka keluar dari “zona nyaman” mereka. Ketika mereka keluar dari zona nyaman mereka, semua keadaan jadi tidak pasti. Dan yang pastinya kehidupan mereka juga jadi tidak pasti.

“Seseorang tidak akan pernah sampai kepada apa yang mereka inginkan ketika mereka tidak mau keluar dari tempat tidurnya (zona nyaman)”

Pernah sebuah buku di tulis mengenai bahaya zona nyaman tersebut. Adalah Crack the Comfort Zone, sebuah buku yang laris manis yang bisa Anda temui di toko-toko buku. Di buku tersebut disebutkan bahwa zona nyaman adalah zona yang mematikan dan seharusnya kita harus bisa me crack atau menghancurkan zona itu. Seseorang tidak akan pernah sampai kepada apa yang mereka inginkan ketika mereka tidak mau keluar dari tempat tidurnya (zona nyaman).

Itulah mungkin alasan kenapa kebanyakan orang tidak mau jadi pengusaha. Ketidakpastian! Ketidakpastian yang membuat mereka merasa takut untuk menjadi pengusaha. Padahal ketidakpastian itulah yang bagus. Percaya tidak dengan ketidakpastian kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih besar, hal yang lebih besar, income yang lebih besar. Yah kalau pasti-pasti saja mah gak enak. Kalau pasti ya pasti gajinya pas-pasan, pasti setiap bulannya kurang. Hehehe.

Nah adalah jalan mulai ketika kita menjadi seorang entrepreneur. Dengan semangat kita, pengorbanan kita, dan jasa-jasa kita, akhirnya kita bisa membantu orang lain, mempekerjakan orang lain. Walaupun berat untuk dimulai, walaupun takut untuk keluar dari zona nyaman, tetapi ketika kita memberanikan diri untuk memulai sebuah tantangan panjang yang bernama wiraswasta, hidup kita, semangat kita, pola pikir kita akan terasah dan itulah sebenarnya hakikat hidup manusia, yaitu menebar kebaikan kepada orang lain meski harus mengorbankan dirinya.

“Ketika orang rata-rata mencari pekerjaan, maka sesungguhnya orang sukses mencari jaringan

Menjadi PENGUSAHA atau PENYUSAH-a? Kenapa saya ambil judul tersebut? Jujur saya sudah sangat benci dan kesal dengan orang-orang yang pemikirannya masih berkutat pada dunia kerja, kerja, dan kerja. Lantas saya katakan saja mereka harus memilih, mau jadi seorang Pengusaha atau Penyusah-a? Mau jadi orang yang membantu orang lain atau orang yang menyusahkan orang lain? Simple. Anda tinggal jawab pertanyaan ini saja. Dengan menjawab pertanyaan ini saja, saya sudah bisa tau Anda itu ada di kuadran kiri atau kuadran kanan. Menurut Robert T Kiyosaki, seorang guru financial terkenal dari Amerika pernah mengatakan, “Ketika orang rata-rata mencari pekerjaan, maka sesungguhnya orang sukses menjadi jaringan”. Tuh bisa dilihat kan. Orang rata-rata adalah orang yang pikirannya mencari pekerjaan terus. Sekali-sekali tidak apa-apa, lha kalau mikirnya find a job terus, kapan find a labor nya?

Nah mulai sekarang langkah awal untuk seorang pengusaha, khususnya pengusaha muda adalah mengatur ulang pola pikir dan mindsetnya mengenai apa itu hakikat berwiraswasta. Sudah saya katakana di awal, entrepreneur adalah sebuah jalan mulia, sebuah jalan menuju kebahagiaan, memang jalan tersebut tidaklah mudah untuk kita tapaki, tidak semudah jalannya para pekerja. Tetapi yakinilah bahwa sebuah jalan kemenangan pasti membutuhkan jalan yang sulit, jalan yang terjal, jalan yang sepi, penuh onak dan duri, dan jalan itu adalah jalan entrepreneurship.

Mengapa Harus Jadi Pengusaha?

Sebenarnya ada banyak alasan kenapa kita harus jadi pengusaha. Tetapi di sini saya akan paparkan setidaknya ada satu hal penting yang harus benar-benar dipahami oleh para calon pengusaha, khususnya pengusaha muda. Dan harapannya dengan hal ini dapat menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan muda.

Karena Anda tidak mungkin menjadi raja

Pernah seseorang mengatakan jalan menuju sukses/kaya ada tiga:

  • Anda lahir dari keluarga bangsawan
  • Anda menikahi orang kaya
  • Anda berjuang untuk menjadi kaya

Yah itulah tiga jalan untuk kita mencapai kesempurnaan finansial. Nah menurut Anda cara manakah yang paling mungkin untuk kita? Mari kita bahas satu persatu.

Terlahir dari keluarga yang kaya. Setiap orang sudah ditakdirkan langsung oleh Allah pada saat lahir. Tiga ketetapan yang sudah ditentukan oleh Dia pada kita lahir adalah mati, rezeki, dan jodoh. Sehingga dengan ketetapan-Nya kita tidak perlu khawatir lagi mengenai kapan ajal kita, berapa rezeki kita dan siapa jodoh kita.

Menilik dari ketetapan ini, berarti setiap orang pasti mendapat rezeki. Cuma untuk jumlahnya itu berbeda-beda, wallahu a’lam. Setiap orang tidak mempunyai rezeki yang sama. Oleh karena itulah adanya takdir. Ada yang lahir langsung dari keluarga yang kaya (bangsawan), ada yang lahir dari keluarga berkecukupan, dan ada yang lahir dari keluarga tidak berkecukupan. Semua itu adalah ketetapan-Nya. Ketetapan yang tidak bisa kita pungkiri, tetapi bisa kita ubah.

Jika kita ingin kaya dan kita (beruntung) untuk terlahir dari keluarga bangsawan, maka selamat! Anda tidak perlu bersusah payah untuk menjadi seorang entrepreneur. Anda hanya tinggal belajar dan meneruskan usaha keluarga Anda. Atau mungkin Anda tinggal bersantai-santai saja, menikmati kekayaan Anda yang berasal dari orang tua karena asetnya sudah jadi. Tetapi mungkinkah semua orang mendapatkan keadaan seperti ini?

Menikah dengan orang kaya. Rasa-rasanya cara ini lebih masuk akal dari pada cara di atas. Sudahlah pasti Anda mengangguk iya. Soalnya ini cara lebih logis. Dengan mencari seorang pasangan yang kaya maka Anda sudah pasti kecipratan kayanya. Iya kan?

Tapi omong-omong apakah semudah itu? Apakah dengan gampangnya Anda melamar seorang gadis yang kaya, kemudian menikahinya, kemudian hartanya menjadi milik Anda? Eits enggak semuanya orang begitu. Tidak semua orang yang ingin menikah hanya karena harta! Bukankah hakikat menikah adalah suatu kebutuhan akan rasa kasih sayang? Kasih sayang atas dua insan? Bukan kasih sayang antara satu insan dengan harta kan? Kalau Anda masih berpikir begitu jangan harap ada yang mau menikah dengan Anda. Catat itu!

Lalu jika ada yang mau bagaimana? Lho rata-rata orang yang kaya itu untuk mencari pendamping hidup gak sembarangan lho, mereka lihat-lihat dulu calonnya. Dari mana berasa, bagaimana latar belakang keluarganya, bagaimana sifat dan sikapnya, dan lain-lain. Kalau ketahuan hanya ingin hartanya bagaimana? Nah lho!

Dan biasanya orang yang kaya itu cantik (saya mengambil sudut pandang dari pria), dan ya pasti pilih-pilih juga untuk mencari pasangan hidupnya. Lha kalau Anda tetap ngotot ingin mempersunting perempuan itu apakah mereka mau menerima Anda? Prestasi apa yang bisa Anda tunjukkan untuk menaklukkan hati mereka? Ketaatan apa yang bisa Anda perlihatkan? Panutan seperti apa yang bisa Anda pedomankan untuk mereka? Wajah dan senyum seperti apa yang bisa Anda perlihatkan? Hei jawab! Kalau masih ngotot juga mau melamar padahal engga punya apa yang bisa di banggakan ke laut aje! Lakon sopo??!!

Berdiri di atas kaki sendiri. Nah rasa-rasanya ini baru benar nih. Ini merupakan jalan satu-satunya yang logis, yang bisa ditempuh oleh semua orang. Karena Anda tidak mungkin terlahir dari keluarga bangsawan dan Anda tidak mungkin pula untuk menikah dengan orang kaya, tetapi Anda mungkin menjadi kaya dengan berjuang sendiri.

Yap inilah yang saya namakan berdiri di atas kaki sendiri. Bertopang pada diri sendiri. Tidak selalu bergantung kepada orang lain. Inilah yang telah dilakukan oleh banyak orang-orang hebat di dunia ini. Dengan kerja keras mereka dan tentu bantuan dari Dia, maka mereka pun dapat menapaki tangga-tangga kesuksesan. Tidak pernah terbesit pikiran untuk benci kepada takdir atau ingin menikahi orang kaya. Mereka berpikir kesuksesan itu bisa di dapat jika mereka mau bekerja keras. Alhasil jadilah mereka orang-orang yang ahli di bidangnya masing-masing. Orang-orang luar biasa yang menginspirasi.

Nah sahabat, setelah mengetahui fakta di atas. Apa yang ada di benak kita? Masih terpikirkah oleh kita untuk takut untuk menjadi seorang pengusaha? Kalau bukan kita siapa lagi? Tolong di jawab! Siapa lagi?

Indonesia baru akan maju apabila minimal 2% dari penduduknya sudah menjadi pengusaha. “Lha sekarang berapa mas?” mau tau? Tidak sampai 0,50 %. Nah lho! Sekarang mari sama-sama kita berpikir jernih, bukan berpikir untuk ego kita sendiri, bukan untuk gengsi kita sendiri. Tak perlulah malu untuk jadi seorang pedagang. Karena sesungguhnya Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada pada perdagangan.

Terakhir, jikalau Anda mengetahui bahwasanya pemuda adalah sosok ideal untuk perubahan. Istilahnya agent of change. Yang sangat saya (dan kami) harapkan para pemuda yang “katanya” generasi penerus bangsa ini bisa berpikir out of the box dalam menyikapi permasalah negara kita saat ini. Salah satunya dengan berani untuk berwirausaha. Memang jalan yang ditempuh pada awalnya sangat sulit, terjang, menanjak, curam, sepi jalannya, sedikit pengikutnya, ramai tantangannya, penuh onak dan duri, tetapi inilah jalan terbaik yaitu Entrepreneur Way.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (4 votes, average: 7.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswa semester awal, sedang mempelajari disiplin ilmu teknik industri disalah satu perguruan tinggi negeri di kota Malang. Aktif di LDK, UKM, dan di kampus.

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization