Topic
Home / Jakarta Terendam Banjir

Jakarta Terendam Banjir

Jakarta benar-benar terendam banjir. Di sana sini kesedihan mengalir deras bagai derasnya hujan yang turun tak kunjung berhenti. Orang-orang bingung ke mana akan mencari tempat berlindung. Rumah mewah yang selama ini mereka banggakan, ternyata tidak indah lagi ketika tenggelam dalam banjir. Banyak pengalaman yang ditemui saat mereka kesulitan mencari jalan keluar dari genangan banjir. Digotong dengan gerobak. Ada yang kembali ke rumah, karena tidak ada jalan tembus yang bisa dilalui menuju kantor. Banyak perkantoran yang libur. Toko-toko tidak buka, karena terisi luapan air.

Salah seorang kawan mengisahkan pengalamannya sebagai berikut, “Jakarta hujan seharian, di mana-mana banjir. Banyak orang menjadi susah. Turun dari angkot terpaksa diri untuk berteduh. Hujan yang ditunggu tidak reda, malah semakin deras. Anak-anak berlarian menawarkan payung. Salah seorang anak menghampiri saya, “Berapa sampai halte itu?” tanya saya. “Dua ribu, om..” jawab bocah itu.

Sesampai halte, saya ambil lembar seribuan dua. Saya serahkan uang itu padanya. Bocah kecil dengan kaosnya yang basah kuyup dengan wajah memelas. “Om, tambahin dong seribu lagi!” Ketika saya serahkan lagi satu lembar seribuan, wajah bocah kecil itu berubah ceria, berteriak sambil melambaikan tangannya. “Makasih om”. Itulah Jakarta di tengah hujan dan banjir masih ada keceriaan”.

Pengalaman menarik lainnya ada yang mengatakan begini, “Hujan merendam Jakarta, semuanya jadi susah. Harapan dan putus asa membaur menjadi satu. Awalnya Jumat malam saya di kantor, seorang teman dari Kampung Melayu mengabarkan rumahnya terendam. Saya segera menuju Kampung Melayu. Basah kuyup terguyur air hujan. Sampai malam bersama warga mendirikan tenda. Orang-orang berdatangan, ikut membantu membuat dapur umum. Semua berkumpul menyatu, menyatukan hati. Tidak lagi melihat kaya atau miskin, semuanya sependeritaan. Teman bertutur, “Dengan banjir kita disatukan dalam bahagia dan derita”. Saya termangu memahaminya. Sungguh indah hidup ini jika kita selalu mengambil hikmah di setiap peristiwa”.

Benar, banjir adalah musibah, tetapi dari kisah-kisah di atas bisa kita tarik hikmah yang bisa dijadikan pelajaran:

Pertama, bahwa dengan peristiwa banjir tidak ada alasan lagi bagi umat Islam di negeri ini untuk centang-perenang. Melainkan harus bersatu, tolong-menolong dalam sinergi yang indah dan saling mendukung. Sungguh, bukan saatnya lagi kita sibuk saling merendahkan� yang� lain hanya karena perbedaan fiqih atau golongan. Umat ini harus kuat menjadi rahmatan lilalaamiin. Syeikh Abul Hasan An-Nadwi seorang pemikir Muslim India mengatakan dalam bukunya “Maadzaa khasiral aalam binkhithaathil muslimin” bahwa bila umat Islam lemah, dunia akan mengalami kerugian kemanusiaan besar-besaran. Umat Islam harus kuat dan kekuatan ini tidak akan bisa diraih tanpa persatuan.

Kedua, bahwa banjir tersebut bisa bermakna peringatan agar kita lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Allah berfirman, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya“. (Al-A’raf: 96)

Keberkahan akan turun bila penduduk sebuah negeri benar-benar beriman dan bertaqwa. Berkah bukan hanya berupa kesuburan alam, melainkan lebih dari itu,� yaitu munculnya rasa aman, jauh� dari� wabah penyakit dan lain sebagainya. Dari peristiwa banjir ini mari kita introspeksi diri, benarkah kita telah memenuhi kewajiban kita kepada Allah?

Figure
Organization