Keterbatasan Bukanlah Alasan

Ilustrasi. (Foto: inet)

dakwatuna.com – Pada Perang Badar, pedang Ukkasyah bin Mihshan al-Asadi patah. Karena itu, dia menemui Rasulullah saw. Lalu, Rasul memberinya sepotong kayu dari akar pohon, seraya bersabda, “Bertempurlah dengan ini, wahai Ukkasyah!” Setelah itu, dia mengambilnya dari tangan Rasul dan mengayunkannya. Potongan akar itu berubah menjadi sebatang pedang yang panjang, putih mengkilat, dan amat tajam.

Maka, dia pun bertempur dengan menggunakan pedang itu hingga Allah memberikan kemenangan kepada orang-orang muslim. Pedang itu dinamakan al-Aun. Pedang tersebut sudah menyertai Ukkasyah dalam berbagai peperangan hingga dia terbunuh dalam perang Riddah. Saat itu, pedang tersebut masih tetap bersamanya.[1]

Seperti itulah kondisi lelaki yang berjiwa Badar. Selalu siap memikul amanah dakwah. Bahkan jika harus turun ke medan perang sekalipun. Keterbatasan sumber daya bukanlah alasan untuk berhenti memperjuangkan agama. Dan Ukkasyah berhasil membuktikkan bahwa janji Allah lebih pasti daripada kenikmatan duniawi. Pertolongan Allah pun tidak pernah terlambat, jika memang pertolongan tersebut layak kita dapatkan.

Ukkasyah termasuk satu dari sekian banyak sahabat yang mendapat kabar gembira sebagai penghuni surga. Dimana saat itu, Rasul bersabda “Ada 70 ribu dari umatku yang masuk surga dalam rupa bulan purnama.”

Begitulah alur perjuangan lelaki yang berjiwa Badar. Tidak pernah kecewa akan setiap takdir-Nya. Mengikuti dengan baik skenario kehidupan yang ada. Dan tak heran, jika Allah mengganjar perjuangannya dengan nikmat surga.

 

[1] Shafiyyur, (2008), SIRAH NABAWIYAH, PUSTAKA AL-KAUTSAR, Cipinang.

Mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...