Bingkisan Hadiah Itu Bernama Doa

dakwatuna.com

Ilustrasi (Erina Prima)

Tak pernah ku berbuat lebih padamu, yang aku ingat hanyalah sebuah kisah klasik dengan durasi yang sangat singkat…
Allah menakdirkanmu untuk mengenalmu hanya sebentar, tak ada setengahnya dari jatah hidupmu di dunia…
Itulah yang menjadi alasan mengapa aku tak mengenalmu lebih jauh, yang aku ingat hanyalah fisikmu… caramu berbicara… caramu berjalan… dan sedikit dari sifatmu…
Yaa, tak banyak kan?
Terkadang, inginku mengenang kisah ‘kita’ tapi, apa yang harusku ingat-ingat??!

Ketika rasa rindu menyelimuti hati ini, ingin rasanya aku bertemu denganmu, memelukmu, berbagi cerita denganmu, dan bercengkrama denganmu… Tapi, itu hanyalah ‘khayal dan mimpi’ semata, it never become true…

Yang dapat saya lakukan saat ini hanyalah mengirim sebingkis hadiah dari rasa rinduku, dari lubuk hatiku terdalam…
Sebingkis hadiah itu bernama doa…
Sebait doa yang aku susun dengan kata-kata yang indah,
sebait doa yang aku kirim lewat Yang Maha Pendengar Doa…
sebait doa yang aku harap sudah engkau terima…
Sebait doa yang dibalut rasa rindu serta air mata…

Jatinangor, 20.02.2012 at teras masjid kampus. Di tengahtengah syura.

Konten ini telah dimodifikasi pada 05/11/12 | 17:20 17:20

Muslimah. Mawar haroki KAMMI Sumedang. Mahasiswi. Indonesian.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...