Mujahidah Militan

Ilustrasi. (Foto: anita-chenit.blogspot.com)

dakwatuna.com – Aku tidak akan pernah bertanya, kenapa harus aku?

Walau hati ingin dan ingin sekali berteriak, kenapa harus aku?

Jiwa ingin sekali menggugat, kenapa harus aku?

Jauh, bahkan tidak pernah terbayangkan

Duka ini, ternyata tidak akan pernah berakhir

Hingga ruh memisah dari jasad

 

Duhai ruh….

Bertahanlah,

Bersabarlah,

Kuatkanlah,

Ada raga yang menanti kegagahanmu yang dulu

Agar ia juga bisa berdiri untuk menyembah Tuhannya

Agar ia bisa berlari menuju Tuhannya

Seperti dahulu,

Begitu sempurna dalam penghambaan

 

Duhai Ruh…

Bukankah dunia hanya sementara?

Lantas, apa yang harus dipertanyakan?

Bukankah engkau sudah melihat para sahabat?

Yang mengikhlaskan seluruh yang dipunya,

Hingga papa, hingga luka, hingga sepi, hingga sakit, hinggga syahid

 

Tapi, lihatlah…

Mereka tetap istimewa, di mata makhluk juga Tuhannya

 

Duhai raga, lantas apa yang membuatmu tidak percaya diri?

Selama jiwa berselimutkan iman, engkaulah pemenang

Selama jiwa bersandar pada Ilahi, engkaulah sang jawara

 

Katakutan itu,

Kekhawatiran itu,

was-was itu,

bukankah hanya ada dalam benakmu saja?

 

Duhai ruh,

Lukamu, dukamu, sedihmu, letihmu, sakitmu,

Yakinlah, dalam ikhlas ia akan menjadi penggugur dosa-dosamu

 

Bukankah engkau mujahidah militan itu?

Yang tak kan mundur selangkah pun oleh remeh temeh dunia?

Karena yang kau mau adalah akhirat

Yang akan mempertemukanmu dengan Tuhanmu, Allahu Rabbi….

Alumni Psikologi UMA. Aktivis KAMMI. Bercita-cita jadi Psikolog Anak. Pecinta dunia Traveling, photography, tulis menulis and ODOJers 63.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...