Bunga Surga

Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com

Syahdan,

Embun memulai kisahnya,

seiring ia menetes perlahan pada daun di bawahnya

Senandung fajar terkesiap

Lingkupi kepulan do’a-do’a dalam hati yang tak surut…

Ku punya kasih padamu

Wahai sang pengasuh doa

Siapa pula tak rindu,

Pada masakannya yang aromanya tercium dari jarak sekian

Siapa tak ingin menciummu

Wahai perempuan yang penuh kelembutan

Tegak dalam aqidah

Engkau panglima dalam sejarah  kehidupan

Orang terbesar

Yang hingga detik ini, namanya begitu disanjung

Siapa pula tak cinta engkau

Wahai perempuan yang dalam dadamu murni keberanian itu tumbuh

Yang padamu, cinta murni dapat terjaga hingga pada

Waktu yang tepat

Engkau bersanding mesra dengan orang yang tepat

Wahai perempuan yang padamu kasih tiada habis

Jika hujaman gemintang datang membelahmu

Merobek kelopakmu yang murni

Tiada ragu, kau ciptakan

Damai dengan caramu

Wahai perempuan yang padamu

Keturunan terbaik sirnakan buncah doa-doa yang melangit

Konten ini telah dimodifikasi pada 07/06/13 | 11:33 11:33

Mahasiswi angkatan 2011 yang tengah menempuh kuliah jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Surabaya. Mencoba, menahan dengan bertahan. Mencoba berjuang dengan pejuang. Sangat bersyukur ketika mendapatkan saudara-saudara yang mencintaiNya.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...