Ketua PBNU:Tidak Ada Satu Agama pun Yang Mengajarkan Tindakan Terorisme

dakwatuna.com – Jakarta.  Maraknya aksi terorisme yang mengatasnamakan Islam di berbagai daerah dinilai sebagai bentuk pembajakan. Karena Islam tidak mengajarkan kekerasan atas nama apapun.

Hal itu dikatakan Wakil Menteri Agama, Nasaruddin Umar di sela-sela dialog nasional Ormas Islam di Grand Syahid Jaya, Jakarta (11/5), yang salah satunya mengangkat tema tentang terorisme di tanah air.

“Kita tidak boleh mengatasnamakan ayat untuk melakukan kekerasan atas nama apapun dan kekerasan untuk siapa pun. Jadi kita jangan membajak atas nama Islam untuk melakukan kekerasan (terorisme), tidak bisa,” kata Nasaruddin.

Ditegaskannya, Islam anti kekerasan. Bahkan Nabi Muhammad SAW tidak pernah mencontohkan sebuah kekerasan. Justru Rasulullah memilih hijrah dari Mekah ke Madinah salah satunya untuk menghindari kekerasan.

“Nabi itu tidak pernah mencontohkan sebuah kekerasan, makanya dia hijrah dari mekah ke madinah. Jadi betapa pentingnya nyawa dan jiwa dalam islam, makanya tidak boleh atas nama agama membahayakan nyawa orang apalagi yang tidak berdosa,” ujarnya. 

Sementara itu Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj menegaskan bahwa terorisme itu bukan lagi sebuah isu tapi merupakan fakta. Namun menurutnya, tidak ada satu pun agama yang mengajarkan tindakan terorisme tersebut.

“Teroris itu fakta, bukan isu. Semua agama juga tidak ada yang mengajarkan, maupun mentolerir kekerasan. Apalagi Islam. Barang siapa menebar teror dilaknat Allah dengan para malaikat nya,” tegas Said dalam dialog di Jakarta, Sabtu (11/5).

Dia menyebutkan aksi terorisme itu bisa disebabkan banyak faktor, mulai dari kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan, pengangguran sampai pada kesalahpahaman dalam memahami ajaran Islam. “Karena kebetulan pelakunya Islam. Kalau dulu abad ke-16 itu Kristen,” ujarnya.

Karena itu, melalui dialog nasional ormas Islam ini, pihaknya ingin menjadikan umat Islam dengan segala perbedaannya, bertemu dalam satu prinsip untuk menjaga keutuhan NKRI. “Yang terpenting lagi menekankan bahwa Islam ajaran damai,” selanya.

Dia juga menambahkan mengenai anggapan bahwa pesantren kerap mengajarkan paham radikal adanya bukan di Indonesia, melainkan di Afganistan dan Pakistan. Karena di Indonesia, pesantren itu justru mempertemukan ajaran lokal dengan ajaran Islam.

“Terutama pesantren NU yang jumlahnya 21 ribu. Rabithah Ma”had Islamiyah. Pesantren baru ini saya enggak tahu,” tambahnya. (Fat/jpnn)

Konten ini telah dimodifikasi pada 12/05/13 | 13:19 13:19

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...