Lupa

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com

Sehabis kepala dipindahkan ke lutut dan mata berpindah ke kaki, kemudian wangi daun tergilas di lumbung jalanan.
Ada pepatah bilang air beriak tanda tak dalam, entah apapun itu…
tetapi aku lupa jalan pulang, ketika tak satupun kata yang bisa ku rajut menjadi sebuah tanya.

Di ujung sana, kau terus saja memandang.
Berharap aku yang waras menjadi gila dan ketika aku gila menjadi waras.
Memasang muka manis padahal terasa pahit, katanya: yang pahit tak selalu pahit.

Bila ketika tak kenal bahasa ibu, bukan dikatakan anak.
Lalu mereka pergi pada tempat mereka menyusu.
Tertawa menangis, kemudian hilang tak tahu siapa aku.

Lupa….
ya aku lupa
tentang denyut-denyut kebisingan pembawa bahagia
tentang pohon-pohon tumbang yang menjadi penghalang
tentang air hujan yang terasa asam
tentang musim yang membuat tubuh menggigil

aku pulang Tuhan…
untuk sekadar mengingat.

Tangerang, 13 Januari 2013

Konten ini telah dimodifikasi pada 08/02/13 | 19:37 19:37

Menyukai fiksi dan non-fiksi.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...