Butuh Kedewasaan

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com

Ketika lisan tak bisa berucap
Ketika kaki tak kuasa melangkah
Ketika pikiran tak berhenti untuk berpikir
Dan ketika jiwa tak bisa menahan lagi kehendak diri
Hatiku berkata “butuh kedewasaan”

Ketika ruang memisahkan kita
Ketika waktu berada di depan kita
Ketika ocehan-ocehan kecil mulai terdengar
Dan ketika puncak amarah ada di kerongkongan
Hatiku berkata “butuh kedewasaan”

Bukan diperdebatkan, bukan juga diperselisihkan.
Tapi direnungkan….
Disolusikan…..
Hatiku kembali berkata “butuh kedewasaan”

Memang hidup ini sulit, Apalagi merumuskan kehidupan….
Meski hidup sudah diatur oleh Sang Maha Pengatur,
Tetap saja manusia ingin eksis dengan rumusannya.
Dia bangga dengan itu, bahkan Angin pun dia sikut.

Dia sombong, Dia angkuh, dan Dia juga ceroboh…..
Sungguh hatiku berkata “butuh kedewasaan”

Angin itu berhembus sepoi-sepoi, dekat dengan telinganya…
Belum lagi hentakan bumi menggoncangkan jiwanya…
Matanya jadi buta karena itu, ya karena dia sombong
Dari kejauhan terlihat ada orang yang berlari

Tak sabar ingin cepat-cepat bertemu
Dengan dia yang menyikut angin…..
Aku mengelus dada, dan hatiku berkata “butuh kedewasaan”

Mimpi itu mimpi kita……
Aku, kamu dan kamu
Tapi kenapa aku bangga dengan aku?
Kenapa kamu bangga dengan kamu?
Adakah kita bangga dengan Kita?
Tanganku kembali mengelus dada

“butuh kedewasaan”
Ya…..!!!!!! “butuh kedewasaan”
Tentang mimpi, tentang hidup, tentang apapun itu

Aku tak ubahnya seperti dia yang menyikut angin
Bahkan aku buta lebih dari dia yang buta
Aku juga bisa lebih cepat berlari dibandingkan dia yang terlihat berlari dari kejauhan

Heummmm…..
Tapi selalu hatiku berkata “butuh kedewasaan”

Konten ini telah dimodifikasi pada 23/10/12 | 11:03 11:03

Mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Aktifis Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia, Kader Keluarga Mahasiswa Islam Libaasuttaqwa STTT.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...