Mencari Pemimpin Indonesia

Ilustrasi (salmanitb.com)

dakwatuna.com – Sebagai sebuah bangsa, Indonesia sudah merasakan banyak pemimpin. Pasca kemerdekaan, kita menyelami kehidupan Orde Lama bersama Bung Karno. Selama memimpin banyak peristiwa suka duka mengiringi perjalanan kepemimpinannya. Sampai berujung, “tragedy” kudeta oleh Soeharto yang membangun rezim Orde Baru dan memimpin 32 tahun. Bapak bangsa ini meninggalkan pembangunan yang mewah sekaligus api korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang mengakar dari elitis sampai masyarakat bawah.

Akibat perilaku korup, masyarakat dan mahasiswa menurunkannya. Tampil ke depan, pemimpin era reformasi. Berderet nama Habibie (1998), Abdurrahman Wahid (1999), Megawati (2001) bergantian meninggalkan jejak kepemimpinan. Selesai mereka berkuasa, SBY maju sebagai Presiden Indonesia selama dua periode. Semua pemimpin meninggalkan catatan manis dan rapor merah yang layak dikenang sebagai pelajaran.

Pasca pemimpin itu berkuasa, Indonesia sekarang mengalami masa krisis kepemimpinan. Kita seperti kehilangan manusia kompeten dan berkualitas yang mampu memimpin Indonesia. Pemimpin tua sudah waktunya pension dari gelanggang politik. Tapi buruknya kaderisasi partai politik meninggalkan pemimpin muda yang instan. Akhirnya lahir seorang Nazaruddin, Anas dan Muhaimin yang tersandung kasus dugaan korupsi.

Sungguh, bangsa yang sakit ini membutuhkan kembali pemimpin berkompeten. Seorang pemimpin sehebat Necmettin Erbakan, pendiri Islam modern di Turki. Seorang pemimpin yang ketika berbicara mengenai teknologi, dia akan berbicara sebagai ahli teknologi. Jika diajak diskusi politik, dia berbicara sebagai tokoh yang memahami, menyadari dan mengalami kehidupan politik. Jika bicara suatu desa, dia akan menjelaskan sejarah dan penduduknya. Jika bicara pabrik, dia akan menjelaskan layaknya seorang ahli.

Indonesia juga membutuhkan lahirnya pemimpin sehebat Soekarno yang mampu berdiplomasi kepada dunia agar menentang kebijakan kapitalistik. Pemimpin setangguh Soeharto yang mampu merumuskan gagasan besar pembangunan. Secerdas Habibie yang mampu mengharumkan Indonesia di mata internasional.

Pertanyaan sekarang, dimana pemimpin sehebat, setangguh dan secerdas mereka sekarang? Apakah rahim ibu pertiwi sudah lelah mencetak kembali kader pemimpin seperti mereka?

Konten ini telah dimodifikasi pada 16/11/11 | 07:10 07:10

Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan peneliti Insure. Tinggal di Jakarta.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...