“Turki negara terdepan di antara negara lain yang memiliki hubungan baik dengan kami,” kata Zarif dikutip dari kantor berita Anadolu, Ahad (26/08).
Menurut Zarif, pihaknya bekerja sama dengan Ankara dalam upaya memadamkan kebakaran di bagian barat lahan basah al-Azim.
Ia mengatakan, negaranya akan mengadakan pembicaraan dengan Turki dan Irak dalam upaya untuk menyelesaikan masalah lingkungan dan terkait air di wilayah tersebut.
Lebih lanjut, Zarif juga menyinggung kesulitan ekonomi yang baru-baru ini menimpa Turki. Menurutnya, hal itu dipicu oleh suasana psikologis yang diciptakan oleh AS.
Hubungan Turki-AS memburuk sejak 01 Agustus, ketika pemerintahan Trump mengumumkan sanksi pada menteri dalam negeri dan kehakiman Turki. Sanksi dijatuhkan karena Ankara tak kunjung membebaska Pastor Andrew Brunson.
Pada 10 Agustus, Trump memperburuk keadaan dengan menaikkan tarif pada impor alumunium dan baja Turki.
Sebaliknya, Turki juga menaikkan tarif untuk beberapa barang buatan AS seperti alkohol, produk olahan tembakau dan kendaraan.
Ketegangan kedua negara sempat menimbulkan kekhawatiran pasar. Namun nilai tukar lira Turki berangsur pulih pada pekan lalu, setelah adanya dukungan dari Eropa dan langkah Qatar yang menginvestasikan 15 juta dolar ke Turki. (whc/dakwatuna)