Syiah, ISIS, Zionis dan Kolaborasi Manis

Ilustrasi. (aljazeera.com)

dakwatuna.com –  Saya tak mengira, Madinah dan beberapa kota di Jazirah Arab diserang cepat, 2016. Di tulisan 2014 lalu. Saya memperkirakan, Saudi digoyang tahun 2017.

Siapa pelakunya. Masih sama satu sumber. Tsulatsiyyatul mujrimah. Zionis-Salibis. Majusi. Plus jamaah takfiiriyyah, yang mudah mengkafirkan sesama muslim Sunni.

Semua berbasis dalil. Yahudi sudah mengesahkan UU, diwajibkan membunuhi penduduk Palestina yang tersisa. Bahkan pelaku diberi reward. SIS pun sama.

Sedangkan Syiah. Mereka punya sandaran hadis dari Shahibuz Zaman wal Makan. Pemilik waktu dan tempat. Yaitu Khumaini. Mereka menyebutnya dengan Ahaadis Khumainiyyah Qudsiyyah. Hadis-hadis Qudsi Khumaini.

Di antara hadisnya. “Bunuhlah kaum Sunnah. Bagimu surga. Siapa saja di antara kalain menemukan satu orang Sunni yang mengEsakan Allah. Bunuhlah dengan tangannya. Jika tidak bisa. Maka sakitilah dia. Jika tidak bisa. Maka hendaknya ia melaknatnya. Jika tidak bisa. Maka berlindunglah di antara bayangannya. Hal itu selemah-lemah iman.”

Jadi. Israel Raya soal waktu. Yahudi dan Majusi fokus saling menguatkan. Terlebih kehadiran Raja Salman, yang tidak boleh dibiarkan terlalu lama. Mereka menginginkan. Saudi dipimpin semisal Raja Fahd atau Raja Abdullah.

Saya curiga. Ledakan yang terjadi. Hanya berjarak 1 minggu dari fatwa Lajnah Daimah Lil Buhuts Saudi Arabia yang memasukkan AsSisi telah murtad. Seiring pidatonya yang menghina Islam dan umatnya.

Yahudi dan Majusi sukses di Syiria dan Mesir. Jordania tak berkutik. Sedang negara Muslim penganut demokrasi dikuasai Liberal, Sekuler, dan Islamphobia.

Madinah tidak perlu #pray-prayan. Sebab Yahudi sudah tahu. Doa miliaran umat Islam tak lagi mustajab. Sebab umat tak lagi produktif, sekedar memenuhi keperluan puasanya.

Ayo bangkit. Lawan. Kuasai negara. Kuasai sumber daya. Kelola dengan bijaksana. Majusi, Yahudi, jamaah takfir sudah punya negara. Tapi kalangan Sunni. Tak boleh sukses mengelola negara. Turki dan Saudi contohnya. (nandang/dakwatuna.com)

Alumni Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...