Kau Pencuri, Aku Hamba yang Diberi Cobaan

Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com

entahlah…
kugengam kembali yang tak ada
agar tanda kuat itu mendenyut sisa
kuajari hati untuk kuat

semalam berbias
tadi kusapa…sekarang siapa yang alpa?
berbaris kosong…kau masih dengan kearogansianmu

aku berani namun hanya sebatas ini
dan ini bukan makian, mirip suara hati yang tercekik tak keluar.
Kau saja yang tak mengerti murka…
Jiwaku paham maksud tlah lari, jauh bersamamu, bersama kaya milik otakmu

satu-satu…
aku takkan pergi
sebisaku menatap sinis angkuhmu
walau harus membelakangi
aku terpaksa, karena punggung tanganku pun enggan menantangmu

ini bukan tentang nestapa atau sesal.
merekat, kuat… dan tak akan pernah raib sedetikpun
satu, dua bahkan tiga tetap kosong
besok kan ku isi walau dengan isak
kutuntut kau sampai pengadilan berbasis,

kau tak yakin sempurna..?
anggukanku yang menyempurnakan
kau pencuri… sebenar pencuri jantung jelata.
Aku miris, kau berfoya
Aku tetap tak mengaku rakyat yang tersiksa
Apalagi olehmu
Karena memang negeriku tercekik olehmu
Perlu kau pahami, karena aku hamba yang dicoba…

� Baru saja mengakhiri status mahasiswa di Universitas Riau, dan pernah mengaktifkan diri di BEM FKIP UR. menyibukkan diri bersama urusan indah itu adalah nikmat tak terkira. Dan investasi indah juga buat orang-orang tersayang. siapa lagi... siapa lagi...siapa lagi?
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...