Tasya, gadis malang itu mengemis di sepanjang jalan bersama ibunya, Imah namanya. Imah sendiri dalam keadaan cacat, berjalan dengan sebelah kaki. Sedangkan ayah tiri Tasya mencari nafkah sebagai pencari cacing untuk dijual memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tasya hanya mampu bersekolah hingga kelas 2 SD, kondisi yang serba sulit menyebabkan Tasya tak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, padahal Tasya adalah anak yang cerdas, terutama dalam hal berhitung.
Tasya berhenti sekolah lantaran tak ada biaya dan malu dengan penyakit yang dideritanya. Ayah dan ibu tak sanggup menanggung biaya rumah sakit, maka kondisi Tasya semakin menderita. Hingga kini, dengan tubuh kurus, legam dan penuh luka menahun Tasya bertarung hidup dengan mengemis. Keluarga malang ini tinggal didaerah kumuh bersama dengan kumpulan pengemis dan pemulung lainnya di kawasan Cengkareng.
Tim Mobile Social Response (MSR) ACT, bertemu Tasya pada bulan Mei silam ketika melintasi wilayah tersebut. Saat ini ada beberapa tindakan yang telah dilakukan oleh ACT melalui program Mobile Social Response (MSR), yaitu memberikan santunan materiil uang tunai untuk pemenuhan kebutuhan pangannya dan memberikan bantuan advokasi. Saat ini Tasya telah sedang menjalani perawatan di Rumah Sehat Terpadu DD.
ACT hadir mengetuk kepedulian anda dan menyampaikan santunan untuknya. Semoga Anda terketuk memberi kesempatan Tasya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik layaknya anak-anak kita yang tumbuh secara wajar. (sbb/act/dakwatuna)