dakwatuna.com
Di atas lembah pasir nan suci
Lautan darah meluas membanjiri
Jutaan jasad ditinggal ruhnya
Terkapar kaku terdiam membisu
Badar masih berkecamuk
Memanggil genderang perang kesatria
Tuk menjemput emas di tengah samudera
Yang membiru menahan haru
Padang gersang tak menyurutkan gelora dada
sekalipun usia renta tak terbantahkan
Usia belia belum tentu juga hanya penonton
Mau renta, muda, bahkan belia, gelora semakin di ujung tanduk
Ingin berkoar-koar laksana singa rimba kehilangan inangnya
Namun, semua tak bisa menuju gelanggang Badar
Sang ayah harus mengalah pada anaknya
Yang tak terbendung lagi niat mulianya
Meski berujung pada gugurnya satria
Dan tibalah sang Ayah menjemput surga
Di tengah gemuruh Badar menggema
Sang ayah tak terselamatkan
Menyusul sang Anak ke surga
Sebagai seorang syuhada kesatria Badar
Badar saksi bisu tak terlupakan
Diorama kisah ayah dan anak
Membela panji-panji kebenaran
Di bawah naungan sang kekasih
—
Kisah heroik ‘khaitsamah dan putranya’ dalam menjemput surga di tengah Badar yang berkecamuk.
Konten ini telah dimodifikasi pada 01/03/13 | 03:55 03:55