Sepotong Senja untuk Istriku

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com
Pada suatu senja saat kemarau mengering
Engkau bertutur tentang liku hidup
Penuh senyap dan sinar redup
Kubilang, “Itu masa lalu, segeralah berpaling!”

Pada suatu senja saat angin mengirim dingin
Tiang-tiang kokoh itu menjadi saksi
Bahwa hidup tak harus terus diratapi
Tidak selalu datang apa yang kita ingin

Pada suatu senja saat bougenvile berguguran
Kepastian bukan milik manusia
Melainkan Allah-lah yang menetapkan
Sebanding kekhusyukan dalam berusaha

Pada suatu senja saat musim enggan beranjak
Kehidupan akan selalu menyisakan jejak
Bahagia yang membuat kita lupa
Atau lara yang menyadarkan, pun sebaliknya

Pada suatu senja saat matamu berkaca-kaca
Kukatakan, aku bukan siapa-siapa
Bukan malaikat, bukan juga dewa
Akan selalu ada yang tak sempurna

Pada suatu senja ingin kuhentikan waktu
Lalu kuhadiahkan sepotong senja itu
Untukmu, ya untukmu….
Istriku…..

Konten ini telah dimodifikasi pada 12/08/12 | 21:09 21:09

Seorang lelaki dusun, eks pedagang kerupuk singkong keliling yang bercita-cita menjadi jurnalis. Pernah magang menjadi wartawan Harian Solopos, tetapi ternyata menjadi wartawan bukanlah jiwanya. Maka hobi menulisnya disalurkan dengan menulis artikel lepas di beberapa media dan menulis buku.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...