Topic Archives: Konflik di Libya

Perwakilan kelompok-kelompok bertikai Libya dari kota Misrata dan suku Al-‘Abidat menandatangani kesepakatan rekonsiliasi di Tunisia baru-baru ini, sebagaimana diberitakan Aljazera (20/8/2016).

Menlu Turki, Mevlut Cavusoglu, mengungkapkan bahwa dirinya berharap Turki dapat menjadi negara asing pertama yang akan membuka kembali kantor diplomasinya di ibu kota Libya setelah terbentuknya pemerintahan baru di Libya akhir Maret 2016.

Menlu Tunisia, Khamis Al-Juhainawi, menyatakan bahwa negaranya akan membuka kembali kantor kedutaan mereka di Tripoli jika pemerintah baru Libya telah terbentuk secara resmi.

Salah seorang anggota Parlemen Libya menyebutkan bahwa pengesahan terhadap pemerintah persatuan Libya yang saat ini masih disusun akan tercapai dalam dua hari mendatang.

Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Vikas Swarup, warga India itu telah tinggal di Libya lebih dari satu tahun dan bekerja di Universitas Sirte. Mereka ditahan di sebuah pos pemeriksaan sekitar 50 km di luar Sirte ketika akan menuju Tripoli untuk kembali ke India. Mereka lalu dibawa kembali ke Sirte.

Pejabat Libya menyatakan bahwa seorang warga Filipina tewas dan delapan orang lainnya terluka akibat serangan roket yang tampaknya ditujukan pada sebuah kilang minyak di kota Az-Zawiyah, sebelah barat Libya.

Penulis dan wartawan Samir ‘Alawy menuding perusahaan-perusahaan minyak Barat bertanggung jawab atas memburuknya situasi keamanan, militer, dan politik di Libya.

Jaringan ISIS menyatakan bertanggung jawab atas serangan bom di depan Kedubes Aljazair di Tripoli pada Sabtu kemarin (17/1/2015), sebagaimana diungkapkan aparat keamanan Libya.

Sebanyak 13 pekerja Kristen Koptik dari Mesir dibebaskan setelah ditangkap di Libya, kata seorang tokoh masyarakat Libya di Sirte.

Menteri Luar Negeri Libya, Paolo Gentiloni, menyatakan bahwa dirinya tidak menolak kemungkinan intervensi militer Italia ke Libya dengan alasan membantu penyelesaian konflik bersaudara di negara tersebut.